Pagi ini, pukul tujuh lebih tiga belas menit. Inara terlihat fresh dengan hodie putih oversize dan celana jeans yang tidak terlalu ketat di kaki jenjangnya. Inara menguncir kuda rambut hitamnya yang panjang, karena Inara berfirasat hari ini dia akan melakukan aktivitas banyak.
"Pagi pagi dihari minggu, mau kemana? Kok tumben?" tanya Dewi seraya menatap selidik Inara yang sudah rapih.
Inara yang ditanya malah nyengir kuda, " Mau pergi, boleh yaa."
" Sama siapa? Makan dulu deh mending," balas Dewi. Tangannya sibuk menyiram tanaman di halaman rumah mereka.
"Sama temen."
"Makan dulu, Nana."
"Ish! Nanti sepulangnya aja deh Ma. Inara ngga laper," ucap Inara yang kini sudah sibuk dengan ponselnya, menanyakan kabar seseorang yang sudah janji akan menjemputnya.
"Assalamualaikum, tante." Salam seseorang. Sontak Dewi dan Inara menoleh bersamaan.
"oooh, mau pergi sama Abi?" tanya Dewi kepada Inara setelah melihat kedatangan Abi yang juga sudah berpakaian rapih.
"Iya," jawab Inara nyengir untuk kedua kalinya.
"Boleh kan tante, ajakin Inara pergi bentar?" ijin Abi seraya menyalimi tangan Dewi yang sedikit basah karena tengah menyiram tanaman.
Dewi tersenyum. Tanpa meminta ijinpun Dewi akan mengijinkan jika itu dengan Abi. Dewi yakin Abi akan membawa dampak positif untuk Inara, dan juga Dewi yakin bahwa Abi juga baik untuk kesembuhan mental Inara.
"Boleh kok. Tante titip Inara aja ya Bi. Dia belom sarapan soalnya," balas Dewi mengijinkan.
"Siap tante. Kita berangkat dulu ya. Assalamualaikum." Mereka berduapun menyalimi tangan Dewi bergantian. Sejuk rasanya bagi Dewi melihat Inara memiliki sandaran seperti ini.
***
Inara mengerutkan keningnya saat membaca plang tempat yang mereka kunjungi.
" Panti asuhan Flora?" ucap Inara bertanya tanya seraya menatap Abi yang kini tengah meletakkan helmnya.
" Iya."
"Ngapain kita kesini?" tanya Inara lagi, pandangannya menatap seisi tempat.
"Ikut aja dulu. Keponya nanti." Abi berjalan meninggalkan Inara yang masih terbengong setelah ucapan Abi barusan.
"Anjayani! Gue ditinggal." Dengan langkah yang dibuat lebih cepat dua kali lipat, Inara berusaha untuk menyamakan langkahnya dengan Abi.
Suasana panti asuhan pagi ini sepi, entah anak anaknya masih pada tidur atau melakukan aktifitas lain, Inara tidak tahu.
"Kok sepi?" tanya Inara.
"Mereka masih pada sarapan," jawab Abi yang tidak sedikitpun melambatkan langkahnya supaya bisa sejajar dengan Inara, Inara tetap kualahan untuk menyamakan langkah Abi. Sialan memang.
Abi membawa Inara ke sebuah ruangan yang lumayan megah dengan banyak meja kursi di dalamnya, disana sudah ada banyak anak anak dengan usia yang beragam tengah mengantri untuk mengambil sarapan. Lucu. Batin Inara.
"Abi," panggil seorang wanita seusia bunda Abi. Wanita itu memakai jilbab pashmina berwarna lilac yang sangat cocok dengan wajahnya yang cerah, senyum yang dia berikan kepada Abi juga tidak kalah cerahnya.
"Tante Sekar, apa kabar?" Abi mencium punggung tangan wanita yang bernama Sekar itu.
" Alhamdulillah tante baik kok Bi, Kamu giamana? Sekolah lancar?"
"Lancar."
"Bundamu juga sehat kan?"
Abi mengangguk untuk pertanyaan itu. Setelah Abi dan Sekar berbincang bincang tentang kabar, akhirnya Inara yang bak patung di belakang tubuh Abipun dilirik oleh Sekar.
"Eh, kamu bawa siapa ini Bi? Cantik sekali." Sekar tanpa ragu menarik tangan Inara pelan untuk berdiri di sampingnya. Inara yang ditarik tersenyum canggung. Inara merasa bahwa orang orang yang di dekat Abi adalah orang orang alim semua, sedangkan Inara? Gadis kotor dan pendosa, sepertinya Inara tidak bisa berharap lebih untuk bisa bersanding dengan Abi.
"Kenalan sendiri aja Tante. Abi mau masuk, kangen sama anak anak." Abi melenggang pergi begitu saja meninggalkan Inara yang mematung dimakan gerogi berdiri disamping Sekar.
Abi sialan! Hobi banget ngeluyur seenaknya.
" Namanya siapa ini?" tanya Sekar menatap lembut Inara.
Inara tersenyum, " Inara tante, temannya Abi," jawab Inara.
" Abi yang ngajak kesini?" tanya Sekar lagi. Pasalnya, keponakannya yang satu itu tidak pernah mengajak teman untuk main ke panti selain Egi dan Dani.
"Iya tante, Inara juga nggak tahu kalo ternyata tujuan kita kesini."
Sekar tersenyum penuh arti," yaudah masuk yuk. Ikutan sarapan barenga anak anak."
***
Hari minggu kali ini sangat special bagi Inara. Abi mengajak Inara ke tempat penuh makna seperti Panti asuhan Flora ini. Inara yang tadinya tidak pernah bersyukur bahkan merasa tidak pernah diberi keadilan oleh tuhan, kini tertampar oleh sebuah kenyataan bahwa ada bahkan banyak orang yang kurang beruntung dari dia.
Inara melakukan banyak aktivitas di panti bersama Abi dan juga Egi. Inara tidak menyangka bahwa egi adalah anak dari Sekar ketua yayasan dari Panti asuhan Flora. Inara disambut baik oleh anak anak panti, gadis itu tadi juga sempat sarapan bareng anak anak, menjemur selimut bareng anak anak, menemani Abi untuk mengisi kelas mendongeng, dan yang terakhir menonton Abi bermain bola bareng anak anak di halaman panti.
Inara tersenyum menatap Abi yang tertawa lepas saat mengoper bola ke salah satu anak yang ikutan main bola. Baru kali ini Inara melihat Abi tertawa lepas, biasanya senyumpun boro boro. Inara masih menatap lekat Abi dengan tatapan kagum. Abi yang merasa diperhatikanpun menghentikan aktivitasnya, menatap Inara seraya tersenyum.
Anjayani! Kenapa malah senyum kesini sih?! Kan jantung gue kasihan!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ABINARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[CERITA SUDAH TERBIT, DAN NOVEL BISA DI PESAN DI SHOPEE, BUKA LAPAK, LAZADA, DAN AKUN RESMI GUEPEDIA YAAA :)] [Cerita ini BELUM DIREVISI, silahkan yang mau cerita lengkap dengan ekstra part bisa langsung beli versi cetaknya yaaa] ⚠️Jika kalian mengi...