KESEDIHAN ALIKA

102 55 5
                                    

Sampai dirumah Azriel merutuki dirinya kembali. Ia masih menyangkal kekalahan nya yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia juga masih belum percaya lawannya barusan itu cewek sialan yang ia baperi beberapa hari lalu.

"Ck, akhh. Bisa bisa nya gue kalah. Sialan!!"

Tok!Tok!

"El udah pulang?El kenapa kok teriak teriak?" ujar Bunda dibalik pintu berwarna coklat itu.

Azriel memutar knop pintu dan nyengir ke Bunda. "hehe udah Bunda. Bunda kok belom tidur?" tanya Azriel.

"Bunda kebangun denger kamu teriak." ujar Bunda.

"Maafin El ya Bunda udah bikin Bunda kebangun." kata Azriel merasa bersalah.

Bunda tersenyum. "Gapapa El. Udah sana tidur besok kan sekolah." Bunda mengusap lembut rambut putra nya itu.

Azriel mengangguk cepat. "Goodnight Bunda" ujarnya.

"Goodnight El."

¤•¤•¤•¤

"Congrats Ris. gila lo keren buangetttt..." Lovania mengacungkan kedua jempolnya tepat didepan wajah Risella.

"Apaansih biasa aja kok." ujar Risella.

"Eh tapi nih hadiah mau lo apain Ris?" tanya Valisha mengedarkan pandangan pada mobil sport yang sekarang menjadi milik sahabatnya itu.

"Yang uang tunai mau gue sumbangin ke panti, kalo mobil kayaknya bakalan gue pake deh." kata Risella.

"Gila keren keren Ris. Udah anak miliader tapi masih bisa nyari pahala pake usaha lo sendiri. Gue salut sama lo Ris." Lovania merangkul pundak Risella. Ia merasa bangga bisa berteman dengan Risella.

"Siapa dulu?Risella gitu loh." ujar Risella mengpede.

"Balik yuk udah larut nih." kata Valisha melirik jam bundar ditangan kirinya.

"Lo berdua duluan aja. Gue mau ke bang Chitto bentar." ujar Risella.

Lovania dan Valisha mengangguk kemudian melenggang pergi dari hadapan Risella.

Risella mencari cari sosok Chitto dari sekian banyak cowok disana. Mata nya tertuju pada cowok yang sibuk berbicara dengan mc tadi.

"BANG CHITTO!!" teriak Risella mmbuat sang empu menoleh dan menghampirinya.

"Selamat ye Ris. Gak rugi gue rekomendasiin lo ikut." ujar Chitto tersenyum sumringah.

"Haha siapa dulu?Risella." gadis itu menepuk nepuk dadanya bangga.

Chitto mengacak rambut Risella. "Iye dah. Adek gue udah jago balap nih yee.." ujar Chitto.

"Semua ini berkat abang juga tau." balas Risella.

"Lo gak balik?" tanya Chitto.

"Ini mau balik. Pamit dulu sama lo bang."

"Oh gitu. Yaudah sono lo balik. Jangan lupa ceritain ke Tante Fiona." ujar Chitto.

"Siap 86 komandan!"

¤•¤•¤•¤

Matahari pagi sudah muncul dari ufuk timur. Seorang cowok masih terlelap diatas ranjang empuknya, padahal sudah berulang kali alarm dari ponselnya berdering.

"AZRIEL MAHESWARA BANGUN!!"

Teriakan maut Bunda pun tidak mampu membangunkan cowok yang tidurnya udah kayak orang meninggoy itu.

Bunda mengambil kunci cadangan yang sengaja ia simpan jikalau dibutuhkan seperti sekarang ini.

Ceklek!

Pintu coklat itu terbuka menampakkan seornag cowok yang masih anteng sambil memeluk guling dan terbungkus dengan selimut biru nya.

"ASTAGA EL!!BANGUN!SEKOLAH!"

Teriakan Bunda tidak main main. ia menggoyang tubuh putra nya itu dengan kencang. Bunda menarik narik selimut yang membungkus Azriel.

"Apasi Bunda..El masih ngantuk tau." Azriel menarik kembali selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"KEBO BANGET SIH!SEKOLAH EL UDAH JAM 7 INI!" teriak Bunda lagi.

"APA!!!" Azriel teriak dan langsung melonpat dari ranjangnya. ia menyambar handuk dengan cepat berlari ke dalam kamar mandi dikamarnya.

¤•¤•¤•¤

Alika berjalan keluar dari kamarnya menggunakan seragam lengkap dengan sepatu yang ia jinjing ditangan kirinya. ia berjalan keruang makan terlebih dahulu.

Alika menyapu pandangan keseluruh isi rumah, namun nihil tidak ada seorangpun disana. ia menghela napas berat. Alika menaruh sepatunya dilantai kemudian ia duduk dikursi untuk sekedar sarapan.

Alika meraih roti diatas meja dan menyapukan selai kacang kesukaan nya. ia merasa kesepian setiap pagi, tidak ada sosok ibu yang membangunkan nya dan sosok ayah yang ia idam idamkan, namun kenyataa begitu pahit, Ayahnya sama sekali tidak peduli dengan kehidupannya.

Alika tidak pernah bertemu dengan ibunya. Setiap kali ia bertanya pada Ayahnya pasti ia akan dimarahi dan dimaki maki. Alika juga bingung harus bertanya kepada siapa tentang sosok ibu nya.

Setelah ia menikmati sarapan nya, Alika beranjak dan meraih sepatunya untuk ia gunakan diluar rumah.

Baru saja membuka pintu utama, Alika dikagetkan dengan sosok Ayahnya yang mabuk berat. Pria paruh baya itu sempoyongan sambil berpegangan pada tembok.

Alika memegangi Ayahnya supaya tidak jatuh. "Ayah mabuk lagi?"

"Akhh lepas!" Ayah nya menghempas tangan Alika dan masuk ke dalam rumah.

Alika menyusul Ayahnya. "Ayah, Alika mohon jangan menyiksa diri Ayah kayak gini. Emang Ayah nggak kasian sama Ibu disana?pasti Ibu gak mau liat Ayah kayak gini." ujar nya.

"stt..Diam kamu!gak usah sok tahu tentang sosok yang kamu sebut sebut Ibu itu!sana pergi sekolah jadi juara satu banggain Ayah." ujar Ayah kemudian masuk kedalam kamarnya.

Alika menunduk dalam. "Ibu, Alika pengen ketemu Ibu. sekali aja." gumamnya.

[To Be Continue]

Sabar ya Alika. Kamu pasti bisa hadapi semuanya. Semangat☺

Jangan lupa follow Buna ya
@queenrii.wp
@rynxls

See you😄❤

831 My Senior! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang