note: typo tandain
Hari ini Olla memutuskan untuk tidak masuk sekolah, ia merapikan tempat tidurnya, dan setelahnya beranjak ke kamar mandi.
15 menit ia keluar dengan badan dan wajah yang segar, "Hah" Olla menghembuskan nafas dengan kasar.
Ia tak sekolah karna malas, iya malas. Ini kali pertama Olla tidak masuk sekolah selama ia berada pada SMA Nusantara.
Hahaha, rajin sekali dirinya, mungkin ia sering masuk karna kangen bully-an dari El? ohh, atau kangen dengan luka-luka baru? atau kangen dengan Bu Roro? atau bahkan tidak ada di antara ketiganya.
Olla mengambil laptopnya di atas meja, dan memangku, saat laptop menyala, Olla terkejut bukan main.
Apa ini?
Kenapa bisa?
Dua pertanyaan singgah tepat di otak Olla, sesaat ia terdiam, pikirannya berkecamuk, ponselnya berdering membuat ia mengalihkan padangan.
Nomor tidak dikenal, dan Olla tau siapa itu, mengambil ponselnya yang sedang di charger, memencet tombol hijau
"Bagaimana?"
Olla terdiam, ia rasanya ingin menggampar orang di sebrang telefon, orang yang membuatnya rindu sekaligus kesal.
"Olla sayang, bagaimana? baguskan kerjaan ku,"
Dari sini Olla bisa mendengar orang di sebrang terkikik geli, Olla menghela nafas, tersenyum walau tidak diketahui "Keren, makasih banyak, ya,"
Kekehan di sebrang sana terhenti saat merasa respon Olla tidak sesuai sama apa yang ia pikirkan.
"Olla apa kamu enggk rindu denganku?" Olla mengangguk ribut, bagaimana ia tak rindu, ia rindu, sangat!
"Enggak." Olla berbohong
"Ah..rupanya adik kecilku sudah dewasa, ya. Kamu mengatakan tidak rindu, tapi aku rindu, maka solusinya aku akan menghampirimu,"
"Jangan macam-macam!" Olla dengan cepat membereskan laptopnya, dan berlari kecil ke arah pintu depan rumah, memastikan pintu masih ia kunci.
Namun, saat akan sampai, pintu sudah terbuka dan terpampang gadis cantik, yang Olla tau siapa beliau.
Olla terdiam, mematikan sambungan telefon dan memasukan ponsel pada sakunya, menghela nafas kasar.
Gadis di depannya berjalan masuk, dan memeluk Olla erat, Olla hanya terdiam, "Ada apa?" Olla bertanya
Melonggarkan pelukannya, menakup wajah Olla mecium seluruh wajah Olla kecuali bibir "Kakak rindu,"
Tersenyum saat melihat Olla juga tersenyum tipis padanya "Kamu sehat?"
Olla mengangguk, namun anggukannya terhenti saat dagunya ditahan oleh sang kakak-kembaran Olla
Senyumnya pudar saat melihat banyaknya luka-luka di wajah adik kembarannya, bahkan saat ia menurunkan pandangannya, tangan Olla pun ada beberapa lebam, apa ini?
"Siapa?" Tanyanya menggeram marah
Olla menghela nafas, sepertinya hari-hari penuh dengan menghela nafas
"Duduk dulu, Kak," Alana Daizi mendengus, ia berjalan duduk pada sofa single, dan memang hanya ada satu sofa di rumah Olla.
Alana menepuk pahanya agar sang kembaran duduk pada pangkuannya, Olla sesaat terdiam, sudah lama rasanya ia tak bermanja pada sang Kakak
Berjalan dan duduk di pangkuan Alana, bersandar pada dada Kakaknya, Alana tersenyum senang dan memeluk pinggang Olla dengan erat.
"Kakak rindu, sangat." Olla hanya mengangguk saja
"Jangan lupakan, siapa yang melukaimu?" Alana mengelus rambut Olla lembut
"Kakak udah pasti tau," Jawab Olla singkat.
"Eldora Bright." Sebut Alana, Olla hanya mengangguk singkat
"Kakak rasa ada yang janggal,"
"Aku tidak peduli."
"Hey,yang jelas,dong!" Sentak Alana marah, ia menunduk untuk menatap wajah sama persis dengannya yang kini sedang memasang wajah masam.
Olla menghela nafas, "Apa, sih, Kak? Percuma juga, aku malas ladenin anjing yang cuma bisanya gonggong enggak jelas!"
Alana tersenyum malas "Anjing kalau dilepas bisa lebih dari menggonggong,"
"Dan, juga nyatanya dia anjing yang lepas, jadi bisa lebih dari menggonggong." Olla menyahut sambil berusaha beranjak
Alana awalnya menahan, namun saat melihat tatapan tidak suka Adiknya dia melepaskan perlahan "Pintu keluar sebelah sana." Olla menujuk tepat pintu keluar
Alana hanya bisa menghela nafas, lalu berdiri, "Ya..Kakak harap kamu bisa lakukan lebih dari hanya sekedar bersaing dengan anjing menggonggong,"
Olla tampak kesal, dan berdecak malas "Aku rasa bukan level 'ku bersaing dengan anjing."
Alana tersenyum jenaka sambil menyikap rambut Olla yang "Kamu memang enggak sepintar Ainan Caleste Cawley. Tapi, Kakak rasa kamu tidak sebodoh Panda, mengerti?"
Olla mengangguk tanda mengerti, "Dan aku rasa juga, Kakak tidak lupa jika aku makhluk hidup, aku butuh makan, jadi lebih baik kembalikan apa yang sudah hak milikku sendiri." Ucap Olla tegas, Alana hanya mengangguk singkat yang membuat Olla tersenyum tipis sambil menatap kepergian Alana yang hilang ditelan jalan, wkwkw.
Olla sedikit lega!
Setelah menutup pintu, Olla bergegas mengambil kembali laptop yang sempat ia taruh tadi.
Kini layar laptop menampakan Serch pada laman Google.Okay, Olla tarik tarik nafas, dan buang jangan ditahan, jangan mikir mubazir, ya.
Olla memulainya dari akar-akarnya
Dan tangannya bergerak lincar mengetikkan kata-kata di kolom pencarian.
Berawal dari; SMA Nusantara.
Dari ulasan yang ia dapat, banyak mengatakan sekolah yang ia tempati ini bersiswa/i dari orang-orang pintar, kaya, cantik, ganteng, dan lain-lain.
Ada juga yang ulasan lama, tersebarnya berita dulu, Olla jadi salah fokus akan berita tersebut.
Saat membuka laman berjudul 3 Kasus Penindasan pada SMA Nusantara.
Di situ dijelaskan atau bahkan diceritakan beberapa inti, namun tidak lengkap, karena ini hanya ulasan dari Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk kepentingan mereka mengisi konten.
Olla membaca dengan teliti, ia terdiam saat menemukan kalimat paling inti, pikirannya tambah berkecamuk tidak jelas.
Raven, X IPS 2 melakukan penindasan ini semata-mata untuk kesenangan pribadi dan beberapa alasan lain.
****
Haloo, untuk kamu yang baca cerita ini, makasih banyak, ya.
yaa....yang baca dikit, sih.
lagian, aku juga g sebar link ini cerita, enggk aku promosikan.
lagi males ajatapi, hari ini aku ada niat promosi gitu, deh.
yang baca jangan lupa shere, yaa.
bnyk yg baca, aku semangat upp, makasih banyk
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...