ABINARA 31

178 25 0
                                    

"Kak Sean?" Inara menatap seisi kamar no.029 dan menemukan Sean yang tertelungkup diatas ranjang dengan kasur yang empuk. Inara mendekat kearah kekasihnya itu, dia pegang pundaknya penuh perhatian.

"Kak Sean sakit ya?" tanya Inara belum melepas tangannya dari pundak Sean yang tengah tertelungkup di ranjang.

"Iya, pusing banget, sama panas semua," jawab Sean dengan suara lemah.

"Mau aku pijitin? kalo nggak kita pulang sekarang aja yuk," tawar Inara, berbarengan dengan Sean yang sekarang sudah merubah posisinya menjadi duduk.
Sean menatap Inara lekat, pipi Sean memerah, begitu juga telinganya.

"Na..." panggil Sean menatap Inara intens.

"Iya, kak?"

"Nana bakal nolak nggak kalo Kak Sean suruh pergi sekarang?" tanya Sean aneh.

Inara mengerutkan keningnya, " Maksudnya?" tanya Inara bingung.

"Dalam hitungan ke tiga, tolong kamu pergi dari pandangan aku, Na," ucap Sean yang kini keringatnya mulai mengucur sampai membentuk buliran.

"Kak, bicara yang jelas. Aku bukan anak pintar yang langsung tahu apa maksud Kak Sean. Maksudnya apa, kenapa aku disuruh pergi?" tanya Inara dengan nada yang mulai meninggi.

Alih alih menjawab pertanyaan Inara, Sean malah mencengkram lengan Inara erat hingga membuat Inara kesakitan.

"Kak sakit, lepasin. Kakak kenapa sih?" Inara mulai bingung dan takut. Sean tidak pernah kasar sebelumnya, Sean adalah pria paling halus setelah Jaya bagi Inara.

Dengan gerakan cepat Sean memeluk tubuh Inara erat, memaksa untuk mencium Inara dengan brutal karena Inara menolak sekuat tenaga. Sean juga tidak segan segan memaksa Inara untukembuka dressnya sampai membuat dress itu robek saking kuatnya Sean menarik dress tersebut.

"Kak Sean, udah! kamu kenapa sih jadi jahat gini! aku takut," ucap Inara yang langsung berlari menuju sudut ruangan dekat pintu yang tertutup.

Sean dengan langkah gontai, keringat bercucur, menatap Inara seperti mangsa.

"Kak Sean, gue mohon..." Gadis dengan dress yang compang camping itu meringkuk ketakukan di pojok ruangan. Tatapan penuh cinta yang biasa gadis itu tunjukkan, kini berubah menjadi tatapan ketakutan yang disuguhkan untuk lelaki yang kini berdiri di hadapannya dengan raut ingin melucuti gadis itu.

"Maafin aku Na, ini benar benar menyiksa." Lelaki itu semakin dekat, tatapannya sulit dipahami. Disisih lain lelaki itu sangat mencintai gadisnya, namun, disisih lain juga. Ini menyiksanya.

Sekali lagi, Sean memaksa untuk membuka pakaian Inara, dan itu membuat Inara menangis semakin menjadi jadi, kemudian mendorong tubuh Sean keras.

"Aku nggak mau melakukan itu Kak, aku bilang nggak mau!" ucap Inara dalam tangisnya, seraya memegang roknya yang sudah robek.

Dengan gerakan cepat Sean mendekat dan memaksa untuk mencium Inara dibagian bibir namun melesat karena respon cepat Inara.

Inara menangis tersedu setelah apa yang Sean lakukan kepadanya. Sean, lelaki yang sangat dia cintai, bisa bisanya ini terjadi dalam hubungan mereka.

"Nana, tolong lari," ucap Sean seraya menjambak rambutnya sendiri. Frustasi.
Inara yang sedari tadi hanya menangis karena apa yang telah Sean lakukan, kini malah diam dan pasrah.

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang