Hi makasih untuk vote, komen and all the supports ya. luv
***
"Lo gak mungkin gue apa-apain kali, Gem."
Gemma menghembuskan napas berat mendengar nada merajuk Marco. Awalnya, dia tidak mengambil pusing percakapannya dengan pria itu di Whatsapp, tidak menganggap serius kata demi kata yang dituliskan Marco sampai pria itu mengatakan kalau sudah mengirimkan teknisi AC ke rumah Gemma. Dan benar saja, beberapa menit kemudian, ada nomor asing yang menelpon untuk meminta konfirmasi alamat rumah.
Meskipun sudah mendapatkan teknisi AC profesional sesuai keinginannya, masalah tidak selesai dengan mudah karena kamar Diga dikunci. Gemma harus menelpon Diga, berkali-kali sampai pria itu mengangkatnya untuk menanyakan letak kunci kamar, yang ternyata dia bawa.
Untuk urusan kamar, memang privasi. Gemma bahkan belum pernah melihat isinya lagi, meskipun kamar itu dulu kamarnya juga. Diga memberitahu lewat telepon kalau dia masih ada urusan, dan mungkin pulang sorean. Soal AC, Gemma tidak perlu khawatir karena nanti dia perbaiki sendiri. Dia juga berjanji tidak akan mengungsi di kamar Gemma malam ini, kalau memang itu masalahnya.
"Kenapa nggak bilang dari awal sih kalau bisa?" Gemma bahkan menggunakan nada tingginya. Tentu kesal mengingat segala keribetannya ternyata sia-sia. Belum lagi harus meminta maaf dan bertanggung jawab membayar uang ongkos untuk teknisi yang sudah tiba, walau berakhir ditolak karena sudah ditanggung Marco.
"Gak ditanya."
Singkat, datar, dan... apakah ini yang dinamakan guilt-tripping? Karena yang dipikirkan Gemma selanjutnya, jawaban Diga benar juga. Gemma yang memilih repot dan kelimpungan sendiri, padahal kalau Gemma tidak mau Diga di kamarnya, Gemma tinggal mengusirnya.
Lebih mudah.
Gemma jadi curiga kalau AC di kamar pria itu tidak betulan rusak. Siapa tahu ini hanya akal-akalannya saja buat bikin Gemma sengsara. Bisa saja kan Diga lagi bosan. Dan kebetulan ada Gemma yang bisa jadi sasaran empuk yang membuatnya terhibur mengingat reaksi tolol Gemma tiap kali pria itu berkata atau bertindak dalam tarap biasa. Kalau dalam tarap biasa saja Gemma bisa menggila, apalagi tarap tidak biasa?
Alhasil, Gemma tidak mood keluar rumah. Namun, Marco memaksa Gemma menepati janjinya. Dia bilang, apabila Gemma tidak mau, dia akan muncul di depan pintu rumahnya dan menyeretnya keluar secara paksa.
Gemma menganggap ketikan ataupun perkataan yang keluar dari mulut Marco merupakan candaan belaka, kecuali bagian yang bersifat kriminal. Makanya demi berjaga-jaga dan memang sudah janji, Gemma mengalah dan mengiyakan juga.
Belum cukup sampai disitu, Marco juga mau menjemput Gemma di rumahnya, yang tentu saja Gemma ngotot tidak mau. Saat Marco menanyakan alasannya, Gemma dengan blak-blakan menjawab kalau dia takut diculik, dan nampaknya, Marco tersinggung.
"Gak usah ngambek ah, malu tuh sama otot," Gemma menyindir sambil memakan Es Krim Baskin Robbins dalam cup yang dia pesan. Padahal Marco sudah dia sogok eskrim, tapi rautnya masih masam. "Lo keliatan makin serem tau kalau kusut begini."
Marco kemudian menggigit eskrim di atas cone-nya sampai setengah. Besar juga ya mulutnya. Belum juga senyum. Mereka berdua masih duduk di kedai eskrim. Berhadap-hadapan.
"Eh, elo takut gue jemput tapi malah gak takut serumah ama mantan. Bisa-bisanya..."
"Beda kali. Kan gue udah kenal dia."
"Lo lebih dulu kenal gue, oon," balas Marco dengan nada gregetan.
"Aura lo negatif. Bawaannya bikin curiga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...