🌠olla⚡

10 1 0
                                    

Note: typo tandain

Suara menyebalkan kembali mengusiknya. Dengan perlahan Olla membuka matanya, ponselnya berdering tanda ada panggilan masuk. Sial! Sudah semestinya ia bersantai di UKS.

Berdecak saat melihat nama yang tertera. Tanpa menunggu lama Olla memencet tombol hijau dan menempelkan ponselnya pada daun telinga.

"Di mana?"

"UKS," jawab singkat Olla. Lalu setelahnya panggilan terputus secara sepihak. Ia bisa menebak, pasti pemuda itu sedang menuju ke sini.

2 menit setelahnya, Delon muncul dengan jarsey yang basah oleh keringat, kedua tangannya membawa handuk kecil dan juga air mineral. Tangan kanannya memberikan handuk yang dia bawa ke arah Olla.

"Lap sendiri," ujar Olla paham oleh kode pemuda itu.

Delon manyun, maju selangkah sehingga jarak mereka semakin dekat. "Lapin dong," pinta Delon, terus menggoyangkan handuk yang ia bawa.

Dengan malas Olla meraih handuk itu dan mengelap sisa keringat yang ada pada tubuh Delon. Hanya wajah, leher, dan lengan. Selebihnya tidak.

"Manja banget jadi cowok!" sinis Olla malas. Mengelap dengan telaten keringat yang menempel juga pada rambut yang sekarang mengakibatkan lepek.

"Dih, ada pacar bebas." Olla memutar bola mata malas. Lagi dan lagi pacar.

"Terserah lo!"

Setelah bersih, Delon terduduk pada kursi yang berada pada samping ranjang, dengan sekali tegak minumnya langsung tandas. "Lo gak tanya gue menang apa kalah?" tanya Delon menatap heran gadis itu yang seakan tak minat melihat baju yang ia kenakan.

"Nonton aja gak minat, apalagi siapa menang siapa kalah. Skip!" Dengan gamblang Olla mengucapkan itu, tangannya yang bisa menjangkau rambut Delon menata rapi agar tidak berantakan seperti tadi.

"Nyeleb lu," sindir Delon. Memejamkan mata menikmati jari jemari Olla yang menelusuri  di rambutnya.

"Emang gak minat." Setelah rapi, Olla merapikan seragamnya agar lebih baik dan turun dari ranjang. "Mau ke mana?" tanya Delon menatap penuh tanya pada gadis itu.

"Keluar lah! Lo gak mau, kan, orang mikir aneh-aneh soal kita kalo di sini cuma kita berdua aja. Cowok cewek, di lingkungan sekolah. Sepi!" Olla melanjutkan langkahnya keluar dari UKS.

"Dih, biasanya juga berduaan di rumah lo." Delon beranjak menyusul Olla yang sudah hampir sampai di pintu.

"Ssttt! Ini di sekolah ASU!"

Setelah menggapai telapak tangan gadis itu, Delon menepuk pelan mulut Olla. "Mulutnya minta dicium."

"Dih!"

"Tapi btw, berarti kalo di luar sekolah boleh, ya?" Mereka keluar UKS dengan tangan saling bergandengan tangan.

"Delon," geram Olla menatap Delon dengan aura bermusuhan.

"Iya-iya, bercanda!" Para siswa yang memang pada dasarnya selalu berkerumun di mana pun menatap mereka dengan pandangan yang tak biasa.

"Jangan ditanggepin mereka. Mending bolos kuy!" bisik Delon, mempererat genggaman dan menariknya menuju ke arah parkiran.

"Heh! Gue ogah!" tolak Olla mentah-mentah. Ia tak mau ambil resiko dengan kasalahan memalukan ini.

"Halah, santai aja. Gue tebak lo selama sekolah di sini gak pernah yang namanya bolos, yakan?" tebak Delon membuat Olla terpengarah. Apakah seterbaca itu?

Nyatanya memang benar. Selama bersekolah di SMA Nusantara ini, ia sama sekali tidak melakukan hal tercela contohnya membolos. Lagi pun, Olla sama sekali tidak minat dengan kegiatan tersebut. Walau pada akhirnya tetap bertemu pembelajaran di esok harinya, tetap bagi Olla hal ini adalah hal yang menjijikan.

Karna Olla berpikir, ia sekolah membayar mahal. Apakah dengan membolos ia memanfaatkan hasil kelola uang SPP yang memang sudah mengalir uangnya. Olla bayar untuk sekolah, bukan bolos.

Bagi Olla, membolos adalah hal yang merugikan. Selain menyiakan uang SPP, pun termasuk membuat ketinggalan pelajaran dan ke depannya, rapor akan bertuliskan alpha yang begitu banyak. No! Olla tak mau seperti itu.

"Oke, kali ini pertama. Sama gue." Delon mendorong pelan Olla agar masuk ke kursi samping kemudi. Lalu disusul olehnya.

"Lo bego?" tanya Olla heran menatap Delon yang memakai sabuk pengaman.

"P maksud?"

"Ya lo pikir, deh. Masak mau bolos pakek mobil, segala keluar lewat gerbang utama, kan? Mana ada kayak gitu!" bantah Olla, menatap Delon yang justru tersenyum.

"Gak pernah bolos tapi tau cara bolos, best! Ajarannya siapa?" tanya Delon. Pemuda itu justru menurunkan standar kursi kemudi, menatap pada Olla yang memasang wajah terkejut.

"Padahal lo tau, kalo biasanya anak sini bolos, ya, bolos. Tinggal sogok satpam, kan? Tapi dulu pernah, sih. Ada kejadian, bolos gak pakek sogok satpam eh ketahuan, mana anak emas yang bolos. Hadeh."

Menegakkan tubuhnya, Olla merapikan rambutnya dan berkata. "Ya, pada umumnya bolos emang lewat pintu rahasia, bukan gerbang depan. Beda lagi kalo lo punya kuasa lebih, lo bisa lewat gerbang depan, dengan alasan apa pun salah satunya nyogok," jawab Olla, apakah Delon sedang mengujinya?

"Harusnya lo tau dong, gue di sini punya kuasa lebih loh," sombong Delon.

"Bangsat, ini jadi bolos gak? Kalo gak gue keluar!" Olla bersiap melepas sabuk pengamannya.

"Eits, santai cantik. Just kidding you know. Mulutnya emang minta dicium." Delon bersiap menyalakan mobilnya dan menstandarkan kursinya.

Saat melewati pos satpam, pemuda itu membuka kaca mobilnya dan ngobrol sebentar hingga Pak Satpam mengangguk dan membukakan gerbang.

Mobil melintas menjauhi pekarangan sekolah dengan kecepatan di atas rata-rata. "Gak usah kaget," ujar Delon saat menatap wajah tegang pacarnya.

Olla berdecih. "Siapa yang kaget? Gak tuh," elaknya.

"Tapi yang gue tanya tadi beneran. Lo tau cara bolos dari mana?" tanya Delon tanpa menoleh, ia fokus pada jalan depan.

"Bukannya pada umumnya bolos gitu, kan? Udah gue jawab tuh," jawab Olla, memperhatikan tangan Delon yang dengan lihai menyetir.

"Bukan dikasih tau Regan?" Delon menoleh ke arah Olla yang terkesiap.

Mobil memasuki basement salah satu mall di kota ini. Jaraknya yang bisa ditempuh 10 menit jika mengendarai dengan kecepatan normal.

"Sotoy lu!"

"Gue gak sotoy, gue tau."

***

Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!

Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!

No copas!

Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.

Love you!

Ketiknya 30 Januari 2023, up-nya 15 April 2023

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang