ABINARA 25

154 24 0
                                    

Abi berjalan cepat menuju kelas Inara. Berharap bisa bertemu dengan Inara dan menanyakan bagaimana kabar gadis itu sekarang. Rasa penasaran Abi semakin dalam kepada gadis itu, sebenarnya seberapa banyak dan besarnya rahasia yang gadis itu punya? sampai sampai rasa peduli yang tidak sembarang Abi berikan kepada orang lain ini, Abi berikan cuma cuma. Hanya untuk Inara.

Kelas Inara ramai, entah hal apa yang membuat kelas ini menjadi ramai. Mata Abi menyapu seisi kelas, dan cowok itu tidak menemukan keberadaan Inara.

"Vio." Abi menghentikan langkah Vio yang hendak keluar kelas dengan wajah khawatir.

"Lo___ lihat Inara?" tanya Abi sedikit canggung, mengingat Abi itu orang yang jarang sekali bicara dengan orang lain.
Viola menggeleng dengan tatapan pasrah. Sepertinya gadis itu juga sudah mencari Inara kemana mana.

"Kayaknya dia pulang Bi, tasnya nggak ada. Tapi motornya masih ada diparkiran. Gue khawatir," balas Viola dengan tatapan khawatirnya. Viola dan teman temannya memang tengah mendiamkan Inara, namun mereka mendiamkan tidak tanpa alasan, mereka punya alasan sendiri mengapa mereka mendiamkan Inara. Dalam keadaan seperti ini, mereka tetap khawatir dengan sahabat mereka itu. Inara.

"Gue susul dia." Abi berbalik tanpa pikir panjang, meninggalkan Viola yang kini pusing seraya menyugar rambutnya kebelakang.

"Lo gila Bi?! ini belom waktunya pulang! masih ujan woi!!!" teriak Viola meneriaki Abi yang kini sudah menghilang tertelan belokan koridor.

"Sinting tuh anak," ucap Viola memegang jidatnya pusing.

***
Abi memutuskan untuk pergi kerumah Inara setelah menyusuri jalan dekat sekolah, dan nihil. Abi tidak menemukan Inara sama sekali. Bahkan Abi sempat mengunjungi tempat tempat yang pernah mereka kunjungi berdua. Namun tetap nihil.

Abi melepas helmnya, meletakkan benda itu di atas motor kemudian berjalan menuju pintu rumah Inara setelah melewati gerbang yang terbuka. Seragam Abi sedikit basah mengingat hujan yang berubah menjadi gerimis ini.

"Assalamualaikum." Abi mengetuk tidak sabar rumah Inara. Cowok itu takut jika terjadi apa apa dengan gadis itu.
Tak lama, pintu berwarna putih itu terbuka. Menampilkan Dewi dengan wajah bertanya tanyanya.

"Tante, Inara uda pulang?" tanya Abi tidak sabar.

"Sudah Bi. Tapi kenapa Inara pulang awal dan___bajunya basah kuyup? sebenarnya apa yang terjadi? mana motor Inara? dan kenapa mata dia sembab? Apa terjadi sesuatu di sekolah?" Dewi memberondong Abi dengan pertanyaan yang bertubi tubi.

Abi menghela nafas panjang, mengeluarkan benda berbentuk lembaran 3R yang dia keluarkan dari saku celana sekolahnya.

"Karena ini, Tante." Abi menyerahkan lembaran lembaran itu kepada Dewi. Ya, Abi membawa foto foto tidak senonoh yang tersebar di sekolah.

Dewi menerima foto foto itu dengan tangan bergetar. Wanita paruh baya itu menyugar rambutnya kebelakang dengan tatapan mata yang bergetar.

"Kenapa bisa begini?" ucap Dewi bergetar, hampir saja wanita itu menangis di depan Abi.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Tante?" tanya Abi.

"Sebaiknya kamu kembali ke sekolah ya nak. Terimakasih atas informasinya. Dan juga terimakasih sudah mengkhawatirkan Inara. Tante mohon, kembali ke sekolah ya..." Dewi mengelus pundak Abi pelan. Berharap bocah lelaki itu menuruti perkataannya.

"Tapi Tante, Inara___"

"Maaf sekali karena Inara sedang tidak bisa ditemui."

Abi menunduk, pasrah. Ini adalah kedua kali Abi disuruh untuk undur diri karena Inara sedang tidak bisa ditemui. Abi hanya berharap semoga Inara baik baik saja. Mungkin belum waktunya Abi tahu. Seperti kata Arsyi, mungkin entah kapan Abi pasti akan tahu kebenarannya.

***
Keesokannya. Inara dengan memberanikan diri kembali masuk ke sekolah, Inara tidak boleh berlarut dalam gulita yang semakin merapat ini. Hanya Inara sendirilah yang bisa melawat gulita ini.

Tatapan anak anak Pelita masih sama, dengan tatapan kebencian dan jijik kepada Inara. Tidak ada yang mau berteman dengan Inara, Viola, Gina, dan Fairapun masih mendiamkannya.

Bel tanda istirahat berbunyi sepersekian menit yang lalu. Semua murid berhambur menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang meronta. Ada juga yang masih berdiam diri di kelas, dan ada yang memilih melakulan aktivitas yang lain.

Inara yang lupa membawa bekal harus mengumpat dalam hati karena perutnya sangat lapar. Mau tidak mau Inara harus ke kantin untuk makan, daripada harus memilih menanggung sakitnya Mag yang sangat Inara benci.

Inara memesan bakso kesukaannya, dia duduk sendiri ditengah ramainya kantin lantai dua Pelita Bangsa. Dengan menguatkan hati, Inara menerima tatapan tatapan kebencian dan jijik, tidak lupa hujatan hujatan tentang pelacur yang keluar dari mulut mereka.

Sabar Na...fokus makan. Lo lapar, dan lo butuh tenaga untuk menampung perlakuan mereka...

Inara mencoba menulikan telinganya, walaupun pada akhirnya dia dengar juga umpatan umpatan mereka.

BYUR

"Ups___sengaja. Hahaha." Seseorang dengan tawa kemenangan karena telah berhasil menyiram kepala Inara dengan Jus jeruk. Dia Feli, genk cewe tukang Bully yang sangat berpengaruh di sekolah ini. Awalnya Inara tidak pernah punya masalah apa apa dengan Feli and the genk. Feli sendiripun dulu tidak ada minat untuk membully Inara. Feli hanya suka membully anak anak baru yang cupu dan nerd. Namun, karena kejadian kemarin, Feli jadi bersemangat untuk menjadikan Inara sebagai target Bullynya. Sepertinya menarik.

"Utututu, Kok diem aja? Marah ya?" tanya Feli seraya menoyor kepala Inara yang basah oleh Jus. Tatapan seisi kantin tertuju pada Inara, tokoh utama yang sedang hot karena berita miring di mading utama kemarin.

Inara hanya bisa memejamkan matanya, mencoba untuk bersabar dan menahan tangannya untuk tidak menjambak rambut Feli. Inara menatap sekitar. Semuanya menertawakannya, bahkan Viola, Gina ,dan Faira hanya diam di meja mereka, walaupun ketiga sahabatnya itu tidak menertawakannya, namun mengapa mereka hanya diam?

"Kenapa? cari pahlawan buat nolong lo? Nggak ada bego! lo kan pelacur. Hahaha." Keras sekali tawa Feli. Membuat Inara semakin keras mengatupkan rahangnya.
Seisi kantin yang sedari tadi heboh karena Feli yang menyiramkan Jus jeruk ke kepala Inara, kini beralih mengambil ponsel mereka.

Tubuh Inara bergetar. Sialan, jus jeruk yang Feli siram kepadanya sukses membuat seragam Inara basah, sehingga membuat bagian dadanya tembus pandang. Seisi kantin bisa melihat warna apa dalaman yang Inara pakai. Dan mereka mulai heboh memvideo Inara.

Inara pusing, tubuhnya bergetar. Peristiwa dua tahun yang lalu berputar kembali. Inara hanya diam ketakutan, bahkan Inara sampai lupa untuk menutupi dadanya yang tembus pandang karena guyuran jus jeruk. Dibalik sebuah stand siomay, ada seorang gadis berwajah mungil yang tengah tertawa licik melihat semua orang merundung Inara.

"Rasakan itu, Inara," ucapnya.

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

siapa yang tega melakukan ini ke Inaraku tersayang😭

Jangan lupa ajak teman dan saudara kalian untuk membaca ABINARA ya guys😚

Vote dan komennya jangan lupa. Aku sayang sama kalian🖤

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang