Kalau dua hari belakangan Gemma tampak ceria, ramah dan bersemangat untuk panjat sosial, maka agaknya hari ini dia berbeda.
Hari ini, perempuan itu tampak lemas, lesu, klamar-klemer layaknya orang kurang darah. Kalau ada yang lewat, dia hanya menyapa atau membalas sapaan seadanya dengan suara tidak bertenaga. Padahal, mereka sedang mampir di sebuah pulau yang terkenal dengan resort-nya di tepi pantai, bersiap untuk acara puncak dari rentetan pesta ulang tahun Jonathan.
"Kak? Sakit?" Sally berbaik hati menghampiri dan menegurnya.
Gemma menggeleng, menyunggingkan senyum tipis. "Ini kayaknya karena gue ketinggalan breakfast aja," jawabnya setengah jujur.
Karena kalau sejujur-jujurnya, jawaban yang lebih tepat adalah karena Diga dan segala sesuatu yang terjadi tadi malam. Mereka betulan berakhir di 'ranjang'.
Tiap kali teringat perbuatan gilanya tadi malam, Gemma akan uring-uringan sendiri. Bisa-bisanya dia kilaf, dan bisa-bisanya kilafnya kejauhan. Ayolah, seorang Gemma biasa sanggup menahan diri saat hal-hal diinginkan itu hampir terjadi, kenapa semalam tidak sanggup?
Bukannya berusaha mencegah, menghentikan, menyadarkan satu sama lain kalau perbuatannya tercelah, Gemma malah menyerahkan diri seutuh-utuhnya, layaknya sudah lama menantikannya.
She wanted Rediga that much, anyway.
Jadi, ketika pria itu sudah kepalang menyentuhnya, terpikirkan untuk mencegah saja tidak ada.
'Setidaknya, jual mahal dikit, kek!' Setan dalam kepalanya menyindir, tertawa meremehkan.
Pantas ya ada larangan laki-laki dan perempuan itu dilarang berduaan, karena bakal ada setan di tengah-tengah mereka. Sekalinya kena sentuhan, in the right time and in the right place, mana ingat apa-apa lagi, mana kepikiran risikonya.
Semalam itu sudah jelas godaan setan yang terkutuk, iya kan?
'Enak aja, lo yang berbuat, kenapa setan yang ya salah?'
Alhasil, Gemma bergidik di tengah lamunannya, membuat Sally menjentikan jarinya di depan raut pasih perempuan itu. Gemma sekali lagi mengeluarkan senyum, kemudian senyumnya langsung lenyap ketika mata bulatnya menangkap Diga mendekati mereka. Sontak, Gemma memeluk lengan kanan Sally erat-erat, dan bersembunyi dibalik bahunya.
"Lo kenapa?" Sally makin bingung.
Dengan memegang Sally, Gemma mungkin bisa membatasi pikiran kotornya tiap kali melihat ke arah Diga, entah itu bibirnya, rambutnya, tubuhnya, atau...
Please, Gem! Jangan coba-coba lihat ke bawah!
Gemma malah menyembunyian wajah di belakang Sally seiring dengan Diga yang mengulurkan tangan, menyerahkan sebungkus roti untuk Gemma. Bukan Gemma saja yang dia kasih, tapi Sally juga.
"Thanks," ucap Sally, tangan kanannya yang bebas sekalian mengambilkan untuk Gemma.
"Gemma kenapa?" tanya Diga bingung, alis tebalnya terangkat, benar-benar kelihatan tanpa dosa. Berbeda dari Gemma, pria itu tampak sangat bertenaga. "Sakit?" Pria itu mendekat, berniat menghampiri Gemma, "perasaan semalam baik-ba..."
Belum selesai Diga bicara, Gemma langsung menarik tangan Sally untuk segera berlari dari sana. Gadis itu makin bingung, apalagi Diga yang mempertanyakan apa masalahnya.
***
Siang hari, ketika perutnya sudah di isi dengan berbagai macam menu olahan seafood mahal, Gemma masih kelihatan lemas. Dia bahkan tidak repot untuk mengganti croptop kuning dan celana kuning panjangnya dengan bikini, mengingat kebanyakan perempuan di sini berlalu lalang menggunakan bikini. Kelihatan seru, mana pada foto-foto cantik pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...