23

99K 14.3K 1.9K
                                    

Benturan dengan sisi kapal membuat betis Gamma tergores. Tidak dalam, darahnya juga tidak merembes. Paling ditambah memar sedikit. Perih memang. Walau yang bikin Gemma meringis adalah bentuknya yang jelek dan letaknya yang tidak strategis.

"Sakit?" Diga bertanya. Pria itu yang membantunya berjalan sampai dapat tempat duduk, sekaligus mengoleskan kakinya dengan betadine.

Gemma mengangguk pasrah. Kepalanya terus menunduk ke arah betisnya. Dibandingkan sakit, lebih banyakan malunya.

"Salah siapa?"

SALAH KAMU LAH! Gemma ingin menjawab begitu, dengan teriakkan kalau perlu. Hanya saja, kesinisannya, auranya yang gelap, dan bagaimana dia berdiri tegak dengan tampangnya yang sedingin itu membuat Gemma memutuskan untuk tidak cari gara-gara.

"Aku."

"Ck, makanya..." decaknya. "Lain kali, hati-hati."

Gemma mengangguk, memutuskan untuk jadi anak baik. Biar mereka tidak perlu berdebat, bertengkar dan semacamnya. Mengingat jarang-jarang seorang Rediga berkelakuan seperti barusan . Kalau diteruskan, bisa-bisa dia makin teraniaya.

Barulah mereka beranjak dari sana, menghampiri Siska yang masih dikerumbungi beberapa orang, berikut dua kru kapal didekatnya yang membagikan kunci. Dikarenakan baru datang, baik Diga dan Gemma menunggu giliran dengan sabar.

"Kamar gue di mana, Sis?" tanya Gemma ketika satu persatu yang menggerumbungi Siska sudah meninggalkan lobi utama yang luas, diikuti oleh kru kapal yang membawakan koper mereka.

"Lo sama Diga, ya." Siska berbicara sambil menulis di iPadnya. "Mau yang di depan? Ada Jacuzzi-nya."

"Kok sama Diga?" Suara Gemma agak meninggi. Dia syok, jelas saja. Siska lupa ya kalau Gemma dan Diga sudah bercerai?

"Emangnya kenapa?"

"Bukan muhrim," jawab Gemma asal. Lebih tepatnya, bukan-mahram. "Dia kan cowok, gue cewek," tunjuk Gemma menggunakan jempolnya.

Agak menggebu-gebu.

"Terus?"

Ini kenapa Siska menjawab protesnya layaknya bukan masalah dan Gemma saja yang berlebihan ya?

"Gue sama yang cewek aja, kek. Sally misalnya?"

"Sally ada lakinya," jawab Siska enteng. "Yang lain udah ditentuin kamar masing-masing, cuma sisa kalian. Gue pikir lo gak masalah, soalnya dari tadi gak keliatan dan gak bilang apa-apa."

Ya, kan, dia tadi dia sibuk mengurus kakinya dan rasa malunya!

Gemma makin gelisah.

"Atau gue sama lo, aja?"

"Gue sama cowok gue." Agaknya Siska mulai kesal.

Gemma mundur selangkah, mensejajarkan kakinya dengan Diga yang sejak tadi diam saja, kelihatan bosan menyaksikan tawar-menawar antara Gemma dan Siska. "Ga, ngomong dong! Kita gak mungkin sekamar!" Gemma gregetan.

Gemma paham kalau dia tidak memiliki power. Namun, Diga mungkin punya, mengingat dia salah satu sahabat terdekat Jonathan dan latar belakangnya yang penting.

"Ngomong apa?"

"Apa kek biar kita gak sekamar! Tukeran siapa kek gitu."

Masih dengan tampang cueknya, Diga memandang Siska, "Sis, ada yang bisa tukeran, gak?"

"Ini cewek-cewek yang tidur sekamar udah genap sih. Tapi, gue coba tanya."

Tidak memiliki harapan cerah, Gemma akhirnya punya ide saat melihat Sarah.

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang