6

122K 14.3K 951
                                    

Diga tidak suka pesta, Gemma tentu sudah tahu tentang hal ini. Di antara banyaknya undangan yang ditujukan untuknya, Diga hanya datang ke acara yang paling penting saja, pernikahan sepupu atau sahabat dekatnya misalnya. Itu juga harus dipaksa-paksa terlebih dahulu. Kalau tidak sih, paling dia hanya titip amplop ataupun kado.

Pesta yang diselenggarakan Tante Mitha adalah acara yang paling Diga hindari, tentu saja karena itu tidak penting semua. Entah itu perayaan ulang tahun kucingnya, selamatan kucingnya yang habis melahirkan, pernikahan kucingnya yang ke sekian belas kali dengan penjantan-penjantan baru hasil perjodohan, atau bahkan mengenang kucingnya yang meninggal belasan tahun lalu. Perlu diingat, kucing Tante Mitha juga tidak hanya satu, dan tiap kucing itu memiliki perayaan penting masing-masing.

Orang gila mana yang bersedia menghadiri itu semua? Ah, tentu saja Diga tidak sudi menjadi salah satunya. Sebenarnya tidak hanya soal kucing peliharaan, masih banyak alasan-alasan aneh lainnya yang dijadikan dasar Tante Mitha mengadakan pesta, perempuan itu memang tergila-gila pada pesta, dan Diga merupakan si keponakan kurang ajar yang sekalipun tidak pernah menghadiri pestanya--Begitulah kira-kira Tante Mitha menjulukinya.

Sementara Gemma sebaliknya, dia adalah si orang gila yang menghadiri hampir seluruh pesta Tante Mitha. Waktu awal menikah dengan Diga dulu, Tante Mitha terang-terangan tidak menyukainya, tapi perempuan itu mulai memperlakukan Gemma dengan baik sejak Gemma hadir terus di acara yang dibuatnya. Panjat sosial mungkin bakat alamiah Gemma.

Namun malam ini berbeda, Diga bersedia hadir ke acara Tante Mitha. Katanya, ini pesta kejutan ulang tahun sederhana untuk kekasih terbaru perempuan yang dikenal sebagai sosialita tersebut, diadakan secara mendadak dan yang diundang hanya keluarga dekat sekaligus teman dekatnya saja.

Untung Gemma tidak terjebak ucapan Diga, ini sederhana dari sisi mananya, sih? Perempuan yang punya acara sedang bernyanyi bersama anggota Girlband Kpop naik daun di atas mini stage yang memang dibikin khusus untuk acara ini. Tamunya juga tidak sesedikit itu, lumayan banyak, dan kebanyakan bukanlah wajah yang dikenal Gemma. Mereka tentu sedang berjoget heboh, suasana di ruang tengah rumah mewah ini riuh sekali. Apalagi sepupu-sepupu Diga yang masih remaja berlomba-lomba untuk berdiri paling dekat dengan stage.

Sementara Gemma hanya menonton dari sudut yang agak jauh bersama Diga di sebelahnya. Pria itu nampak bosan setengah mati sambil memegang gelas sampanye yang berisikan air putih. Iya, Diga tidak bisa minum alkohol. Gemma sebenarnya ingin ikutan chill bersama tamu-tamu lain dan meneriakkan nama sang selebritis yang cantiknya bukan main, Gemma bahkan hapal lagunya. Sayangnya, batinnya dalam keadaan lelah, dan Diga juga memperingatinya.

"Di sini aja, nanti dibully."

Tuh kan, sialan?

"Makanya gak usah ajak aku," balasnya. "Atau emang itu tujuan kamu ngajakin aku ke sini, biar aku dibully?!" tuduh Gemma dengan mata yang memicing.

"Gak."

Pria itu diam setelahnya.

Untuk kesekian kalinya malam itu, Gemma mengambil kesempatan mengeluarkan cermin kecil dari dalam clutch, memastikan tidak ada kesalahan sekecil apapun pada penampilannya. Dia juga mengatur rambut ombre ungunya yang tadi di sepanjang jalan sempat dipasang hair-roll, membuat bagian bawahnya bergelombang beraturan dan menutupi sebagian kecil kulit punggungnya yang terbuka.

"Apa?" tanya Gemma saat menangkap basah Diga yang memperhatikan wajahnya.

Satu alis Diga terangkat, kemudian dia malah buang muka, "I am not the only person who is looking at you right now."

Menyadari itu, Gemma menutup dan meletakkan kembali cerminnya ke dalam clutch, lalu pura-pura masa bodoh dengan beberapa pasang mata yang bisa-bisanya lebih tertarik menengok ke arahnya sambil berbisik-bisik daripada keseruan yang diciptakan oleh si idol korea di atas panggung berserakan confetti.

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang