note: typo tandain
Banyak orang mengira, hidup sebatang kara itu susah. Memang. Dan itu Olla yang rasakan
Ia memang memiliki keluarga, namun rasanya, kehangatan itu tidak ada, jangankan kehangatan, sosok persisnya saja tidak ada. Yang gadis itu rasakan hanya ada sebuah tekanan, semua terasa nyata dan berjalan begitu cepat
Sampai pada akhirnya, gadis itu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah, yang menurutnya tidak pantas disebut rumah untuk ia berpulang
Kalo ditanya, Olla sayang Bunda? Olla sayang Ayah? Olla sayang Kakak? Tentu! Dengan sangat yakin dan amat percaya diri, Olla akan menjawab, ia sangat yakin bahwa Olla menyayangi mereka
Namun, kadang ego lebih tinggi. Jangan salahkan Olla jika saat semuanya kembali, ia masih tetap stuck pada keputusannya
Jika saja kahangatan itu menetap tanpa embel-embel tekanan, Olla tidak akan seperti ini. Tapi, sayangnya Tuhan berkehendak lain
Olla tidak suka. Bukan tidak bersyukur, ia tidak suka takdir konyol ini. Setelah melewati banyak sekali kerikil, sakarang justru berhadapan dengan batu
Sabar.
Ambil sisi positif saja, itu yang Olla pikirkan
Basah menerpa kulit tanggannya, satu tetesan air mata meluncur bebas dan menyentuh tepat pada punggung tanggan
Tidak ada tangisan dan isakan, hanya hening tanpa suara. Benar kata pepatah, menangis dalam diam adalah hal yang paling epic
Saat mendengar suara derap langkah, dengan cepat gadis itu menyingkirkan apa yang mengganggu di wajahnya.
Seketika ia langsung berpaling dan berlaga sibuk dengan ponsel. Kakaknya Alana datang dengan paper bag di tanggannya
"Ada apa?" tanya Olla malas, dan menaruh kembali ponsel-nya
Alana mendengus geli. "Udahlah Olla sayang, pulang saja. Tidak kuat bukan?" Dengan nada mengejek bahkan tatapan yang sangat menjengkelkan bagi Olla itu Alana tunjukan
"Dih, lebih baik kakak pergi, tidak usah kunjungi aku lagi. Ingat, aku bisa hidup tanpa kalian, dan kalian tidak bisa hidup tanpa aku!" ujar Olla tegas dengan tatapan menghunus
Alana duduk pada karpet bawah, dan menatap adiknya yang sedang lesehan di depan laptop. "Tidak kebalik?"
Olla tertawa sumbang mendengar jawaban dari sang kakak. Apa yang terbalik? Lucu sekali mereka.
"Yang datang mengunjungi dahulu siapa? Yang memohon agar si putri satu ini pulang siapa?" tanya Olla meremehkan
Bukannya merasa terpojok, Alana justru semakin tersenyum menyepelekan. "Ulu! Yang sering diam-diam ambil keuntungan dari perusahaan Ayah, yang diam-diam jual buku hitam perusahaan, siapa, ya?"
Gadis itu terhenyak, kakaknya tahu?
Alana yang melihat raut kaget adiknya tertawa, lalu mendekat dan mendekap erat tubuh adiknya
"Pulang, ya, sayang?" lirihnya sambil mengecup puncuk kepala Olla
Pelukan terjadi sekitar 2 menit, dan mereka masih tetap pada posisinya
Olla hanya diam tanpa membalas pelukan hangat sang kakak. Sedangkan Alana menakup pipinya. "Plis! Kali ini ngalah," mohon Alana
Menatap manik mata yang persis dengan dirinya, bahkan ia mengatur nafasnya yang semula normal menjadi sangat sulit. Alana yang melihat itu mengerut alis bingung dan panik
"Sayang!? Ada apa!?" tanyanya panik, seraya membantu menyingkirkan rambut adiknya yang mengganggu
Olla hanya diam, sibuk akan nafasnya, dan berkata, "Kak, minta tolong ambilin inhaler-ku!" pinta Olla melirih namun tegas
Alana yang dirundung panik, semakin panik saat melihat adiknya meringis menahan sesuatu. Hal itu sontak membuatnya blank dan bingung
"Kak!" Sekali lagi, Alana sadar bahwa adiknya butuh obat, bukan panik yang ia rasakan
Meja belajar sudah terobrak-abrik, laci-laci ikut serta agar bisa mendapatkan benda yang dicari. Saat ketemu, dengan rasa khawatir ia membantu adiknya agar pulih
Alana memeluk Olla tidak begitu erat, menghindari sesak dan rasa yang kurang nyaman. Ia juga mengecupi seluruh wajah kembarannya kecuali bibir
"Mana yang sakit sayang? Hm?"
"Dadanya masih sakit enggak? Atau kepalanya pusing? Kita ke rumah sakit, ya?"
Olla menggeleng, dan mencoba menjauhkan wajahnya dari jangkauan kakaknya. "Udah, kak."
"Udah, ya? Aku gak mau kasih kalian harapan, dan aku juga gak mau bikin diri aku sendiri repot. Kakak kembali di mana istana berada, berkumpul dengan Ayah dan Bunda, dan biarkan saja aku di sini menikmati kelengangan."
***
Hai! Akhirnya up juga! Pendek, maaf. Soalnya lagi ngebagi part biar plot-nya dapat
Yang bingung soal apa yang terjadi sama Alana, ikuti terus yaaa Queen Bullying
di sini g dapat hikmah, di sini juga g dapat hidayah. Cuma, di sini kalian akan dapat sebuah iseng-iseng berhadiah!
Jangan mikir uang dan segala macam, yaaaa. Aku cuma ngasih sedikit spoiler kalau cerita ini akan lebih banyak kebaperan, dan keuwuan. Untuk konflik sudah aku atur sedemikian rupa agar menjadi layak baca. Terima kasih
Bintang dari mu, semangat untuk ku💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...