I am not supposed to be here.
Kalimat itu terus berlalu lalang di kepala Gemma sembari dia mengumpulkan kesadarannya.
Dia tidak seharusnya berada di ruangan dengan nuansa abu-abu yang notaben merupakan kamar bujang mantan suaminya untuk kali pertama, tidak ketika dia sudah mengabari pria itu kalau sedang tidak mau diajak berbicara.Satu hal tentang Diga yang Gemma tahu, Diga akan memberinya ruang kalau Gemma meminta begitu. Diga tidak akan mengajaknya berbicara kalau Gemma tidak mau. Kalaupun harus menegur ketika berpapasan, itu juga hanya sapaan seadanya. Lantas, kenapa bisa-bisanya Gemma berakhir di kamarnya dan terus diajak berbicara? Mana pakai dimarah-marahi pula. Nada suaranya memang tidak tinggi sih, tapi Gemma merasa disalah-salahkan ketika kesarannya perlahan kembali.
"Why are you so reckless? You were overly drunk in the middle of strangers who could harm you. Sadar gak kalau apa yang kamu lakukan itu berbahaya? Kamu juga bisa keracunan alkohol." Pria itu menatap Gemma yang duduk di sisi ranjang lamat-lamat layaknya Gemma melakukan kesalahan besar, sementara Gemma buang muka karena salah fokus dengan Diga yang sekali masih menggosok-gosok hidung kemerahannya. Beberapa kali pria itu kelihatan mau bersin di tengah raut seriusnya, tapi tidak jadi.
Dibandingkan menurut, Gemma hanya memutar bola mata jengah, menunjukan sisi pemberontak yang telah lama terbelenggu dalam jiwanya. Memangnya Diga siapa? Pria itu tidak berhak mengajarinya!
She should admit that, Gemma tidak pernah minum sebanyak itu, dia juga tidak pernah berada di kondisi semabuk itu sampai-sampai melupakan sebagian besar apa yang terjadi tadi malam. Kepalanya masih pening, mualnya belum berhenti. Perutnya juga nyeri. Dia sudah meminum air mineral dan jus tomat yang dipercaya bisa mengurangi mabuk, itu juga dia minum karena dipaksa oleh Diga. Tadi sempat minta paracetamol yang bikin Diga mendengkus, katanya paracetamol tidak bisa diminum ketika masih dalam pengaruh alkohol.
Sebagai orang dewasa, Gemma tahu kalau dia salah, tapi dia tidak suka Diga mengomelinya dengan perkataan layaknya pria itu peduli.
Diga tidak berhak begitu setelah apa yang diperbuatnya terhadap Gemma. Toh, pria itu tidak pernah serius peduli padanya. Pasti basa-basi, kan? Dia sudah muak dengan segala basa-basinya.
Dibandingkan menjawab meskipun ingin, perempuan itu memilih menutup bibirnya rapat-rapat. Dia hanya ingin segera pulang dari sini dan menjaga jarak sejauh mungkin dari Diga, tidak peduli senyaman dan semenakjubkan apapun kamar ini.
"Seriously, Gemma. I know I am guilty for leaving you just like that. I am so sorry. I really mean it. Tell me, what should I do to make everything right again?" Suara Diga mulai frustasi, ah bahkan Gemma tidak pernah melihat Diga sefrustasi ini sebelumnya. Biar saja, Gemma tetap tidak mau menggunakan hati. "Aku benar-benar gak tahu harus ngapain biar kamu mau ngomong sama aku."
Satu-satunya yang terlintas dalam kepalanya adalah, dia hanya mau cepat keluar dari sini.
Namun, diamnya perempuan yang mulai sober itu berakhir ketika dia mendapati nasib naas gaun satin merah cantik yang dikenakannya tadi malam, terdapat sobekan tidak manusiawi di bagian atas sampai dada. Jelas darahnya berdesir. Merasa ngeri bercampur marah.
"Apa yang udah kamu lakuin ke aku?" Suaranya jelas penuh tuduh. Dingin dan seperti menahan tangis.
"Aku gak ngapa-ngapain."
Gemma berdecak, Diga bisa-bisanya masih berusaha mengelak setelah bukti yang dia lihat menyatakan sebaliknya.
"Aku beneran gak nyangka kamu bisa ngelakuin hal sejahat ini..."
Ayolah, Gemma merasa naif karena sempat meyakini Diga tidak berbuat apa-apa terhadap tubuh tidak sadarkan dirinya ketika dia terbangung dengan alas yang sudah berganti, tanpa pakaian dalam apa-apa di baliknya pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Witty Ex-Wife
RomanceKetika mantan suami dan mantan istri memutuskan untuk tinggal serumah. It's not about the second chance. It's about unfinished love story. *** Sewaktu Gemma memutuskan untuk kembali ke rumah lamanya sebelum bercerai dikarenakan paksaan sang mantan k...