ABINARA 29

203 31 3
                                    

"Abi sama Egi mau susu, nggak?" tanya Alfi kakak perempuan Dani. Ya, mereka semua tengah berkumpul di rumah Dani untuk main PS. Kebiasaan mereka sejak kecil, betah banget jika sudah ada di rumah Dani yang isinya hampir kayak timezone.
Egi yang mendengar tawaran dari Alfi, matanya langsung berbinar dan angkat bicara.

"Susu, Kak? mau dong, apalagi...." ucapan Egi terhenti saat Dani menampol keras kepala Egi.

"Mesum wae, ente! susu putih Gi, susu putih. Fikiran ente traveling kemana sih!" sewot Dani yang kembali fokus dengan permainan.

"Susu putih? tambah enak atuh, Dani," balas Egi yang tambah berbinar.

GLUBRAK!

Egi terjatuh dari sofa saat Abi memancal tubuh lelaki itu menggunakan kakinya dengan keras.

"Anak Set*n, sakit woi pantat gue!" umpat Egi kesal seraya berusaha bangkit, tangannya sibuk mengusap usap pantatnya yang sakit.

Alfi datang dengan membawa dua kotak susu formula yang belum di seduh.

"Mau yang putih apa yang coklat Egi dan Abi?" tanya Alfi seraya menunjukkan dua kotak susu formula tersebut.

"Gue coklat aja, kak," jawab Abi, atensinya masih fokus kepada layar tv.

"Egi?"

"Bodo ah kak, gak mood!" galak Egi yang kini bersedekap tangan. Padahal niat Egi hanya bergurau, namun Dani dan Abi memunculkan reaksi berlebih. Yang benar saja, bahan guarauan Egi adalah Alfi, kakak perempuan Dani yang sudah jelas sangat Dani lindungi. Jelas Dani marah lah.

"Lah, kenapa tuh bocah? kenapa tuh Dan?" tanya Alfi bingung dengan tingkah Egi.

"tau tuh, biarin aja. Pms kali dia. Bikinin yang sama aja kak untuk kita bertiga. Thanks ya," balas Dani diselingi kekehannya.

Alfi yang melihat adik dan dua temannya itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Berantemnya mereka tetap lucu seperti mereka waktu kecil. Kemudian Alfi pergi menuju dapur untuk membuat Susu.

Drrt, Drrt, Drrtt

"Telfon, Bi," ucap Dani, dagunya menunjuk ke arah ponsel Abi yang tergeletak di atas sofa.

"Biarin ah, masih asik nih," balas Abi masih fokus dengan PS nya.

"Dari Inara, Bi." Kali ini Egi.

Dengan cepat, Abi langsung menghentikan permainannya, kemudian mengambil ponselnya___menekan simbol berwarna hijau untuk mengangkat telfon.

"Halo, Na. Ada apa?" tanya Abi sumringah. Setelah kejadian kemarin, dan ada sedikit perdebatan menyakitkan itu, Abi sangat senang melihat kenyataan Inara yang melfon dirinya lebih dulu. Mungkinkan Inara ingin baikan dan tidak cuek cuekan lagi? Abipun tak tahu.

"Ini Tante Bi, Abi tolongin Inara! Tante nggak tahu harus minta tolong sama siapa..." Ternyata telfon itu adalah dari Dewi, yang menggunakan ponsel milik Inara. Kecewa? Iya.

"Tante tenang dulu, sebenarnya ada apa?" tanya Abi yang kini mulai khawatir.

"Inara tidak baik baik saja Bi, dia sudah lima jam di kamar mandi tanpa suara. Dia nggak mau keluar Bi. Tolong Tante...."

"tujuh menit, kasih waktu Abi tujuh menit. Abi kesana sekarang." Abi memutuskan sambungan sepihak, ia langsung menyambar jaketnya yang tersampir di kepala sofa milik Dani.

"Kemana woi?" tanya Dani.

"Ada perlu. Penting," balas Abi yang kini sudah memakai jaketnya.

"Susu lo?" tanya Egi. Bisa bisanya dalam keadaan genting seperti ini Egi masih menanyakan Susu.

"Lo, minum aja. Gue cabut dulu." Abi melesat begitu saja sampai hampir menabrak Alfi yang sedang membawa baki berisi tiga gelas susu coklat.

***
Abi berlari menuju pintu utama setelah memarkirkan motornya di halaman rumah Inara. Abi menerobos masuk begitu saja setelah mengucap salam.

"Tante?" panggil Abi tidak sabar. Abi benar benar tidak tahu letak kamar mandi di rumah Inara. Hatinya benar benar khawatir setengah mati.

"Disini, Abi," balas Dewi berteriak dari arah samping dapur. Abi berlari menghampiri Dewi yang sudah acak acakan, rambutnya kusut, wajahnya pucat dihiasi raut khawatir yang amat dalam.

"Abi, Inara tidak menjawab Tante sama sekali," tangis Dewi.

"Tante tenang dulu, ya."

Abi mendekat ke arah pintu kamar mandi, mengetuk beberapa kali dan memanggil nama Inara berkali kali untuk mendengar respon gadis itu.
Hening, hanya ada suara keran yang mengucur deras.

"Tante tolong mundur."

"Abi, mau apa?"

"Pintunya Abi dobrak boleh?"

"Boleh, boleh. Abi cepat ya." Tangis khawatir Dewi masih senantiasa menghiasi, kasihan sekali wanita paruh baya itu.

Brak!

Tidak berhasil, pintu itu tidak kebuka, dan Dewi mulai menggigiti kukunya karena gugup dan khawatir.

Brak! Brak!

Berhasil!

"Inara!!!" Teriak Dewi yang langsung berlari masuk kedalam kamar mandi, sedangkan Abi masih terkejut bukan main dengan pemandangan saat ini.

Inara yang menenggelamkan dirinya di dalam Bathtub dengan sayatan dalam di pergelangan tangannya. Inara mencoba untuk bunuh diri. Darah mengalir dimana mana karena kondisi keran yang dibiarkan terbuka.

"Inara, jangan tinggalin Mama nak! Inara!. Abi tolong, Abi tolongin Inara..." tangis histeris Dewi seraya memeluk Inara yang basah karena air. Mata Inara terpejam, wajahnya pucat karena mungkin gadis itu kehabisan banyak darah.

dengan cepat Abi menelfon ambulans karena tidak ada mobil yang bisa dikendarai di sekitar rumah Inara. Abi hanya membawa motor sportnya.

Inara, tolong jangan tinggalin gue. Kisah kita belum selesai, Na...

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Inaraaaa, kenapa pikiran lo pendek banget siiih, masih banyak kok yang peduli dan sayang sama lo😭

Jangan lupa vote dan komennya ya guysku sayaaaang🖤😚

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang