ABINARA 32

235 31 2
                                    

Setelah kejadian mengerikan dan memimilukan yang Inara alami, Inara jadi selalu menyalahkan dirinya sendiri, karena saking merasa bersalahnya dia atas meninggalnya sang Ayah, Inara jadi menderita penyakit yang berhubungan dengan psikisnya. Inara jadi suka melukai dirinya sendiri bahkan gadis itu tidak segan segan melakukan percobaan bunuh diri. Inara akan mengamuk seperti orang gila jika ada yang mencegah atau menggagalkan aksinya untuk bunuh diri.

Seiring berjalannya waktu, Dewi selalu membawa Inara ke dokter psikologis, walaupun ujung ujungnya hanya pertengakaranlah yang terjadi.

Kematian Jaya, bukan hanya berdampak buruk kepada Inara, namun juga berdampak buruk pada Dewi. Dewi stress berat, Dewi suka mabuk mabukkan, main lelaki, dan kasar terhadap Inara. Bahkan Inara seperti bukan anaknya sendiri. Dewi seperti menjadi orang lain.

Tentang Sean. Inara sangat membencinya setengah mati, entah kapan gadis itu akan memaafkan lelaki itu.

Dibalik semua yang sudah Inara alami, Inara mengcover dirinya menjadi gadis yang berguna untuk orang lain, gadis yang ceria dan gadis yang  disukai banyak orang. Inara menyibukkan dirinya yang kesepian dan gelap itu dengan berorganisasi di sekolah. Semua organisasi dan ekstrakurikuler hampir dia ikuti.

Inara sangat pintar mengemas hidupnya dengan tanpa memperlihatkan sisih gelapnya kepada teman teman di sekolah.

***

Abi berangkat sekolah seperti biasa, semuanya masih sama hanya saja tidak ada Inara sekarang. Inara masih terbaring lemas di rumah sakit. Semalam Dewi menelfon Abi, memberi kabar bahwa Inara sudah siuman dan sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Abi berjalan lemas menyusuri koridor, dengan diapit oleh Egi dan Dani.

"Kak Inara gimana Bi? Anjir lo gak tidur semalaman? jagain ayang beb?" tanya Egi seraya menatap Abi penasaran.

"Iya Bi, lo jagainnya sama siapa kalo di rumah sakit? terus lo ngasih makan calon mertua gak? atau lo makan sendiri? wah parah sih lo kalo makan sendiri, dosa' lo." kali ini Dani yang bertanya, dua duanya sama sama menatap Abi penasaran.

"Bisa gak, kalian mingkem? comel amat mulutnya?" balas Abi masih lemas karena memang semalam dia tidak tidur, jaga jaga kalau Dewi butuh pertolongannya.

"Yaelah, pelit amat. Ntar kalo kita mingkem lo rindu."

"Najis banget"

"Astaghfirullahaladzim, gue bilangin Papa Bangga Perwira nih, bilangnya najis najis gitu ke temen," ancam Egi setengah merajuk.

"Dasar tukang ngadu, Papa gue bentar lagi pindah tugas, mau ngadu sama siapa lo? tembok?"

"Bunda Arsyi lah!"

"Bunda gue labih sayang anak kandung, dari pada yang anak tiri aja bukan,"

"Allahu akbar, Bi. Semakin kesini semakin pedes aja tuh bibir, gue cipok tobat lo," gerutu Egi seraya pura pura seakan ingin mencium Abi, disusul dengan gelak tawa Dani seraya bergidik jijik.

"Udah ah, gue ada perlu." Abi berjalan lebih dulu meninggalkan Egi dan Dani yang bingung.

"Mau apa lagi tuh bocah? kebiasaan nggak bilang mau kemananya, bikin daku khawatir saja," ucap Egi seraya menatap kepergian Abi.

"Iya, daku juga tidak tahu menahu," sambung Dani.

" Tahu menahu? kayaknya makan tahu enak nih. Kuy lah makan tahu di mpok Nunung."

Akhirnya, alih alih bingung dengan tingkah Abi, dua pemuda itu memutuskan untuk sarapan tahu goreng di kanting Mpok Nunung.

***
Abi memutuskan untuk menemui Viola di kelas gadis itu. Suasana yang mulai ramaipun membuat banyak pasang mata memandang mereka berdua.

"Ada apa Bi, cari gue?" tanya Viola, gadis berbandana pink itu.

"Ke taman belakang sebentar mau nggak?"

"Ngapain? disini aja bisa kali."

"Nggak bisa, ini tentang Inara."

"Inara? Inara kenapa?"

"Inara di rumah sakit."

Mata Viola membola karena terkejut dengan apa yang Abi katakan.

"Ayok, ke taman belakang sekarang." Viola berjalan mendahului Abi, perasaan gadis itu campur aduk, antara khawatir dan merasa bersalah karena mendiamkan Inara disaat kondisinya yang tengah tidak baik.

Mereka berdua sampai di taman belakang sekolah. Untung saja suasana taman belakang selalu sepi karena rumor mbak kunti yang selalu bertengger di pohon ketepeng besar.

"Jadi, Inara kenapa?" tanya Viola tidak sabar.

"Dia mau bunuh diri, menyayat lengannya sampai kehabisan darah. Untung saja dia tertolong," jawab Abi setengah nyeri saat menceritakannya.

Mata Viola berkaca kaca, mulutnya dia tutup menggunakan telapak tangannya.

"Kenapa bisa? selama ini yang gue tahu dia baik baik aja, hanya saja akhir akhir ini hidupnya berantakan karena video dan foto fotonya yang tersebar itu," tutur Viola yang hendak menangis. Bagaimana tidak, mereka berdua dekat sejak SMP walaupun Inara selalu tertutup dengannya.

"Lo salah, selama ini Inara nyembunyiin banyak sekali fakta, yang sepertinya jika orang biasa yang mengalami, maka orang itu nggak akan kuat," sambung Abi.

"Ya ampun Na, kenapa lo gak pernah cerita ke gue..." ucap Viola seraya memegang jidatnya frustasi, air matanya telah menetes kali ini.

"Lo sedih?" tanya Abi.

"Sahabat mana yang nggak sedih, kalo dapat kabar sahabatnya nggak berdaya, Bi?" jawab Viola seraya menyeka air matanya.

Abi menatap Viola selidik, " Lo sahabatnya, kenapa ikutan jauhin dia? padahal dia sangat butuh lo dan temen temen lo," tuntut Abi.

Viola menghela nafas panjang terlebih dahulu," Kita nggak ada maksud jauhin Inara, Bi. Kita jauhin Inara karena kita ingin tahu siapa dibalik semua fitnah tentang Inara yang menyebar di sekolah."

"Maksud lo?"

"Kita jauhin Inara untuk deketin Feli. Feli yang menyebar luaskan foto dan video Inara. Ternyata masih ada orang lain dibalik Feli. Kita masih terus menyelidikinya, Bi," jelas Viola.

Abi terdiam. Terlihat berfikir.

"Mau bikin rencana bareng?" tanya Abi.

"Rencana apa?"

"Lo ajakin Gina dan Faira. Gue mau ajak Egi dan Dani. Kita sekap Feli, bikin dia kapok sampai dia buka suara siapa dalang dibalik semua ini."

Viola mengangguk mantap," oke, kita rapat sepulang sekolah, dirumah gue. Kita susun strategi."

🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤

Kita tunggu apa yang akan Abi dan Viola rencanakan😉

Jangan lupa vote dan komen yang banyak, terimakasih🖤

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang