Sebenernya baru mau update part ini setelah komen di part sebelumnya tembus 1k, tapi keaknya ampe tahun depan juga susah. Soalnya yang nambah cuma reads ama vote doang, yang komen nyaris gak nambah.
tapi yaudahlah ya, lebih baik memfokuskan sama yang selama ini udah rajin hehe. Thank you atas apresiasinya 🙏
***
"Maaf, Kak. Stoknya kosong." Toko tekstil ke tiga yang Gemma kunjungi dan berakhir mendapatkan jawaban yang sama. "Apa yang ini aja, Kak? Mirip-mirip kok." Pria berseragam biru itu menyarankan gulungan kain silk bermotif bunga warna hijau.
Gemma meneliti sebentar, memegang bahannya, kemudian berkomentar, "Ngg, kayaknya kurang cocok deh, Kak..."
Belum selesai Gemma mengutarakan maksudnya, sudah ada seorang ibu-ibu yang menyerobot di sebelahnya, "Mas, brokat yang warnanya mirip-mirip yang ini ada gak?" dia menunjukkan bahan satin yang dia bawa.
"Di depan udah dilihat, Bu?"
"Udah, tapi susah nyarinya. Cariin dong, Mas."
"Sebentar ya, Bu." Karyawan itu memandang Gemma selayaknya meminta persetujuan.
"Saya lihat-lihat sendiri dulu aja, Kak," balasnya. Namanya juga toko lagi ramai-ramainya. AC dan kipas angin yang terpasang nyaris tidak berasa. Sumpek, panas dan orang-orang berlomba-lomba mendapatkan apa yang mereka cari sesegera mungkin dengan harga yang pas di kantong. Kalau betulan tidak ada, tinggal beranjak ke toko lainnya.
Namun, Gemma sudah lelah untuk ke toko lainnya dan harus menjelaskan dari awal. Matanya juga mulai berkunang-kunang saking capeknya.
Gemma maju beberapa langkah dengan kepala mendongak, dia dapat merasakan seseorang mengikuti tiap langkahnya, lalu mendengar, "eh, sorry, Mas." yang membuatnya membalikan kepala dan mendapati pria di belakangnya kena senggol untuk ke lima kalinya hari ini. Entah karena badannya yang memakan banyak ruang, atau langkah kakinya yang terlalu ceroboh.
"You ok?" tanya Gemma agak khawatir. Makin diperhatikan, Diga makin kelihatan kayak anak bebek yang takut kehilangan induknya. Dia tidak pernah kelihatan dua langkah lebih jauh dari Gemma, kalaupun iya dan terhadang oleh orang lain yang mendahului, dia pasti memanggil Gemma untuk minta ditunggu.
Jelas sekali kalau ini kali pertama seorang Rediga pergi ke tempat sejenis pasar tradisional modern seperti ini. Gemma tadi sudah menyuruhnya pulang atau setidaknya menunggu di mobil waktu mereka tiba di parkiran, tetapi pria itu bersikeras mau ikut. Kayaknya, Diga lagi segabut itu. Untung Gemma sudah berjaga-jaga membelikannya air mineral di depan kalau-kalau dia kehausan.
Begini-begini, Diga itu tuan muda. Bisa tamat riwayat Gemma kalau pria itu sampai kenapa-kenapa.
Diga mengangkat tangannya dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk huruf O, memberitahu kalau dia baik-baik saja. Pria itu kemudian merapikan topinya yang terlalu ke bawah, belajar dari pengalaman di restoran tadi di mana banyak yang memperhatikannya karena wajahnya lebam, makanya kini dia berupaya menyembunyikan dengan pakai topi.
Masalahnya, orang-orang termasuk Gemma bakal langsung fokus ke bibirnya yang agak ranum dan berwarna segar, padahal pinggirannya masih lecet, berikut pahatan rahangnya yang indah. Gila sih, begini aja masih ganteng banget? Rasanya Gemma mau teriak mengeluarkan protes tepat di telinganya.
Mungkin risih mendapati mata Gemma yang jelajatan ke arah bibirnya, Diga melangkah lebih dulu, sementara gantian Gemma yang mengikutinya.
"Coba pakai warna yang bisa dikombinasikan aja." Diga membuka suara setelah sejak tadi kebanyakkan diam karena Gemma sama sekali tidak mengajaknya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...