ABINARA 30

182 26 1
                                    

Inara dilarikan kerumah sakit dan langsung mendapat penanganan dari dokter. Gadis malang itu sempat kehabisan darah karena sayatan di tangannya dan harus mendapat transfusi darah. Untungnya golongan darah yang cocok sedang dalam stok banyak, dan Inara dapat tertolong. Hanya saja, Inara belum tersadar sampai sekarang. Inara masih berada di dalam ruang ICU dan belum diperbolehkan untuk ke ruang rawat inap.

Dewi bersama Abi berada di kursi tunggu depan ruang ICU, dengan wajah lesu mereka dan perasaan mereka masing masing.

Dewi menatap nanar pintu ruangan yang Inara tempati, hanya pintu itu yang bisa dia tatap, ingin sekali Dewi memeluk anaknya yang malang itu. Setelah berlama lama menatap pintu ruang ICU yang tak kunjung terbuka itu Dewi baru tersadar bahwa sedari tadi ada seorang anak lelaki yang setia duduk di sebelahnya dengan gelisah, sama dengannya.

"Abi, pulang saja nak. Tante gapapa. Makasih sudah bantu Tante," ucap Dewi seraya menatap Abi dengan tatapan lelahnya.

Abi menggeleng, " tidak Tante, kita temani Inara bersama sama, ya," ucapnya.
Dewi menghela nafas berat, atensinya beralih menatap tembok putih di depannya.

"Abi mau dengar bagaimana semua ini bisa terjadi?" tanya Dewi.

"Kalau tante tidak bisa cerita, Abi gapapa kok. Tante nggak perlu cerita . Lebih baik tante istirahat saja, ayok Abi antar." Abi yang hendak beranjak dari duduknya untuk menawarkan istirahat untuk Dewi___ditahan oleh Dewi.

"Tante rasa kamu perlu tau, Abi," ucap Dewi seraya mengajak Abi duduk kembali.

"Tante yakin?" tanya Abi menatap mata Dewi. Dewi membalasnya dengan anggukan. Dewi yakin Abi-lah orang yang tepat untuk putrinya.

Akhirnya Abi menuruti kemauan Dewi, kemudian duduk kembali seperti posisinya semula. Dewi kembali menatap lurus ke tembok putih di depannya.

***
Malam ini Inara terlihat sangat cantik dengan Dress berwarna Salem warisan dari Dewi waktu muda. Malam ini Sean akan mengajak Inara ke pesta ulang tahun temannya, Aldo. Dan dengan tekat yang kuat, Sean meminta ijin untuk meminjam gadis mungil itu dari Jaya, Ayah Inara.

"Ayah, Mama, gimana? Nana cantik nggak?" tanya Inara seraya memutar tubuhnya yang terbalut Dress berwarna salem.

Jaya dan Dewi menatap putri semata wayang mereka dengan takjub. Bagaimana bisa putri kecilnya yang masih SMP itu bisa secantik dan terlihat sudah dewasa.

"Cantik banget anak Mama," puji Dewi kagum. Sedangkan Jaya mengacungkan jempolnya tanpa sepatah kata.
Inara terkekeh senang. Disisih lain Sean yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk Jaya dan Dewi menatap pacarnya itu kagum.

"Pokoknya, kamu harus jagain anak Om yang cantik ini, sampai pulang dengan selamat," pesan Jaya kepada Sean. Jaya ini selalu percaya dengan Sean. Yang tadinya Jaya selalu posesif terhadap Inara jika pulang telat, sekarang Jaya tidak khawatir karena sudah ada Sean yang akan menjaga putri semata wayangnya itu. Entah pelet apa yang sudah Sean gunakan sampai Jaya terlalu percaya dengannya, begitu juga dengan Dewi.

"Siap, Om. Yuk Na, berangkat." Sean meraih tangan Inara untuk dia genggam, tanpa malu dan tanpa rasa sungkan bergandengan tangan di hadapan orang tua Inara.

"Huh, dasar anak muda," celetuk Dewi terkekeh geli melihat tingkah anak dan pacarnya itu.

"Kita berangkat, Om, Tante." Sean dan Inara mencium punggung tangan Jaya dan Dewi untuk berpamitan.

***
Sean dan Inara tiba di salah satu hotel mewah kota ini, disana sudah ramai tamu undangan yang rata rata terdiri dari anak anak SMA dan orang dewasa. Hanya Inara yang bocil disini, belum juga SMA.

ABINARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang