5

126K 14.6K 715
                                    

Gemma menunggu Diga. Mau sesebal atau sedingin apapun Diga terhadap dirinya, Gemma tahu pria itu akan menepati janjinya untuk lanjut berbicara baik-baik.

Pintu kamarnya baru saja diketuk.
Perempuan yang tengah memakai krim pelembab wajah itu buru-buru berdiri. Dia selesai mandi lima menit lalu. Kepalanya dililit handuk guna mengeringkan rambut.

Gemma tahu penampilannya dalam keadaan kurang layak. Waktu menikah dulu, Gemma tidak pernah menunjukkan wujud apa adanya begini di hadapan Diga, dia selalu ingin kelihatan sempurna di depan orang yang digilainya. Namun, kali ini, dia langsung berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Gemma tersenyum riang, "Mau ngomong sekarang?" saat mendapati memang Diga yang di depan pintu. Pria itu tidak memberikan reaksi yang berarti. Mau dia lagi cantik-cantiknya atau begini-begini saja, eskpresi Diga saat melihatnya tetap sama saja.

Berbeda dengan Gemma yang jadi salah fokus melihat penampilan Diga yang terlalu rapi. Diga mengenakan sweater dan celana jeans. Wanginya juga enak dicium, membuat Gemma ingin mendekat agar bisa mengendus-ngendusnya lebih leluasa. Baiklah, Gemma tahu kalau Diga suka dengan hal-hal yang rapi, tapi masa di rumah pakai sweater Armani segala? "Kamu mau ke mana?" tanya Gemma saat sadar sesuatu.

Bukannya menjawab pertanyaan Gemma, Diga malah membuat pertanyaan baru, "Kamu mau tinggal di sini?"

Gemma mengangguk tanpa ragu.

"Follow me, then."

"Ke mana?"

"Ke rumah Tante Mitha."

"Kamu gila?" tanya Gemma reflek.

Gemma tentu masih ingat siapa Tante Mitha. Dia adik papinya Diga yang paling bungsu dan suka bikin party. Pokoknya peringatan hari apa atau siapapun yang ulang tahun, dia akan bikin acara. Bahkan kalau kucing peliharaannya ulang tahun, dia bisa membuat acara yang sama meriahnya dengan ulang tahun bank ternama. Mengunjungi rumah Tante Mitha berarti menemui hampir sebagian besar keluarga besar Diga yang menetap di Jakarta, atau bahkan Asia Tenggara.

Apabila Gemma mendadak hadir di tengah-tengah mereka setelah menghilang selama dua tahun dengan dugaan kabur bersama selingkuhan dan menyakiti seorang Diga, apakah masuk akal Gemma bisa pulang dari sana hidup-hidup?

Mata Gemma memicing, "Kamu mau jebak aku ya?"

"No."

"Terus?"

"I never come to any of their parties. But, my mom threatened me if I didn't come this time."

"Ya kan tinggal pergi aja."

"I don't want to come alone."

"Bisa ajak Mbok Ni, atau siapa kek?"

"You want to stay here or not?" Tanya Diga menutup basa-basi mereka. "Ini syaratnya."

"Aku mau tinggal di sini. Tapi aku gak mau datang ke pesta Tante Mitha."

Buat apa coba?

Buat jadi bahan omongan lah, Gemma. Apa lagi?

"Listen Diga, papa aku sedang tersandung kasus korupsi yang udah mencoreng nama besar keluarga Harsjad, terus udah bener kita tuh bercerai dan..."

"Nobody blames you for that," potong Diga kemudian. Dia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Tetep aja kan..." Bagaimana bisa tidak ada yang menyalahkannya mengenai itu semua ketika dia jelas bersalah?

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang