🌠olla⚡

12 1 0
                                    

Note : typo tandain.

Sudah sekitar 3 hari setelah kejadian di mana Olla membutuhkan pertolongan sang Kakak. Kini gadis itu bersiap akan pergi ke sekolah.

Keputusannya tetap sama. Stuck pada kepercayaan dirinya, niat dan usahanya. Olla tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.

Flashback on

Canggung, itu yang mereka rasakan. Setelah Olla berprinsip tidak akan memerlukan bantuan sang Kakak, namun kejadian tadi membuatnya terpengarah.

Alana tampak membereskan kekacauan di meja sang Adik. Saat satu benda, lebih tepatnya tulisan membuatnya gagal fokus.

"Dek." Olla yang melamun kembali sadar dan menatap Alana tanda tanya.

"Siapa yang kamu bully?" tanya Alana kaget. Alana tahu, Olla bukan tipikal anak pembully. Jangankan membully, Olla saja termasuk remaja yang ansos. Bagaimana dengan tindas?

Olla meletakkan ponsel dan berdiri. Langkahnya terhenti tepat di samping paper bag yang dibawa Alana. Saat membuka, isinya bukan hanya kacamata, ada kontak lensa, dan korek api?

Apa hubungannya?

Alana berdecak saat tahu maksud dari Olla. Mengalihkan topik adalah hal yang sangat ia tidak sukai. "Sebaiknya jawab dulu pertanyaanku!" tegas Alana.

Olla mengidikan bahu acuh. "Kakak pasti berpikir aku mengalihkan topik, bukan?"

Alana hanya diam, ia sangat tahu betul sesuatu yang akan dilakukan Adiknya setelah ini. Paper bag yang ia bawa sudah kosong, semua isinya sudah berjejer rapi pada meja kecil yang atasnya masih ada laptop.

"Kenapa Kakak berpikir seperti itu?" Olla bertanya, namun matanya hanya menatap minat pada kacamata yang Alana bawa untuknya.

"Terlihat kamu mengali-

"Shut up! Bukan itu."

Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Alana paham. Ah!

"Blog¹? Siapa targetmu, Kak?" Awalnya Olla juga sama terkejut. Dari mana Kakaknya bisa tahu? Namun memang pada dasarnya otak miliknya sangat melampaui batas, ia paham.

Gadis itu ikut duduk di depan sang Adik. "Aku harap kamu paham."

Olla tertawa mendengar itu. "Tanpa Kakak berharap, aku sudah paham dengan bantuan otak cantikku ini," sombong Olla

Alana justru tertawa kencang. "Sudah besar rupanya adekku ini," ujar Alana tersenyum hangat.

"Yeah! Kakak harap semua berjalan hanya krikil saja. Butuh bantuan call Kakak," pesan Alana.

Flashback off

Sekolah terlihat sepi. Seperti biasa Olla datang awal dan pulang  akhir. Langkahnya perlahan berhenti, di depannya terlihat nyata ciptaan Tuhan yang sangat sempurna ini.

Apakah Tuhan saat menciptakaan dia dalam keadaan bahagia? Lihat saja, dari atas hingga bawah tidak ada yang cacat sedikit pun.

Rambut tertata rapi, wajahnya tampan rupawan, tidak ada jerawat satu pun di wajahnya. Bahkan, tubuhnya tegap berisi, otot tercetak jelas dengan seragam yang pas di badannya.

Cukup Olla! Dia memang sempurna!

Saat berpapasan gadis itu menahan nafas. Bagaimana tidak? Deg-degan parah! Wangi banget astaga!

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang