🌠delon⚡

8 1 0
                                    

Note: typo tandain.

Drttt drttt

Capella menoleh saat ponselnya berdering. Ini jam pelajaran, seharusnya orang itu tahu, bahwa pemilik nomor yang dihubungi sedang sekolah. Tidak bisa kah menghubunginya saat jam pulang sekolah?

"Pella, ponsel lo geter anjir." Karna memang kelas hening, maka suara dering ponsel pun terdengar.

Capella meringis mendengar protesan temannya. Untung guru di depan sana menghadap pada papan tulis, menulis materi yang akan dipelajari. Melirik keadaan, dan meraih ponselnya di atas meja.

Tio is calling...

"Lo masih lanjut sama tuh cowok?" tanya Delbar pelan saat setelah melirik siapa yang menelfon temannya tersebut.

Gadis itu terhenyak saat suara tiba-tiba muncul dari samping kanannya. Ia mengangguk memberi jawab. "Setelah dari club, dia hubungin gue terus. Padahal gue udah bilang, gue anaknya sibuk."

Rasanya Eldora yang mendengar jawaban temannya sekilas ingin tertawa. Bukan hanya El, bahkan Delbar yang memberi pertanyaan ingin menyemburkan tawanya saat ini pula. Sayangnya, guru masih berada di depan, kurang 10 menit lagi maka bel pulang akan berbunyi.

Guru tersebut telat masuk kelas. Maka, jam pelajaran pun terpotong. Hingga penulisan materi pun tak akan cukup jika setelah ini bel pulang.

"Minimal kalo bohong yang logis lah," sahut El. Membereskan kotak pensilnya. Ia malas mencatat lanjutannya, cara terbaik adalah mencatat di rumah. Yang ada di papan tulis ia foto, mudah bukan?

Capella memutar bola mata malas. Jawabannya saat itu spontan, dan tidak bisa diatur.

Oke, jika bertanya Tio siapa. Dia pemuda yang berada di cafe saat itu, di mana Capella mendapat dare dari kedua teman biadabnya agar mengajak sosok pemuda yang duduk sendirian ke club.

Saat itu, mereka benar-benar ke club, dan menikmati kebersamaan. Mungkin Capella menebak, Tio hanya tahu jika saat itu mereka berdua. Nyatanya, El dan Delbar pun ikut serta walau di meja sebrang memantau kegiatan keduanya.

"Awal, lho. Dia suka sama lo kayaknya," ujar El serius, lalu kembali menghadap ke depan.

"Anak-anak, kurang 5 menit lagi bel pulang. Kalian bisa bereskan peralatan kalian. Ibu pamit dulu, ada wali murid adik kelas kalian yang ingin bertemu. Terima kasih!" Setelah mengucapkan itu, guru dengan postur tubuh yang ideal sesuai porsi wanita itu keluar ruang kelas dengan menenteng tas jinjingnya.

Bersamaan dengan itu, bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Semua murid yang ada di kelas membereskan peralatan mereka. Capella langsung memencet tombol hijau pada panggilan yang masuk sendari tadi.

"Halo," sapa Pella, menempelkan ponselnya pada telinga disangga oleh bahunya. Kedua tangannya memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

"Hari ini aku jemput, ya!"

"Hah? Gak usah! Gue dijemput supir soalnya," elak Capella. Ia berbohong, saat ini ia belum menghubungi supir.

"Aku udah di depan gerbang sekolah. Ditunggu, ya!"

Sambungan telfon tertutup sepihak. Capella berdecak malas, cowok ini keras kepala.

Delbar dan El yang melihat itu tertawa. "Udah kali. Sana sama dia aja, siapa tau kalian jodoh," ledek Delbar ketawa ngakak.

"Bener tuh. Ntar judulnya gini, jodohku berawal dari dare or dare. Hahaha anjing!" kelakar El sambil tak kuat menahan tawanya.

"Bangsat!" umpat Capella kesal saat kedua temannya malah meledek dan tidak memberi solusi.

"Heh! Berani lo ngumpat di depan gue!" El melotot garang, Capella meringis melihat itu.

"Hehe canda, El."

"Ya udah ayok. Tuan putri udah ditunggu pangeran nih." Capella memasang wajah masam saat kedua temannya menyeret keluar kelas.

***

"Bunda," panggil Alana pada Ayyara yang sedang menyusun tataan bunga pada vas.

Ayyara menoleh pada sumber suara, putrinya yang masih mengenakan seragam sekolah. Wajahnya kusut dengan seragam yang tidak serapi tadi pagi.

"Ada apa?" tanya Ayyara, menerima Alana saat salim padanya.

"Alana capek. Kangen adek!" Gadis itu menaruh tasnya pada sofa dan mendaratkan bokongnya dengan sempurna.

Ayyara menghela nafas. Menghampiri anaknya, mengelus pelan pipi kiri Alana yang terdapat memar.

"Bunda tau. Tapi apa kamu gak kasian sama adek? Rasanya kita gak pantas lagi berada di sekitar adek. Ayah sama Bunda udah bebasin adek, lho."

Alana menepis tangan Ayyara. Ia marah kepada kedua orang tuanya, yang malah membiarkan adiknya berkeliaran di luar sana tanpa penjagaan dan pengawasan.

Ia juga dilarang mengunjungi lagi adiknya, ia muak dengan Ayah dan Bundanya. Adiknya pergi juga karna mereka, tapi apakah mereka tak sadar?

"Bunda sadar, ini salah Bunda sama Ayah. Tapi plis, Bunda mohon, biarkan adek pulang dengan keinginan adek sendiri. Bunda udah cukup buat adek merasa tertekan dengan peraturan rumah ini. Adek butuh kenyamanan, Kak." Alana menggeleng.

"Alana ke kamar. Kita bicara ini kalo ada Ayah. Ada yang harus Alana sampaikan." Alana meraih tasnya dan beranjak menuju kamarnya.

"Apa itu?" tanya Ayyara yang penasaran.

"Tunggu Ayah, Bund." Alana melenggang pergi dengan perasaan yang tidak karuan.

Sampai di kamar, ia langsung mengganti pakaiannya dengan tank top dan hot pants miliknya. Tanpa berlama-lama ia merebahkan tubuhnya pada kasus.

Panggilannya tidak diangkat, dengan kelas ia melempar ponselnya sembarang arah. Harusnya adiknya peka, ia rindu.

Namun, saat akan memejamkan mata. Ponselnya berdering, saat melihat nama yang tertera senyumnya merekah.

Tanpa berlama, ia langsung memencet tombol hijau. "Sayang!" sapanya semangat.

Namun, jawaban di sebrang membuatnya terdiam.

"Halo, maaf. Olla-nya lagi di toilet."

Suara laki-laki. Alana langsung mematikan sambungan telponnya. Layaknya pacar yang kepergok selingkuh, Alana langsung overthingking.

Perasaannya kembali tak karuan. Rasa khawatir menyerangnya, pikiran negatif bersarang dengan suka rela. Seharusnya adiknya tidak berhubungan dengan laki-laki itu.

***

Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!

Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!

No copas!

Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.

Love you!

19 April 2023, Madiun. Setelah ini lebaran, mohon maaf lahir dan batin.

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang