"Sean, gue mohon..." Gadis dengan dress yang compang camping itu meringkuk ketakukan di pojok ruangan. Tatapan penuh cinta yang biasa gadis itu tunjukkan, kini berubah menjadi tatapan ketakutan yang disuguhkan untuk lelaki yang kini berdiri di hadapannya dengan raut ingin melucuti gadis itu.
"Maafin aku Na, ini benar benar menyiksa." Lelaki itu semakin dekat, tatapannya sulit dipahami. Disisih lain lelaki itu sangat mencintai gadisnya, namun, disisih lain juga. Ini menyiksanya.
***
Gadis berambut sepunggung itu tergesa gesa menyelesaikan sarapannya, seragam sekolah sudah rapih melekat di tubuhnya, dengan name tag Inara Purnamasari di dada kirinya."Ma, Inara berangkat dulu ya!" ucap Inara seraya bangkit dari tempat duduknya kemudian menyambar tas yang semula dia gantung di kursi tempat duduknya tadi.
Wanita yang dia panggil Mama sama sekali tidak menjawab pamitan dari Inara. Inara yang semula tergesa gesa terdiam sesaat.Terus aja Ma begini, sampe Inara lupa rasayanya punya Mama.
Gadis berambut sepunggung itu kemudian berlari menuju halaman rumahnya, dengan cepat dia menaiki motor matic kesayangannya lalu menancap gas kencang supaya tidak terlambat di hari pertamanya sebagai kakak kelas.
Lega rasanya. Inara tidak jadi terlambat karena gerbang sekolah masih terbuka lebar dan masih ramai siswa siswi berlalu lalang disana, mengingat ini adalah tahun ajaran baru dan banyak anak baru yang mulai berangkat di hari ini.
Inara memarkirkan motornya di parkiran sekolah seperti biasanya, tidak lupa menyapa Pak Khobir selaku satpam SMA Pelita Bangsa.
"Inara, lo lupa ya?" Suara cempreng seseorang yang tiba tiba datang mengejutkan Inara yang sedang bercermin di kaca spion motornya.
"Anjir, gue kaget. Ngode kek kalo mau ngomong tiba tiba," sebal Inara yang melanjutkan aktivitas bercerminnya. Ternyata orang yang mengejutkannya itu adalah Viola, teman dekatnya plus teman satu organisasi Inara.
"Gimana gue mau ngode dulu Na! lo kelupaannya kelewat deh," ucap Viola sebal seraya menampol lengan Inara dengan gulungan kertas yang sedari tadi Viola tenteng kemana mana.
"Kelupaan apa sih Vio?" tanya Inara yang sekarang mengeluarkan sisir dari dalam tasnya, rambutnya berantakan karena memakai helm tadi, dan mengharuskan gadis manis itu menyisir ulang rambutnya.
"Hari ini mopdik Na, bisa bisanya lo lupa sih, lo ketua panitia mopdik dan lo santai santai aja, mana jas osis lo nggak di pake lagi. Seberat itu beban hidup lo sampe acara sepenting ini lo lupa?" Viola sudah habis kesabaran, temannya yang satu ini lupaannya kelewat finish.
Iya Vio, beban gue seberat itu...
"Allahu Akbar! kenapa gue bisa lupa sih!" Inara memegang jidatnya seperti orang pusing.
"Mana nanti gue ada sambutan ketua panitia, mampus gue! gue pinjem jas lo deh vio." Inara yang sudah mulai sadar akan situasi kali ini tiba tiba melepas paksa jas Osis milik Viola sehingga membuat si empu ngedumel panjang dan jadi berisik.
Inara berlari kencang menuju Aula, tas sekolahnya dia lempar asal ke dalam ruang Osis. Benar saja, di Aula sudah berdiri banyak peserda didik baru yang masih mengenakan seragam hitam putih sesuai aturan yang di buat oleh panitia Mopdik.
"Pulang aja Na, pulang, kita nggak butuh lo," omel salah satu teman Osis Inara yang di ketahui namanya adalah Raka.
"Ya ampun, Sorry...uda ih marahnya, tuh upacara uda mulai." Inara mengalihkan perhatian Raka yang marah ke upacara penyambutan peserta didik baru yang sudah mulai di gelar oleh panitia.

KAMU SEDANG MEMBACA
ABINARA [SUDAH TERBIT]
أدب المراهقين[CERITA SUDAH TERBIT, DAN NOVEL BISA DI PESAN DI SHOPEE, BUKA LAPAK, LAZADA, DAN AKUN RESMI GUEPEDIA YAAA :)] [Cerita ini BELUM DIREVISI, silahkan yang mau cerita lengkap dengan ekstra part bisa langsung beli versi cetaknya yaaa] ⚠️Jika kalian mengi...