note: typo tandain
"El!"
Gadis cantik dengan rambut terkucir kuda itu menoleh ke sumber suara, siapa yang memanggilnya?
Di depan halaman rumah, tidak ada siapa-siapa, lalu tadi siapa? Perasaannya jadi tidak enak, jangan berpikir yang tidak-tidak, El!
El meruntuk dalam hati saat merasa pikiran negatif bersarang pada otaknya, semua dari; penjahat yang mau menculiknya, setan, atau bahkan ia halu?
Tapi memang benar, El merasa terpanggil tadi, suer, deh.
"Mau magrib gini amat, dah," El bergidik ngeri, dan berlalu cepat memasuki rumah.Di ruang tamu El melihat Papanya—Ardi sedang fokus dengan iPad "Pah," Ardi mendongak menatap putrinya
"Ada apa?" Ardis menaruh iPad-nya pada sofa sampingnya, El sendiri yang sedang menenteng kantong kresek berlebel minimarket berjalan cepat ke arah Papanya
Ardi yang masih bingung dengan putrinya hanya diam, mengamati saat putrinya dengan telaten mengeluarkan semua belanjaannya "Lihat"
Anak dan bapak tersebut saling tatap "Maksud kamu?"
El menghela nafas, Papanya apa memang tidak sepeka itu?
"Lap buat apa, El?" Iya, yang disodorkan oleh El itu lap, macam handuk kecil.
"Buat sumpal mulut orang lah, Pah," Jawab El kesal, apa segitu tidak mengertinya Papanya ini?
"Jangan merutuk, El" Seakan tau, putrinya ini pasti merutuki dirinya dalam hati
"Huh! Papa rasa kegiatan baru yang kamu lakukan belakang ini sangat tidak berkesan,"
"Tidak berkesan buat Papa, tapi buat El berkesan, Pah!" Bantah El, enak saja dibilang tidak berkesan, hampir dua tahun, lho. Yakali tidak berkesan.
"Hilih, coba Papa tanya, selama ini yang kamu sambut apa dari hal baru itu? Ah..Seengaknya bukan sambut, yang kamu sendiri, pribadi peroleh," Ardi menekankan kata tercetak tebal
"Dalam kerja sama, antara kedua belah pihak itu, keduanya mendapat keuntungan, El. Bukan hanya pihak yang menawarkan saja, yang ditawarkan justru seharusnya keuntungan bisa diambil lebih. Ini kenapa kamu tidak dapat sama sekali!? Bahkan di sini kamu rugi, lho," Ardi menatap sayang pada putrinya
"Papa mengeluarkan banyak uang untuk ini. Yaa..Bukan Papa perhitungan dengan kamu, tapi El sendiri tau, kan? Kal-
"Stttt, iya Pah, iya El tau," El menatap Papanya teduh "Papa tau sendiri, El tulus, Pah"
"Iya Papa tau, tapi kenapa enggak pakai cara lain? Kenapa harus dengan hal baru ini? Kalau saja kamu tidak gegabah dan ambil keputusan tanpa bertanya dengan Papa, kamu mungkin bisa berhasil sayang"
El mengeleng berat "Sama aja, Pah, mau pakai cara apa pun juga kayaknya enggak bakal berhasil" Ucap El putus asa
"Lah, kalau sebelumnya kamu belum bikin perjanjian sama dia, kamu justru bisa bikin perjanjian dengan Papa, tidak perlu yang namanya kekerasan, tidak ada yang tertindas, tidak ada semua yang terjadi saat ini....
Dan, tidak ada anak Papa yang akan menjadi egois, memanfaatkan perjanjian dengan nafsu tidak jelas seperti yang kamu lakukan. Ingat dengan jelas Eldora, nafsu yang kamu rasakan itu bukan keuntungan!"
Ardi mengambil cangkir kopinya, sedangkan El sendiri tengah merenung "Tuhan, El jahat banget, ya?" El mendongak, air matanya sudah meluncur bebas.
"El enggak jahat sayang, belum terlambat, selesaikan semuanya. Papa yakin, kamu pasti punya hati yang baik." Kalimat terakhir, Ardi sertakan senyum terbaik
Eldora, gadis itu menghapus air matanya, lalu tersenyum ke arah Papanya "Makasih ya, Pah"
"Sama-sama sayang"
***
"Jadi kenapa lo gak masuk?" Delon menoleh ke arah Olla setelah menaruh gelas minumnya
Olla yanh sedang fokus dengan makannya mendongak malas "Lagi gak pengen sekolah,"
Delon menyerit bingung "Langka, ya, biasanya Olla Daizi itu sering masuk, bahkan enggak pernah absen. Eh, kali ini alpha, ada masalah, ya?" Delon seakan peka, ia bertanya
Menaruh sendoknya, Olla meraih minum, selesai ia menatap pemuda di depannya dengan serius "Kelihatan banget ya kalo lo ngawasin gue dari dulu," Ujar Olla sinis
"Sama pacar gak boleh sinis" Sindir Delon, Olla sendiri mengidikan bahunya acuh
"Gak ada hukumnya, kan? Ngapain juga harus ramah" Olla mengelap mulutnya dengan tisu, Delon sendiri memperhatikan Olla dari tadi makan jadi berasa berbeda
Olla tampak elegan dengan balutan switer hitam, dengan rambut yang digerai bebas, dan jangan lupakan Delon dari awal makan terus memperhatikan cara makan gadis di depannya.
Berbeda jauh dari yang Delon kira, Olla makan dengan apik, rapi, tidak belepotan dan tepat waktu, bahkan kunyahan Olla saja sesuai, tidak kurang dan tidak lebih.
Olla tampak menyender pada bangku yang ia tempati "Apa yang mau lo bahas?"
Delon yang kikuk beralibi mengambil ponsel "Besok gue harap lo masuk sekolah," Olla hanya mengangguk ringan
"Besok gue bakal pastiin kalo satu penjuru sekolah tau kita ini pacaran,"
"Konteks yang lo maksud itu apa?" Delon menyerit bingung, ia terdiam cukup lama untuk mencerna omongan gadis di depannya
Olla yang menunggu jawaban hanya tersenyum sinis, Delon sadar akan hal itu
"Ya..Lo tau sendiri, kan, kita pacaran agar lo gak ditindas, kenapa nanya lagi?"
Olla mendengus kesal, dia menegakkan badannya menatap pada pemuda di depannya dengan tatapan intimidasi dan tajam
"Lo jangan coba-coba manfaatin gue, buat nafsu gila lo itu. Ngerti!"
***
awoksawoks, kabar baik, yaa¿
haduh, delon ini kenapa, ya? misterius amat, dah, ayang aing ini😕 aku jadi penasaran apa yg ada di pikiran delondelon ini tuh aslinya tukang kebon, terus dia cosplay jadi anak SMA, katanya, sih, buat lihat bu roro. itu info yg aku dapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...