Note: typo tandain
"Heh! Lu napa wajahnya nyeremin gitu?" tanya Delbar menyenggol lengan El pelan.
Eldora menatap bengis Delbar yang berani berkata seperti itu kepadanya. Delbar yang sadar akan hal itu langsung meringis pelan.
"Ceilah El, jangan tegang gitu dong. Lihat, kesayangan lo main noh." Tunjuk Capella pada seorang pemuda yang menggiring bola dan berusaha memasukannya pada ring basket.
El mendengus, lalu kembali fokus menatap lapangan yang para laki-laki merebutkan bola. Teman-temannya benar juga, ngapain dia pasang wajah sangar, padahal pemudanya sedang bermain.
"Ganteng juga dia," gumam Delbar yang dapat didengar El. Menatap tajam gadis itu yang kembali salah melakukan hal.
"Lo rebut, gue gorok pala lo!" ancam El mencoba garang. Walau mau bagaimanapun wajahnya tetap terlihat cantik.
"Canda El! Serius amat lo," kelakar Delbar. "Tapi, gantengan Delon loh kalo dilihat-lihat," lanjut Delbar memperhatikan Delon yang mengambil alih bola dari lawan.
El berdecih malas memperhatikan pemuda itu yang terlihat tidak fokus akan bola yang ia pegang. "Ogah, gak dulu gue mah! Skip," tolak El mentah-mentah. Bisa-bisanya ia diship oleh pemuda bajingan itu, lebih baik El jomblo seumur hidup.
Delbar dan Capella tertawa mendengar itu. "Tapi tajir, El. Jangan salah lo," celetuk Capella dan mereka berdua membenarkan itu.
"Sorry, tapi gue juga tajir. Ewh! Mending juga crush gue, jauh beda. Pinter, gak banyak tingkah, ganteng, tajir juga, dan yang penting gak bajingan." Eldora melipatkan tangan di depan dada bangga.
Mendengar itu, Capella dan Delbar memutar bola mata malas dengan kompak. "Iye, crush lo best banget, deh."
"Tapi btw, dari tadi kuping gue budeg orang-orang teriakin nama Delon." Ketiga gadis itu langsung memperhatikan tribun yang para perempuan bukannya meneriaki pemain dari kelas mereka, justru meneriaki nama Delon, atau mereka menyebutnya dengan panggilan Raven.
Walau sudah diketahui hampir seluruh penjuru sekolah, bahwa sosok yang mereka idolakan sudah memiliki kekasih. Bukannya menjauh atau pun takut, fans Delon semakin tertantang untuk semakin anarkis.
Lagi pula, siapa yang tidak tahu Olla Daizi? Menurut mereka, gadis itu tidak ada apa-apanya untuk mereka yang lebih modis dan menganggap bahwa mereka lebih dari segalanya.
Sering kali para fans bertanya, harus banget cewek itu?
"Aneh ni para ciwi-ciwi," komentar Capella menatap ngeri para fans fanatik Delon.
"Halah, biasa mereka doyan yang ganteng tajir doang! Gak lihat sifatnya juga, hadeh." Delbar menggeleng heran.
Mereka mengangguk setuju, lalu kembali fokus pada pertandingan. Saking asik mengobrol mereka sampai ketinggalan informasi bahwa poin yang tercetak seri saat ini. Di menit-menit terakhir, inilah kesempatan bagi mereka untuk masuk semi final.
Pertandingan tidak akan selesai hari ini. Babak final dan semi final akan dilanjut besok. Ini adalah pertandingan terakhir, dan setelah ini akan diumumkan siapa saja yang masuk untuk tanding besok.
"Eh, anjing kalah!" teriak reflek Delbar saat melihat tim Delon kalah. El dan Capella pun sama menatap reflek pada lapangan. Dan benar, tim mereka kalah dengan kebobolan dua kali bola masuk.
"Yah, kalah," keluh para fans Delon yang posisinya memang bersebelahan oleh tempat duduk ketiga gadis itu.
"Kalah cuy! Keknya Delon lagi gak fokus, deh. Coba lo lihat," ujar Delbar menunjuk di mana pemuda itu berada yang kini sedang mengacak rambutnya asal. Terlihat frustasi, tapi jelas mereka bisa menebak. Hal itu bukan disebabkan oleh kekalahan ini saja, sebelumnya yang bisa mereka tebak Delon sudah dirundung rasa gelisah, ditambah dengan kekalahan ini. Sudah bisa dijamin, pemuda itu akan merasa frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...