Bonus Scene
"Gue suka sama Gemma."
Diga akhir mengungkapkan alasan kenapa dia terlihat gelisah seharian ini, secara blak-blakan, kepada Yudhis yang bingung mendapati pria ini belum juga minggat dari kantor padahal sudah menyelesaikan bagian DED alias gambar kerja projek yang akan dirapatkan besok sejak pukul 7 tadi.
"Udah tau," balas Yudhis enteng.
"Isn't it obvious?" Suara bariton Diga terdengar menggebu, dia menjeda pandangan ke layar laptop yang menunjukan permainan Zuma di stage 4, game yang baru dia temukan kemarin demi peralihan rasa. Kayaknya kalau dibiarkan terus, bisa-bisa Diga menyelesaikan seluruh level dalam semalam. "Tapi, kenapa Gemma nggak percaya?"
Bukannya menjawab, Yudhis mencibir, nyaris tertawa. Dia memundurkan kursi di hadapan Diga, kemudian duduk di sana. Jarang-jarang Yudhis mau meladeni persoalan hidup sahabat yang merangkap jadi partner kerjanya ini. C'mon, this is the notorious Cold-Hearted Rediga Nevano Harsjad--yang sedang galau.
"Tau gak, di hari pernikahan lo, Jo ngajakin taruhan mengenai berapa lama umur pernikahan lo. Hampir dari kita semua yakin kalau pernikahan lo dan Gemma gak akan bertahan lama. You aint marry her for nothing, rite? You were just 26, getting married to a girl you don't even close with, ya kali serius?"
Kata demi kata yang keluar dari mulut Yudhis memang agak memprovokasi, tapi dia mengungkapkannya dengan begitu tenang. Pria itu menunggu reaksi Diga, yang sayangnya tidak ada.
"Tapi nyadar gak, waktu sama Gemma dulu, lo malah gak gangguin Gianna. Yes, mungkin karena Gemma posesif, cuma sejak kapan Rediga bisa diatur? Gue juga jadi mikir. Terlepas cinta atau bukan, dia bikin lo merasa cukup ya?"
"..."
"Cuma yang namanya manusia, mana ada sih yang nggak serakah?" Itu merupakan pertanyaan retoris. "Sekarang, lo jawab, kenapa lo dulu gampang banget setuju buat bercerai?" tanya Yudhis, pria itu juga menambahkan beberapa praduga."Karena lo yakin gak punya perasaan apa-apa? Karena lo berpikir kalau itu saatnya buat menjalankan rencana lo terhadap Gianna?"
"Gue melepaskan dia karena dia nggak bahagia dengan pernikahan kami." Diga membela diri. Bukankah itu berarti dia menyingkirkan egonya demi kebaikkan Gemma?
Bagaimana bisa itu disebut serakah?
"Kalau memang karena itu, kenapa jadi pengen banget dia percaya kalau lo suka sama dia? Biar bisa diajak balikan? Seberapa yakin kalau kali ini dia bakal bahagia dan pernikahan kalian baik-baik aja?"
Diga tidak bisa menjawab. Yudhis berhasil membuat kata-kata Diga sebelumnya terasa sangat-amat munafik.
"Mungkin lo berpikir simple. You like her, you want her, then you gotta get her. Tapi, lo memperkirakan gak gimana Gemma?"
"..."
"Kalau gue jadi Gemma, gue juga gak bakal percaya lo begitu aja," ucap Yudhis akhirnya. Dia tersenyum menang, mungkin bermaksud mentertawakan Diga.
Yudhis berdiri kemudian, "Dah, bro, gue duluan," katanya pamit. Dia berjalan ke pintu keluar, beranjak dari ruangan Diga, meninggalkan pria itu sendirian dengan isi kepala yang makin penuh.
Well, Yudhis sama sekali tidak membantu. Diga bahkan menahan agar tidak menjambak rambutnya sendiri. Kebanyakkan dari perkataan Yudhis tadi merupakan praduga, belum tentu kebenaran. Namun, beberapa hal menusuk tepat sasaran.
Apabila menyukai dan tertarik secara seksual terhadap seseorang seribet ini, bukankah lebih baik dia tetap aromantic dan aseksual saja?
Lebih mudah. Dia tidak perlu merasa seperti orang sakaw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...