prolog🌠

102 4 9
                                    


Note:typo tandai

Byurr

Suara tawa mengema di ruangan kumuh ini, dari setiap tawanya tangan mereka tak berhenti berkerja.

Dari yang awalnya menyiram dengan air perasan pel, sekarang tangan dari salah satu mereka dengan entengnya menyumpalkan kain pel tersebut ke arah mulut orang yang tadi disiram.

Kejam!

"Mphhhh"

"Enak nggak rasanya?" tanya seorang cewe yang terus saja menyungingkan senyum, tanggannya tak berhenti di situ, ia memgambil gunting lalu, mengunting seragam orang yang di depannya.

Gadis yang ditanya hanya diam tak menjawab. Badannya sudah remuk semua, bukan ini saja yang mereka lakukan, tapi dari berbagai hal kekerasan lainnya,

Seperti...

"Nih, gw tunjukin yang lebih enak,"

Bugh

Bugh

Dengan tanpa rasa kasihan, memukulkan stik pel ke arah pungung si gadis, posisinya dia terikat kaki dan tangan

Dengan dikelilingi 3 gadis yang sudah ia kenali siapa mereka.
Dan perlu diingat, tentu ini bukan hal baru baginya.

Hanya diam, seperti bocah goblok.
Bagaimana tidak? Selama kita bisa melawan, kenapa tidak melakukannya? Ia bisa, kok.

"Gimana enak nggak?" tanyanya lagi, menaikan satu alisnya.

Tak ada jawaban.
Merasa geram karna dicuekin, dia menjambak rambut itu, mendongakan menatap wajahnya.

"Enak nggak?" geramnya

Tak ada balasan juga "Anjing, jijik gw liat wajah lo!" mebanting ke arah samping agar tak lagi bersitatap dengan mata yang selalu menatapnya remeh.

"Lagian napa lo liatin juga," celetuk gadis berambut pirang

"Wajah pas-pasan nggak pantes hidup," timpal gadis satunya lagi, yang berambut hitam pekat, dari tadi kakinya sibuk mendang tulang kering orang yang di depanya

"Betul juga omongan lo" sahut gadis berambut pirang

Namanya Pella, Capella Zoyxian

"Ya udah tunggu apa lagi, bunuh aja udah!" gadis berambut hitam pekat mengangguk setuju dengan ucapan temannya, Pella

Namanya Delbar Fyclan, ia sudah siap akan memukulkan stik pel ke arah kepala, namun ia urungkan karna sebuah tangan mencegahnya

"Nggak usah nafsu!"

Delbar menoleh "Dia gak boleh mati." katanya, gadis dengan wajah cerah yang selalu ia tunjukan, hobinya adalah menyumpal kain pel kearah mulut target

Namanya Eldora Brigth, panggil dia El "Napa lagi, El? Dia gak pantas hidup kali,"

Delbar menurunkan tangannya, dengan sebal ia melempar stik pel kesembarang arah.

"Kan, gw bilang dia gak boleh mati, lo dengar gak, sih?" marahnya

"Iya-iya denger"

"Terus ini dia mau diapain, udah kacau banget dia." Pella memandang jijik orang di depanya "Nih, kita juga ikutan kacau" memperhatikan penampilannya sekarang.

"Seperti biasa, kita tinggal."

Pella dan Delbar menyungkinkan senyum ketika melihat El yang memperlihatkan senyum manisnya

"Gusy!!" mereka bertiga lebih mendekat ke arah gadis itu yang dari tadi terus meringis menahan sakit di seluruh badan.

Terakhir di hari ini, tangan mereka bertiga mendekat, Pella memberi tamparan, Delbar memukul lengan dengan pukulan yang bukan main-main, pasalnya Delbar ini atlet pecak silat

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang