Anjani dan Arsyi tertegun seraya terus mengamati benda yang berada di dalam kantong plastik hitam. Sepulang dari keperluannya, Abi membawa makanan yang tidak mungkin sekali Abi bawa.
Arsyi tau sekali seperti apa putranya, putranya yang super bersih, putranya yang tidak mau repot, irit bicara ke orang lain, dan putranya yang tidak mau makan makanan dari penjual kaki lima atau warung tenda. Empat hal itu selalu Arsyi tandai sejak dulu. Dan apa yang dia saksikan sekarang?
Abi membawakan dua porsi sate Ayam yang dibungkus dengan kertas minyak berwarna coklat.
"Bunda ambilin nasi ya, kita makan bareng." Arsyi beranjak dari sofa, hendak melangkah ke dapur untuk mengbil nasi, namun tertahan sebentar ulah putranya.
"Abi kenyang banget Bun. Abi beli sate buat dimakan Jani sama Bunda doang," ujar Abi, dan dibalas dengan anggukan Arsyi.
"Lo beli dimana Bang?" tanya Anjani sepeninggalan Arsyi ke dapur, masih dengan keterkejutannya karena kelakuan Abi.
"Di warung tenda, Cak Ali," jawab Abi seraya membuka resleting jaketnya.
"Cak Ali mana ih, ngadi ngadi ya lo," tuduh Anjani, tangannya sibuk membuka steples yang tertancap di kertas minyak bungkus sate.
"Cak Ali, deket Mall yang biasa kita kunjungi," jawab Abi singkat seraya berlalu meninggalkan Anjani yang masih terheran heran.
"Ngapain lo kesana bang? sama siapa?" tanya Anjani kembali, kali ini sedikit berteriak karena Abi sudah melesat masuk ke kamar.
"Bukan urusan lo," balas Abi yang juga berteriak.
***
Abi menutup buku terakhir yang dia pelajari malam ini, dia tidak fokus karena teringat kejadian di taman bersama Inara. Tanpa pikir panjang, Abi memungut satu persatu buku yang berserakan di atas meja belajarnya. Daripada tidak ada materi sedikitpun yang masuk."Bi...," panggil Arsyi, hanya kepalanya yang terlihat di balik pintu kamar Abi.
"Ya Bund?"
"Bunda minta pijitin, boleh?, kamu masih sibuk belajar ya?"
"Udah selesai kok Bund, gapapa kalo Bunda minta pijitin."
Arsyi tersenyum lebar, akhirnya ada juga yang mau memanjakan tubuhnya yang pegal akibat lembur di kantor kemaren. Arsyi selalu meminta tolong Abi jika tulang tulangnya terasa linu atau pegal, Abi dengan senang hati akan memijitnya. Jika Anjani...Arsyi kapok pernah dipijit Anjani, bukannya tambah fresh, tubuh Arsyi malah tambah sakit semua.
Abi mengisyaratkan Arsyi untuk duduk bersandar di atas kasur, kemudian meluruskan kaki.
"Bunda pasti capek banget ya, sampe keras gini betisnya," ucap Abi seraya menatap Bundanya prihatin. Arsyi hanya membalas dengan senyum.
"Kalo yang kerja Papa saja gimana Bund?" tanya Abi hati hati, takut jika salah bicara.
Arsyi terkekeh, " Jangan dong, enakan kerja dua duanya, biar kompak," jawab Arsyi diiringi tawa renyahnya. Abi juga ikut tertawa, dan Abi tahu ada alasan lain. Abi diam karena Abi tidak tahu apa apa, seperti ____tidak tahu berapa gaji Abdi Negara, seperti Papanya, Bangga Perwira.Abi berganti tempat untuk memijit lengan Arsyi. Walaupun semakin sibuk bekerja dan mengurus anak, tubuh Arsyi ini bisa dibilang tambah gemuk dan sangat enak untuk dipeluk.
"Tadi sama Egi dan Dani?" tanya Arsyi.
"Tadi kapan?" balik tanya Abi.
"Waktu beli sate Ayam," jawab Arsyi. Arsyi penasaran, hebat sekali ada orang yang berhasil mengajak Abi ke warung Tenda pinggir jalan. Bangga, Papanya Abi-pun tidak pernah bisa membujuk Abi untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABINARA [SUDAH TERBIT]
Ficção Adolescente[CERITA SUDAH TERBIT, DAN NOVEL BISA DI PESAN DI SHOPEE, BUKA LAPAK, LAZADA, DAN AKUN RESMI GUEPEDIA YAAA :)] [Cerita ini BELUM DIREVISI, silahkan yang mau cerita lengkap dengan ekstra part bisa langsung beli versi cetaknya yaaa] ⚠️Jika kalian mengi...