"Do you know why divorce rate are so high? Because people are ready for the weddings, not the marriages."
***
Pukul dua malam bukanlah waktu yang tepat untuk mengunjungi rumah orang. Apalagi kalau ditambah dengan membawa tiga koper yang harus dibawa susah payah, untung supir taksi yang mengantarkannya kemari bersedia membantu membawakan koper besar warna-warni itu hingga ke depan pintu.
Hujan masih turun rintik-rintik. Perempuan yang mengenakan jumpsuit warna merah itu mengeluarkan lipstick dari tas jinjing yang ia bawa, menambah warna merah pada bibirnya yang sempat memucat. Setelah memastikan penampilannya lebih mendingan meskipun rambut ombre pink-nya lepek dan sebagian bajunya basah, dia mengetuk pintu berwarna gelap di hadapannya berkali-kali.
Agak lama perempuan itu menunggu di ruang terbuka, tubuhnya terasa semakin membeku, tapi belum ada tanda-tanda orang di dalam rumah mendengar panggilannya untuk membukakan pintu.
Perempuan itu tidak menyerah dengan cepat, dia terus memencet bel dan mengetukkan tulang jari-jarinya pada pintu di hadapannya, sesekali dia memanggil satu nama, "Diga? Buka dong, ini aku!"
Tidak ada jawaban juga.
Perempuan itu nyaris putus asa, makin mengantuk dan kelelahan. Untungnya, mulai terdengar suara kaki yang mendekati pintu, tidak lama setelahnya, pintu itu akhirnya terbuka. Muncul seorang perempuan yang mengenakan daster batik dari balik sana, terlihat mengantuk, matanya memperhatikan si tamu tak diundang dari atas sampai bawah, seperti memastikan kakinya benar-benar menginjak tanah, alias bukan dedemit yang punya niat mengganggu.
"Ada perlu apa ya, Neng?"
Si tamu tak diundang menyunggingkan senyum ramah.
"Ini masih rumahnya Diga? Diga-nya ada?"
Sebagai jawaban, perempuan berdaster itu menengok ke belakang, di detik berikutnya pintu tersebut terbuka lebih lebar dan tampak seorang laki-laki tinggi muncul dari sana.
Itu Diga, sosok yang perempuan ini cari.
Pria yang bernama Diga itu memperhatikan si perempuan dari atas sampai bawah beberapa kali, seperti memastikan penglihatannya sama sekali tak salah.
"Hi, apa kabar?" dia menyapa. Suaranya terdengar ramah di tengah tubuhnya yang makin jelas kelihatan menggigil.
Mbok Ni, perempuan berdaster tadi menjinjit hingga berhasil berbisik di telinga pria di sebelahnya, "Siapa memangnya, Pak?"
Tidak ada balasan dari pria yang ditanya. Nampaknya, dia terlalu tercengang untuk berbicara meskipun raut dinginnya berhasil menutupi itu.
Perempuan itu akhirnya berinisiatif, "saya Gemma, mantan istrinya Diga," jawabnya kemudian, santai sekali seperti tanpa beban dan dosa.
Well, ya, mantan istri. Mantan istri yang dua tahun lalu menceraikan pria itu karena ingin bersama dengan selingkuhannya. Kemudian hari ini, dengan sangat tiba-tiba dan tidak tahu malunya malah muncul di pintu rumah mereka dulu, dini hari, sambil membawa banyak koper pula.
"What do you want?" Pria itu bertanya datar, menutup basa-basi tak berguna di antara mereka.
"I want to claim this house," balasnya sambil tersenyum miring, selayaknya menunggu reaksi Diga. Tapi tidak ada. "Just kidding. Aku cuma mau tinggal di sini untuk sementara."
***
Introduce
Rediga Nevano Harsjad (Diga
"If something is too good to be true, it's not true."***
Gemintang Dilatara (Gemma)
"I am not The Little Prince's Rose, I am the fox."Coming Soon.
Yeiy this is my next project! Penasaran gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...