4

119K 14.9K 707
                                    

Dagu Gemma terangkat tinggi sambil mendorong trolli belanja melewati bagian buah-buahan. Diga suka makan buah. Pria itu tidak suka sayur-sayuran hijau, tapi dia menyukai hampir semua jenis buah. Terutama apel, pear, anggur dan jeruk. Buah-buahan itu sudah dimasukkan Gemma ke dalam troli belanjaan, dia memilah-milah sendiri yang kira-kira kualitasnya paling bagus.

Setelah kemarin istirahat seharian, hari ini dia mencari kesibukan dengan melancong ke Super Market. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia belanja bulanan.

Gemma sudah pindah ke bagian susunan yogurt, susu, dan juice dalam botol. Dia memasukan beberapa yang dikiranya diperlukan, masih hapal mana saja yang menjadi merek favorit Diga. Bukankah sudah dia bilang kalau dulunya dia ibu rumah tangga? Belanja bulanan merupakan salah satu kegiatan wajibnya. Lagipula, stok makanan dan kebutuhan sehari-hari di rumah juga habis semua.

Anggap dia sedang balas budi atas beberapa perbuatan baik Diga kepadanya.

Gemma membuka kancing sling bag ivory yang dia pakai, mengeluarkan handphone dari dalam sana. Dia memotret troli belanjaannya yang hampir penuh, lalu mengirimkan foto tersebut ke kontak Diga yang dia dapatkan dari Mbok Ni.

'Digaaaa.'
'Aku lagi belanja di Supermarket.'
'Nyetok buat di rumah.'
'Buah, yogurt, susu, dll udah aku beli semua.'
'Ada yang mau kamu titip lagi gak?'

Gemma memasukkan kembali handphonenya,
lalu lanjut melihat-lihat di bagian makanan ringan. Handphonenya belum berbunyi juga, pertanda Diga belum membalas pesannya. Setelah mengelilingi sebagian isi supermarket sampai bosan, Gemma kembali mengecek handphone-nya.

Pesannya dibaca, cuma tidak ada balasan. Dia tahu kalau Diga sibuk, kemarin saja pria itu tidak pulang ke rumah, menginap di studionya. Atau sengaja menghindari Gemma.

Pasrah, Gemma langsung menuju kasir yang tidak terlalu mengantri. Awalnya, segala hal berjalan baik-baik saja, total belanjaannya sekitar 3 juta rupiah, sampai dia menyerahkan kartunya dan pembayaran ditolak. Tubuh perempuan itu mendadak menegang. Well, Gemma sempat percaya diri kalau uang di tabungannya di atas 3 juta, begitulah yang terakhir dia cek. Hanya saja, dia melupakan kalau dia harus membayar banyak tetek bengek demi kepulangannya ke Jakarta, mungkin karena itu kartunya malah ditolak.

Buru-buru perempuan itu memainkan handphonenya, mengetik pesan lagi untuk Diga.

'Digaaa.'
'Uangku kurang.'

Padahal niat awalnya adalah membelikan kebutuhan rumah memang pakai uangnya.

Masih belum ada jawaban.

Pasrah dengan balasan Diga. Gemma sudah siap menjelaskan pada kasir dan mengembalikan barang-barang yang sekiranya tidak diperlukan padahal sudah dimasukkan ke dalam lima ecobag besar yang dia bawa. Bisa-bisanya dia pakai acara lupa kalau dia bukan lagi Nyonya Harsjad yang memiliki kartu kredit dengan limit selangit.

Perempuan itu sudah siap memasang tampang memelasnya untuk meminta maaf kepada kasir yang berjaga. Di saat itu juga, handphone-nya berdering.

Diga
Berapa?

Gemma buru-buru membalas, '3,1 juta.'

Diga
Rek?

Gemma membuka catatan di handphonenya untuk menyalin nomor rekening yang tersimpan. Itu nomor rekening baru yang tidak pernah diketahui Diga sebelumnya. Perempuan itu sudah mengirimkan kepada Diga, beberapa detik kemudian, ada pemberitahuan kalau saldonya bertambah 310000000, 0-nya kelebihan dua dari yang dia minta. Perempuan itu memutar bola mata malas, dasar ceroboh!

Meskipun kaget, Gemma lebih dulu memberikan kartu debitnya kepada kasir yang harus menunggu cukup lama, "Maaf ya, Mbak," ucap Gemma disertai senyumnya.

Perempuan itu mengetik lagi untuk Diga, memotret layar yang berisikan jumlah uang yang masuk. 'Kamu tuh gak berubah ya. 0-nya lebih dua, tau! Untung aku bukan pencuri. Nih kelebihannya udah aku transfer balik!' tulis Gemma. Iya, dia segera mentransfer balik sebelum punya niat yang tidak-tidak pada uang dalam ATM-nya, walau tidak bisa sekaligus semua karena masalah limit transfer.

Diga
Oh

Dan Gemma hanya memutar bola matanya malas.

***

Hari mulai gelap saat taksi yang ditumpangi Gemma tiba di halaman kecil rumah yang ditumpanginya. Mobil Diga sudah terparkir di garasi terbuka yang hanya muat untuk satu mobil, akhirnya pria itu pulang juga setelah dua hari tidak kelihatan.

Gerimis membasahi tanah saat Gemma membuka pintu taksi, membuat perempuan itu buru-buru ke belakang untuk membuka bagasi yang berisikan barang-barang belanjaannya. Ada sekitar 5 kantong belanjaan yang harus cepat ia bawa ke dalam sebelum hujan semakin deras.

Deru gemuruh angin semakin nyaring, air hujan pun membasahi Gemma. Perempuan yang mengenakan floral dress itu terlalu fokus dengan belanjaan yang berusaha dia angkut saat menyadari seseorang baru saja memayunginya. Gemma mendongak, membuat matanya bertemu pandang dengan Diga.

Pria itu menyerahkan satu payung lagi yang belum dibentang untuk Gemma. Dia langsung mengambil tiga kantong belanjaan sekaligus di kedua tangannya, lalu membawanya masuk ke dalam.

Gemma mengikutinya di belakang dengan dua kantong belanja di tangan kanan dan kiri, sementara tongkat payung dia kepitkan di siku dan dadanya agar tidak jatuh.

Mendapati tindakan Diga barusan dan bagaimana dia bersediah mentransfer uangnya yang kurang, Gemma buru-buru menghampirinya dengan senyum cerah.

"Kamu kenapa sih baik banget jadi orang?"

"..."

"Kok gak dijawab? Masih kesel ya sama aku?"

Ya, menurut lo aja!

Diga mengabaikannya, dia meninggalkan belanjaan Gemma di ruang tamu, meminta Mbok Ni membereskan sisanya. Sementara Gemma juga melakukan hal yang sama, dia sibuk menyusul Diga yang berjalan ke dalam dan mulai naik ke atas.

"Terus, kita bisa mengobrol?"

"..."

"Diga, yuk ngobrol."

"Apa?"

"Ngobrolin tentang aku boleh tinggal di sini. Kata Mas Danu, kamu bolehin asal dengan syarat. Apa syaratnya?"

"..."

"Aku suka rumah ini, dan kita bisa menjadi teman baik. Kita cocok sebagai teman, dan gak pernah ada masalah serius sebelum cerai. Terus, aku juga berguna. Mbok Ni bilang, pekerjaan utama dia cuma menemani kamu biar gak sendirian, sisanya hanya tambahan. Makanya banyak stok di kabinet dapur kosong semua. Aku beneran gak punya tujuan lain selain karena aku butuh tempat tinggal." Suaranya mulai terdengar kesal karena Diga masih membuatnya harus bermonolog sendiri. "Tanya aja Mas Danu kalau gak percaya. Lagipula, aku sudah move on, aku gak gak bakal gangguin apapun tujuan kamu."

Pria itu menghembuskan napas panjangnya. Dia sudah berada di depan pintu kamarnya. "I just have one question for you."

"Apa?"

"Apa yang bikin kamu pulang kemari?"

"Karena aku dideportasi dari Vietnam dan udah kehabisan uang, terus aku juga harus nengokin papa dan... udah dua kali loh aku jelasin semuanya!"

"Yakin gak ada hal lain?"

"Nggak."

Diga berdecak, membuat Gemma menegak salivanya kesusahan.

"Let's talk about this later," ucapnya kemudian.

***

Jangan lupa vote dan komen ya <3

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang