🌠olla⚡

10 1 0
                                    

Note: typo tandain

Olla berjalan pelan, sekolah sudah sepi. Ia menghela nafas saat merasa perutnya terasa keroncongan, rasanya ingin cepat-cepat pulang agar segera makan siang.

Kantin tadi terasa sangat ramai. Ia tidak mau ikut berdesakan, sebenarnya bukan itu alasan utamanya. Lebih tepatnya ia takut, takut jika El datang dan melakukan perundungan terhadap dirinya.

Sebenarnya ia tak perlu takut, Delon. Pemuda itu berjanji akan memastikan ia tidak akan dibully oleh gerombolan manusia sok suci. Cuma, seharian penuh ini ia sama sekali tidak bertemu dengan pemuda tersebut.

Ah, sial! Kenapa ia menjadi bergantung pada pemuda sialan itu? Yang tambah sialnya Olla merasa sedikit  rindu pada sosok manusia pemilik senyum tengil itu. Ingat, hanya sedikit.

Olla berniat mampir pada supermarket. Membeli satu jika tidak dua cup es cream sekalian. Pembayaran di kasir selesai, tapi saat ia akan beranjak meninggalkan supermarket, bagian gazebo depan ada sosok pemuda yang ia kenal.

Pemuda itu tambah merokok? Dan ada perempuan yang sialnya ia juga mengenal.

"Modelan kayak lo emang gue takut?" Samar-samar Olla mendengar itu. Apa yang takut?

"Lo emang gak takut, tapi jangan salah. Kita sama-sama pegang ka–

Greangggg

Sial, suara motor itu membuatnya tidak dapat mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Dengan sedikit waspada gadis itu mencoba mendekat, dan berusaha untuk menjadi orang lain sambil menikmati es cream, melupakan bahwa ia harus cepat pulang dan makan.

Sisa tawa yang Olla dengar, disambung dengan tuturan kata yang menurut Olla itu sangat sarkas.

"Asal lo tahu, di sini lo yang lebih butuh. Dan lo harusnya sadar diri, lakuin apa yang harus lo lakuin, gak usah nuntut hasil kalo lo sendiri belum berhasil."

"Awshhh." Sial, lengannya terasa panas, dan reflek cup es cream-nya jatuh. Isinya tumpah hingga mengenai sepatunya.

Putung rokok yang masih menyala melayang bebas hingga mengenai lengannya. Panas bercampur kaget.

Itu rokok Delon. Dan ketololan ini tidak sampai di sini saja, dengan reflek Olla malah memungut cup es cream bukannya malah kabur agar tidak ketahuan.

***

Putung rokok yang memang masih menyala sengaja Delon buang pada tempat sampah stenlis dekat seseorang yang menguping pembicaraanya.

Saat ia berbalik melihat siapa. Sosok gadis yang sangat ia kenali sedang memungut sendok es cream. Mendongak menatapnya dengan ekspresi terkejut dan gugup itu membuat Delon heran sekaligus gemas.

Olla berdiri dengan tergesa dan langsung melenggang pergi. Delon menatap itu sampai gadis itu hilang dari jangkauannya.

"Gak lo susul?" tanya El penasaran. Ia juga sedang menikmati es cream. Bedanya miliknya rasa coklat.

Delon menggeleng. "Gak."

El menyerit heran, lalu ia mengidikan bahu acuh. Merasa bodo amat apa yang dilakukan pemuda tersebut, sampai ia berpikir satu hal.

"Jangan bilang lo berusaha menjauh biar gak suka beneran!?" tuding El merasa tebakannya tidak akan meleset.

Delon berdecak malas, menatap remeh pada gadis di depannya. El sangat benci dengan tatapan ini. "Lo siapa berani introgasi gue? Suka atau gak sukanya gue, bukan urusan lo," tekan Delon menatap tajam ke arah El.

El menggeram emosi. "Kalo bukan urusan gue, oke. Lihat aja besok." Gadis itu beranjak dan pergi begitu saja. Meninggalkan cup es cream yang isinya tersisa sedikit.

***

Ceklek

Olla langsung terkejut. Kali pertama pemuda itu ke sini, ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Kali ini tidak, dengan kepercayaan yang tinggi Delon datang sambil membawa tas kresek berlogo biru.

Olla yang sedang membersihkan karpet berdecak. Tidak bisakah jika mengetuk pintu terlebih dahulu?

"Kalo gue ketuk, yang ada lo gak bukain." Seakan tau isi pikiran Olla, Delon menjawab sambil nyelonong masuk begitu saja. Olla berdecak sebal melihat ini, pemuda di depannya ini semena-mena saja.

Dengan santai duduk di atas karpet yang sudah bersih itu. Menyerahkan kantung yang ia bawa pada Olla. "Nih, es cream-nya tadi tumpah, kan. Sama ada cemilan lain."

Melempar tebah yang ia bawa dengan malas, lalu ikut duduk di samping Delon. "Cih, malu-malu tapi mau," ledek Delon saat melihat gelagat Olla menujukkan keinginan lebih.

"Diem, deh." Olla meraih kresek itu, dan mengambil es cream yang benar ada di situ. Tanpa memperdulikan pemuda itu, Olla melahap habis es cream coklat dengan tidak ada niat sedikit pun berbagi.

"Tadi lo sama El? Gue perhatiin kenal deket, ya?" tanya Olla sambil membersihkan cup bekasnya dan memasukkan pada kresek.

Delon menaikkan alisnya menatap Olla. "Cemburu, ya?" Olla berdecak dan memasang wajah seakan mengatakan, "Jangan kepedean lu!"

Delon tertawa dan mengusap noda es cream pada bibir Olla. "Udah makan siang belum? Masak gih, laper gue." Olla terdiam saat tangan Delon merembet mengusap pipinya hingga terakhir mengacak asal rambutnya.

"Cantik banget cantikku." Olla tersadar, ia merasakan panas pada seluruh wajahnya sampai pada telinga.

"Udah jangan bulshing, masak gih." Olla menghela nafas, lalu berdiri bersiap memasakan sang pacar

"Mau makan apa?" tanya Olla. Ia sebenarnya juga lapar, tadi belum sempat makan. Lagian Olla tipikal anak yang rapi, jadi jika melihat rumahnya berantakan bahkan kotor seperti tadi karpetnya banyak sekali debu maka tujuan awal menjadi terlupakan.

"Terserah, emang bisa masak semua?" ledek Delon. Ikut berdiri berniat membantu masak.

"Dih, belom tau aja. Btw, lu mendadak bangkrut apa gimana? Habis beliin gue es cream, ya? Santai aja ntar gue ganti," celetuk Olla sambil mengeluarkan bahan dari kulkas.

"Bangkrut?"

"Numpang makan," jawab Olla, mencuci beberapa sayur. Ia akan masak acak telor kesukaannya.

Delon menghampiri Olla yang sedang berdiri di depan wastafel, dengan jarak tidak ada 5cm di belakang Olla pemuda itu menjawab, "Nyamperin pacarnya emang gak boleh?" tanyanya pelan, sambil memperhatikan tangan Olla yang dengan lihai membersihkan sayur.

Gadis itu dapat merasakan kehadiran Delon di belakangnya, ucapannya membuat Olla tersedak air liurnya sendiri.

"Bukan minum, pelan aja. Baper gue tanggung jawab kok." Setelah mengatakan itu Delon maju lagi dan mengecup pipi Olla dari samping.

"Lucu banget kalo lagi salting."

***

Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!

Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!

No copas!

Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.

Love you!

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang