2

138K 16K 814
                                    

Terima kasih yang sudah vote dan komen di part sebelumnya. Jangan lupa vote dan komen ya kalau baca, karena buat cerita2 yang baru menetas begini, itu ngaruhnya ngaruh banget lho. Luv.

***

Sebanyak apapun kamu mendukung pepatah untuk jangan menilai buku hanya dari covernya, tetap saja itu merupakan kegiatan yang gemar dilakukan orang-orang, termasuk Mbok Ni. Bohong kalau Mbok Ni tidak menebak-nebak bagaimana watak Gemma dari penampilannya yang hmm...(bagaimana ya menyebutnya) nyentrik? Seksi? Glamour?

Mbok Ni memang tidak pernah mendengar nama Gemma langsung dari mulut Diga, namun gossip mengenai betapa laknat dan sintingnya perempuan itu telah sampai di telinga Mbok Ni. Dia terkenal di kalangan asisten rumah tangga keluarga Harsjad lainnya sebagai si Gold Digger tidak tahu diri yang hobi berselingkuh, belum lagi ayahnya yang menjadi terpidana kasus korupsi. Benar-benar benalu, bukan?

'Kurang apa sih Mas Diga sampai diselingkuhin segala?'

Mbok Ni memang baru bekerja di rumah Diga selama kurang dari dua tahun, akan tetapi sebelum itu, dia sempat mengenal Diga semasa kecil karena Mbok Ni bekerja di rumah Opanya. Mbok Ni sepakat kalau Diga ini layaknya pangeran yang datang dari buku dongeng anak-anak. Dia ganteng, pintar, baik, bersih, atletis, wangi, jago gambar pula. Bukan cuma jago gambar, Diga juga jago renang, main piano, gitar, basket, futsal, jetski, banyak pokoknya-- yang Mbok Ni ketahui dari foto-foto di rumah Opa-nya Diga. Walau untuk bagian renang dan basket, Mbok Ni pernah menontontonnya langsung. Duh, saking kerennya Pak Diga ini, Mbok Ni sampai merasa layaknya anak SMP yang tergila-gila pada kakak kelasnya, padahal tahu sendiri Mbok Ni sudah setua apa.

Jadi, tidak salah kan kalau Mbok Ni sepakat dengan teman-teman sepekerjanya yang lain kalau Pak Diga itu tidak ada kurangnya, hanya mantan istrinya saja yang kurang ajar.

Melihat penampilan perempuan itu secara langsung membuat Mbok Ni yakin kalau sifat buruknya sejalan dengan gaya noraknya.

"Pagi, Mbok." Mbok Ni yang tengah memotong bawang merah hampir melompat mendengar sapaan halus suara perempuan tepat dari belakangnya.

Dia mengelus dada, menengok siapa yang datang. Oh, baru saja diomongin dalam hati. Gemma hadir dengan piyama merah muda tipis, rambut gelap dengan warna pink-violet di bagian bawahnya tergerai lurus. Berbeda dari semalam di mana wajahnya penuh make-up, kini muka perempuan itu polos tanpa hiasan.

"Pa...pagi, Neng."

"Ini ada kain sutera dan kalung buat Mbok Ni, oleh-oleh dari aku. Aku taro di meja makan aja ya?"

"I...iya, Neng."

Kenapa Mbok Ni jadi gagu begini, sih?

"Mau dibantuin nggak, Mbok?" tawarnya kemudian. Namun belum sempat Mbok Ni menjawab, perempuan itu sudah menggulung kemudian menjepit rambut ombre violetnya menggunakan hair clip yang tadi dia tempelkan di baju. Dia juga memutar keran kitchen-sink buat cuci tangan.

"Emang udah gak ngantuk, Neng?"

Jujur, Mbok Ni saja masih mengantuk akibat drama tadi malam. Kalau tidak ingat kewajibannya, mending dia lanjut tidur sampai tengah hari. Seharusnya, Gemma yang baru tiba dari bandara ini juga masih mengantuk,'kan? Apalagi dia harus membereskan sendiri kamar tamu dan sebagainya.

Gemma menggeleng, masih mencuci tangannya bersih-bersih. "Udah biasa bangun pagi, Mbok," jawabnya santai, mungkin pencitraan. Perempuan itu melihat ke arah cabai, dan bawang-bawangan dalam baskom yang sudah dicuci. "Ini aku buat nasi goreng aja ya? Sekalian buat bekalnya Diga."

"Boleh, Neng."

Bukannya lanjut bersih-bersih, Mbok Ni malah salah fokus melihat cara perempuan ini mencincang basang putih dan bawang merah. Gemma tampak mahir dan sudah terbiasa dengan bumbu-bumbuan dan peralatan dapur di tengah jarinya yang lentik dan kukunya yang dikutek merah-silver.

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang