ABINARA 28

171 28 1
                                    

"Bagaimana mungkin ini ada videonya?" pekik Inara ketakutan.
Inara meremas ponselnya erat, walaupun gadis itu ketakutan, matanya tetap menyalang memancarkan kemarahan, wajah cantiknyapun merah padam. Rasanya lelah menerima semua ini dari anak anak Pelita Bangsa, sebesar inikah dosa Inara sampai teman temannya memperlakukan Inara seperti ini?

"Anj*ng kalian semua! daripada nonton lewat video, mending gue kasih tontonan secara langsung, gak bayar kok," teriak Inara yang sudah pasti membuat semua mata tertuju pada Inara.

Inara sudah gila, dan Inara sudah pasrah, ia rasa nggak ada gunanya ia sekolah disini, semua orang terus terusan menganggap Inara pelacur, dan murahan.
Inara melepas dasinya, kemudian satu persatu melepas kancing kemejanya, membuat para gadis terpekik kaget dan para lelaki melotot girang. Manusia memang gitu ya?

"Panggil teman kalian semua, ada siaran langsung disini!" ucap Inara yang benar benar sudah menggila, air matanya hampir luruh menyadari kelakuan gilanya, seraya tangannya masih lancar melepas kancing seragamnya, sampai orang lain bisa melihat tangtop yang Inara kenakan.

Sebenarnya apa yang ada difikiran orang lain? padahal sudah jelas didalam video itu tidak ada unsur yang menjurus bahwa Inara itu pelacur, atau bahasa kasarnya Inara yang melakukan hubungan intim dengan lelaki, tidak ada. Di video itu hanya ada Inara yang dipojokan yang tengah menangis dengan baju compang camping, dengan bagian paha dan dada yang tersibak. Ada lelaki di depan Inara tengah memegang kepalanya frustasi.

Semua orang kembali heboh ketika melihat Inara yang makin menggila hendak melepas kemejanya, terutama para lelaki yang sudah siap dengan ponselnya untuk merekam video.

***
Viola berlari kencang dari arah kelas menuju kantin untuk mencari Abi. Inara memang sudah gila, tidak ada yang bisa menghentikan aksi Inara selain Abi. Viola dan teman temannya sedang tidak bisa menghentikan itu semua saat ini.

"Shit! Abi nggak ada," umpat Viola dengan nafas tersengal sengal saat mengetahui bahwa Abi tidak ada di kantin. Viola tidak putus asa, gadis itu kembali berlari menuju kelas Abi yang jaraknya lumayan jauh dari kantin. Dan syukurlah, Abi ada di kelas.

"Abi!" panggil Viola tersengal sengal seraya menghampiri meja Abi. Disana Abi tengah bermain Ludo King bersama Egi dan Dani.

"Nafas dulu Mbak, Ya Allah kasian lari lari. Mau nafas buatan dari dedek Egi nggak?" celoteh Egi.

"Mesum ya ente," imbuh Dani seraya menampol kepala Egi keras.

"Please, ini bukan waktunya bercanda. Gue butuh bantuan kalian terutama Abi__" Viola menjeda kalimatnya karena nafasnya benar benar seperti mau habis.

"Memangnya ada apa vio?" tanya Abi dengan perasaan tidak enak.

"Inara buka baju di depan umum, gara gara video ini!" balas Viola seraya menunjukkan video yang ada di ponselnya.

"Allahu Akbar, susul atuh Bi, malah melamun," Dani sudah beranjak dari tempat duduknya diikuti Abi dan Egi yang terus ngedumel di tengah perjalanan.

"Mulai aktif eh Mbak Inara." kurang lebih seperti itu celoteh Egi.

Saat Abi dan kawan kawan tiba, suasana di tempat Inara beraksi sudah sangat ramai dan herannya mengapa tidak ada guru yang menghalau?

Abi berlari menghampiri Inara yang kini hanya mengenakan tangtop atau kaus dalam tanpa lengan, kemejanya sudah tertanggal jatuh di lantai, dengan cepat Abi mengambil seragam Inara yang sudah jatuh di lantai kemudian disampirkannya baju Inara ke tubuh Inara, ditambah jaket yang sudah Abi bawa.

"Brengsek kalian! hapus video kalian sekarang juga, kalo nggak gue lapor polisi!" Itu suara Dani.

"Dalam hitungan kelima, masih ada yang menyimpam video Inara baik yang lama maupun baru, bakal abis sama gue!" imbuh Egi. Walaupun adik kelas, ucapan mengintimidasi mereka cukup membuat kakak kakak kelasnya takut, sepertinya mereka calon orang orang yang di segani di sekolah ini.

Disisih lain, Inara menatap Abi dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Mereka berdua masih dalam posisi masing masing.

"Udah cukup Bi, lo nolong gue," ucap Inara terdengar miris.

"Maksudnya?" bingung Abi.

"Lo nggak usah baik sama gue, lo ngerti nggak sih?!" kini Inara mulai menangis seraya menatap Abi.

"Na, sekarang kita keluar dari kerumunan ini, ayo," ucap Abi yang mengabaikan ucapan Inara.

"Abi gue serius! nggak usah alihin pembicaraan! udah cukup Bi, nggak usah baik lagi sama gue, nggak usah lagi nolong nolong gue yang merepotkan ini, dan nggak usah lagi ada di dekat gue!" jelas Inara miris.

"Gue nggak paham. Ayok kita pergi dari sini." Abi mengabaikan ucapan Inara, Abi memegang pundak Inara untuk menuntun gadis itu, namun dengan cepat tangan Abi ditepis.

"Abi lo denger nggak sih?! jangan tolongin gue!!!"

"Kenapa?" kali ini suara Abi meninggi.

"Kalo lo nggak suka sama gue, lo nggak bakal ngelakuin ini semua kan?!"

"Na___"

"Udah Bi! jangan suka gue, gue ini pelacur, gue ini benalu di dunia ini."
Abi diam, tidak ada yang tahu apa yang ada difikiran lelaki itu.

"Gue pergi." Inara melenggang pergi menerobos kerumunan dengan jaket milik Abi yang melekat ditubuhnya. Sedangkan Abi hanya menatap nanar kepergian Inara.

Apapun masalalu lo, gue terima. Tapi apa sesusah itu ngelindungin lo, Na?

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Kan Abi emang anak baik, Na. kok nggak mau dibaikin sih?😭

Jangan lupa Vote dan komen ya guys, i love you😚

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang