33

98.4K 12.6K 1.4K
                                    

Rediga
Missed voice call at 09.23
Kamu di mana?
Missed video call at 10.02
Gemma, please
Missed voice call at 12.02

You blocked this contact. Tap to unblock

Keterangan itu tertera pada layar handphone di genggaman Gemma. Dia tahu perbuataannya ini salah, kekanak-kanakan, dan menyebalkan. Setidaknya, Gemma harus beritahu kalau sedang tidak mau diajak bicara, dan butuh waktu untuk meredakan rasa kecewanya--ketika dia sendiri tidak tahu atas alasan apa dia merasa kecewa.

Well, bukankah Gemma tidak berhak merasa kecewa? Dia tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Diga. Mereka bukan lagi 'siapa-siapa' bagi satu sama lainnya. Kalau Diga mau menemui Gianna pukul setengah tiga dini hari setelah pria itu puas menidurinya, memang apa masalahnya?

Toh, Diga dan Gianna sudah mengenal sejak masih sama-sama bocah. Wajar kalau mereka sangat dekat, saling membutuhkan, dan tidak seharusnya terpisahkan. Wajar kalau Diga selalu menjadi emergency call-nya Gianna. Wajar kalau Gianna selalu diutamakan oleh Diga. Pria itu hanya melakukan yang seharusnya.

Gemma tidak mustinya egois, apalagi merasa paling tersakiti di dunia. Pakai acara dadanya terasa sesak bukan main segala, belum lagi perasaan negatif lain yang benar-benar tidak enak sampai terbawa mimpi. Dia tidak akan merasa seperti ini kalau tidak memiliki sifat iri dengki.

"GEM!" Suara pekikan itu membuat Gemma terkejut, makin terkejut saat mendapati mulut rusa hanya bejarak dua senti dari wajahnya, Gemma sontak memundurkan badan sambil mengeluarkan wortel untuk diselipkan ke mulut rusa. "Lo kenapa sih gak fokus mulu dari tadi?" Addien yang menyetir di sebelahnya bertanya.

"Lagi banyak utang," balas Gemma asal, kemudian mengeluarkan kembali wortel dari dalam plastik untuk dia berikan ke rusa-rusa yang mengerumbungi mobil mereka. "Tuh Via, rusanya suka! Via mau kasih makan juga nggak bareng Aunty?" lanjutnya bertanya ke bocah dua tahun yang bersembunyi dibalik pengasuhnya di jok belakang. Anak kedua Addien itu menggeleng pelan. "How about you, Bang Allen?" lanjut Gemma menengok ke anak laki-laki di pangkuan sang baby-sitter.

Anak laki-laki yang ditanya juga menggeleng kuat dengan cemberut. Akhirnya, Gemma malah kembali menghadapkan tubuhnya ke arah jalan yang dipenuhi pepohonan. "Sumpah, anak-anak lo susah banget didekatin!"

"Kebayang kan lo betapa rempongnya gue? Sekarang sih udah pada mau bareng Sus-nya. Kalau dulu bener-bener dah."

"Kebayang," balas Gemma.

Gemma sedang ikut tamasya keluarga Addien ke Taman Safari. Berangkat pukul delapan kurang, sampai bogor baru beberapa saat yang lalu.

Bagaimana Gemma bisa ikut menimbrung? Karena Addien sempat memposting rencana kegiatannya di Whatsapp, mengeluh pengasuh anaknya yang satu lagi tidak enak badan dan terlalu berisiko kalau hanya membawa satu ketika Allen menagih janjinya untuk ke taman safari. Alhasil, Gemma menawarkan diri untuk ikut, jelas Addien mengiyakan dengan sangat senang hati, sempat menjanjikan akan mampir ke dukun yang dia maksud--kalau sempat-- pula.

Padahal, hari ini Gemma sudah punya rencana untuk lari pagi, berenang, nonton film dan mengunjungi restoran di Jakarta Utara bersama Diga. Yang dia lakukan malah minggat sejak pagi, membawa baju ganti di totebag besarnya, tidak memberitahu Mbok Ni dia mau ke mana. Mungkin itu yang membuat Diga terus menghubunginya sejak tadi, pria itu butuh penjelasan dan kepastian.

"Makanya, nikmatilah masa-masa lajangmu, sister."

"Kurang gue nikmati apa coba?"

"Bukannya lo dari dulu kepingin cepat hamil ya?"

"Dulu gue nikah sama orang yang perasaannya gak jelas ke gue gimana. Siapa tau kalau gue hamil, dia bisa jadi sayang. Padahal belum tentu kan ya. Lagian nih..."

Witty Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang