Inara sudah mendengar cerita tentang Kalila dari teman temanya, dari mulai teman temannya menyekap Feli, kemudian memancing Kalila menggunakan Feli, sampai yang katanya Kalila sudah diringkus oleh Polisi atas perbuatannya. Entah Kalila akan mendapat hukuman atau hanya di tahan di rehabilitasi anak di bawah umur, mengingat kini Kalila masih berumur lima belas tahun. Inara tidak peduli hal itu, yang terpenting sekarang Inara sudah Bahagia dengan kehadiran teman temannya dan juga Abi.
Malam ini Abi bilang Sean akan datang ke rumah Inara. Sean sengaja meminta tolong Abi untuk mempertemukannya dengan Inara, karena Sean takut kalau Inara belum bisa menerima dan memaafkan dirinya.
Inara dengan hati yang penuh persiapan, kini tengah duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Sean, sang mantan.
"Kamu baik baik saja sayang? Atau batalkan saja pertemuan ini?" tanya Dewi khawatir jika putrinya itu akan Kembali seperti semula, mengamuk dan mencoba untuk bunuh diri. Dewi benar benar trauma dengan hal itu.
"Nana baik baik aja Ma, Nana akan coba menemui Kak Sean. Bagaimanapun Nana akan coba demi kesembuhan ini. Nana juga ingin menyampaikan kalua Nana sudah memaafkan dia," balas Inara seraya tersenyum untuk meyakinkan Dewi yang sangat jelas terlihat khawatir.
"Yasudah, Mama tinggal ya," ucap Dewi seraya berdiri, mengecup kening Inara, kemudian berlalu meninggalkan Inara sendirian di ruang tamu.
Tujuh menit berlalu, Sean pun tiba dengan canggung. Inara pun sama canggungnya saat mempersilahkan Sean untuk duduk. Sean duduk di sofa favoritenya yaitu sofa berwarna mocca yang berbeda sendiri dengan sofa sofa di ruang tamu Inara. Dulu saat Sean main ke rumah Inara, ia sangat suka duduk di sofa itu.
"Sofanya masih nyaman, seperti dulu, Na," ucap Sean yang akhirnya memulai perbincangan setelah lamanya mereka berdiam diaman.
"Hehe, tapi kata Abi sofa itu nggak nyaman. Abi lebih suka duduk disana," balas Inara seraya menunjuk Bean Bag yang ada di depan televisi. Pandangan Sean menuju ke arah dimana Inara menunjuk.
"Oh, pasti karna Bean Bag itu lebih empuk," ucap Sean canggung. Inara hanya membalasnya dengan mengangguk.
Dewi membawa pisang krispi kesukaan Sean dulu saat main ke rumah ini. Ya, Dewi masih ingat kesukaan lelaki itu.
"Makasih, Tan," ucap sean dan dibalas Dewi dengan mempersilahkan Sean untuk memakan makanan kesukaannya itu.
"Pisang krispi bikinan Mama kamu juga masih sama enaknya, ya," ungkap Sean sepeninggalan Dewi. Ia memakan sepotong pisang krispi yang Dewi suguhkan dan ajaibnya, rasa pisang krispi itu masih sama enaknya.
"Iya. Tapi kalo Abi lebih suka kalo dimasakin sate Ayam."
Sean tertawa terbahak sampai hampir tersedak saat mendengar ucapan Inara.
"Kok kak Sean ketawa sih?" tanya Inara, hampir saja Inara sebal karena Sean hanya tertawa saat ia ngasih tahu apa makanan kesukaan Abi.
"Kayaknya di otak kamu ini hanya ada Abi, ya," balas Sean seraya meneguk teh nya.
Ah! Jadi Sean tertawa karena jawaban Inara yang hanya seputar Abi. Tapi memang benar, hanya ada Abi di pikiran Inara.
"Ya kenapa, nggak boleh? Sirik aja nih si jomblo," ledek Inara seraya terbahak, puas saja rasanya sudah lama ia tidak meledek sosok Sean.
"Sok tahu."
"Tapi emang bener kan?"
"Iya juga sih, aku jomblo."
Mereka berdua tertawa terbahak bahak kemudian hening seketika saat mereka mulai kehabisan topik pembicaraan.
"Um, aku minta maaf ya Na untuk ke..."
"sudah aku maafkan dan mari mulai berteman, kita buka lembaran baru." Belum selesai Sean dengan kalimatnya Inara sudah memotongnya dengan sebuah kalimat yang sangat menenangkan.
Sejak dari rumah Sean sudah deg degan takut jika Inara tidak akan memaafkannya, namun dengan mendengar jawaban dari Inara cukup membuat hati Sean sangat tenang.
"Ya. Mari berteman." Sean menjabat tangan Inara yang sejak tadi mengambang ingin mengajaknya bersalaman. Inara tersenyum, ternyata benar apa kata Abi, jika kamu ingin masalalu itu berakhir dengan tenang, maka berdamailah dengan masa lalu itu. Inara sudah berhasil berdamai dan memaafkan masa lalunya karena doa dari Dewi, suport dari Abi dan juga teman temannya.
***
Pagi ini Inara menatap dirinya di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Ia melihat pantulan dirinya di cermin dengan tampilan yang sangat baru. Inara memangkas rambutnya dengan model Comma Hair. Ya, seperti laki laki.
Seragam Inara kini juga berbeda, bukan lagi seragam dengan badge SMA Pelita Bangsa akan tetapi seragam dengan Badge SMA Ursa Mayora. Inara benar benar memulai lembaran baru dengan sangat serius. Walaupun ia tahu bahwa di SMA Pelita Bangsa telah melakukan petisi besar besaran dari para siswa dan guru untuk meminta kembalinya Inara ke Pelita Bangsa, Inara tetap menolak dan memilih untuk pindah sekolah. Karena menurut Inara, memaafkan bukan berarti harus berbaur Kembali, kita berhak untuk memilih.
"Na, udah di jemput Abi. Cepat nanti telat!" Itu adalah suara Dewi yang berteriak dari halaman rumah, Wanita paruh baya itu tengah menyiram tanaman yang baru baru ini ia rawat sebagai bentuk sebuah kehidupan yang baru.
"Iya, Ma."
***
Abi menghentikan motornya tepat di dekat gerbang SMA Ursa Mayora, walaupun ia sudah berbeda sekolah dengan kekasihnya itu namun ia akan tetap setia untuk menjadi ojek Inara.
"Ih! Kenapa sih diliatin terus? Aku aneh ya punya rambut kayak gini?" Inara menutupi rambutnya dengan tangannya kala ia sudah turun dari motor Abi. Ia malu karena Abi terus menatapnya sejak di rumah tadi, bahkan saat di perjalanan tadi Abi akan curi curi pandang lewat kaca spion motornya.
"Nggak aneh, aku takut aja nanti ada guru yang marahin kamu karena kamu pake rok," ledek Abi, yang tentu saja sengaja ingin membuat Inara sebal, ia sangat merindukan wajah sebal yang menggemaskan dari Inara.
"Ih! Kan aku cewek, ya pake rok lah. Rambutnya aja yang kayak cowok ini tuh!" protes Inara sebal seraya memukul nahu Abi keras.
"ih, kok dipukul sih!" tawa Abi seraya pura pura kesakitan.
"Biarin, kamu sih! Kualat kamu, aku ini lebih tua dari kamu loh, beda dua tahun weh!"
"ampun Mbak."
Inara tertawa saat melihat Abi yang menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada seraya meminta ampun. Padahal hanya seperti itu, namun tetap lucu di mata inara, Namanya juga orang kasmaran. Apapun akan terlihat lucu di mata mereka, serasa dunia milik mereka berdua.
"Udah ah, sana. Ntar telat baru tau rasa kamu. Hari ini anak Osis yang tugas tutup gerbang Viola loh, bisa bisa di makan hidup hidup kamu," usir halus Inara seraya mengibas ngibaskan tangannya layaknya orang yang tengah mengusir.
"Beneran Viola?" tanya abi takut.
"Iya beneran, tadi dia bilang sama aku kalo Abi nggak boleh telat gara gara nganterin aku."
"Yaudah, aku duluan ya. Oiya, nih pake biar nggak dikira cowok cantik."
Abi memberikan sebuah kotak berwarna hitam kepada Inara dan kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Inara dengan suara motor yang menderu.
"jangan ngebut!!!" teriak Inara sebelum motor Abi menghilang tertelan belokan jalan.
Alih alih terus memandangi kepergian Abi, Inara memilih untuk membuka kotak pemberian Abi,"kalung?"
"Cih, bisa aja nih anak bikin gue makin cinta."
TAMAT
.
.
TAMAT?
.
.
BENERAN TAMAT INI?
.
.
IYAAAAA, BENERAN TAMAT, AKHIRNYA AKU BISA MENYELESAIKAN CERITA INI DAN MEMBUAT INARA BAHAGIA😭
terimakasih teman teman semua yang sudah membaca dan mensuport cerita ini😭😘🙏
Big love for you!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ABINARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[CERITA SUDAH TERBIT, DAN NOVEL BISA DI PESAN DI SHOPEE, BUKA LAPAK, LAZADA, DAN AKUN RESMI GUEPEDIA YAAA :)] [Cerita ini BELUM DIREVISI, silahkan yang mau cerita lengkap dengan ekstra part bisa langsung beli versi cetaknya yaaa] ⚠️Jika kalian mengi...