Note: typo tandain
Dua hari berlalu, dan selama itu Delon tidak menemui Olla sama sekali. Di sekolah ia juga tidak menghampiri di mana gadis itu berada.
Niat hati setelah pulang sekolah ia akan stay di rumah Olla. Tapi sepertinya rencananya sedikit meleset. Chat dari Papanya membuat ia membatalkan niat ini.
Papa
Online|| Papa ingin bicara.
Delon hanya membaca pesan tersebut. Tak perlu repot-repot pula, Papanya pasti tau ia akan datang. Hubungannya memang sudah lumayan berjalan dengan baik, tapi Delon tetap saja belum memberi ruang apa pun.
Papanya memberikan penawaran setelah menjelaskan kronologi yang entah Delon percaya atau tidak. Penawaran itu benar-benar menguntungkan untuk dirinya. Apalagi setelah tau, manusia yang bekerja sama dengannya sama sekali tidak bisa diandalkan.
"Ngelamun aja lo," sentak Grady saat melihat sahabatnya melamun duduk di bangkunya.
Kejadian Senin sore kemarin sudah mereka lupakan. Walau memang benar rasa kesal terus menjalar, tapi pemuda itu sudah minta maaf. Dan malam Selasa mereka melakukan bersama untuk mengganti hari lalu.
Delon tersadar. Ia mematikan ponselnya dan memasukkannya dalam saku celana. "Lo semua langsung pulang?" tanya Delon kepada ketiga sahabatnya.
Alka dan Regan kompak menggeleng. "Gue ke bandara, jemput nyokap sama bokap," jawab Regan. Memang, kemarin saat mereka bermain Regan sempat cerita bahwa kedua orang tuanya akan balik untuk beberapa hari di Jakarta.
"Gue, sih, gak nolak kalo soal oleh-oleh," kelakar Grady. Kelas sudah lumayan sepi, tinggal anak-anak yang piket saja. Sebenarnya hari ini dirinya juga piket, tapi bocah bandel seperti dirinya mana mau piket jika tidak ada guru.
Dua kembar itu kembali kompak memutar bola mata malas. "Banyak mau lo!" sungut Regan malas.
"Yee, makanan itu penting," jawab Grady tak mau kalah.
"Lha, lo mau ke mana?" tanya Alka saat melihat Delon menggunakan hodie-nya. Alka menyerit heran saat tersadar sesuatu yang mengganjal.
Dua hari ini Delon pergi ke sekolah menggunakan motor, tumben sekali. Apalagi sebagian yang sudah beradaptasi menjadi rutinitas Delon juga tidak dilaksanakan.
"Bokap chat, ke kantor," jawab Delon, meraih tasnya.
"Lo kemarin gak ngapel, hari ini juga gak ngapel. Tumben?" tanya Alka penasaran. Perlu diingat, bahwa mereka sama sekali belum mengetahui motiv Delon berpacaran dengan gadis si target bully.
Mereka juga tidak ada menagih, pasca kejadian di rumah si kembar, Alka sudah tampak begitu malas dengan urusan Delon yang menyangkut gadis itu. Bahkan Grady dan Regan sekalipun ia larang untuk bertanya.
Tapi untuk saat ini, ia malah bertanya. Ah, dia baru berpikir bahwa apa pun pertanyaan yang menyangkut gadis itu pasti pemuda ini selalu dengan berbagai cara mengalihkan topik. Menghindar dan menghindar.
Namun ini berbeda. Delon tampak tersenyum menanggapi pertanyaan Alka. "Merhatiin gue banget, ya?" ledeknya, kembali duduk pada bangkunya.
Grady dan Regan saling tatap. "Kita temen kalik, yakali kami gak tau pergerakan lo yang bahkan jelas kelihatan di depan mata kami," jawab Grady begitu saja.
Delon tertawa mendengar itu. "Bener juga, ya? Tapi em..., Gak gue cuma lagi nyesuaiin sama aktivitas gue yang dulu sama yang sekarang aja," jelas Delon. Ia melihat arlojinya, sepertinya untuk ke kantor Papa ia sedikit telat.
Alka mengangguk, menarik kesimpulan yang ada pada kepalanya dan berkata, "Yeah, cuma beberapa hari ini dari Senin juga kita semua tau, gak ada tindak bullying lagi. Padahal juga lo gak di samping cewek itu. Mungkin emang bukan dia yang bermasalah, lo-nya aja yang pegang kendali." Delon menaikkan sebelah alisnya mencerna ucapan Alka.
"Gue gak bilang pacaran sama Olla buat lindungi dia," ujar Delon menyambung ke mana arah pembicaraan mereka.
"Gue juga gak bilang gitu. Lagian lo, kan, belom kasih tau ke kami apa-apa soal alasan kenapa lo pacaran sama tuh cewek. Yaa terserah lo mau ngomong apa, sih. Tapi asal lo tau, Lon. Gue gak bakal tinggal diam."
Delon berdiri, mendekat ke arah Alka. Menatap tak terima sahabatnya yang dengan santai ikut juga berdiri. "Gue sama yang lain gak mau lo terlibat apa-apa, Lon. Tindak kriminal itu bukan hal sepele, inget kami semua peduli sama lo," tekan Alka saat tau Delon akan meluncurkan sebuah kata-kata. Entah makian atau bahkan protes sekali pun.
Grady dan Regan mengangguk setuju dengan ucapan Alka. "Semoga lo gak aneh-aneh aja," ucap Regan lalu merangkul Delon. Mengajak mereka semua keluar kelas dan beriringan menuju parkiran.
Saat itu, di mana Delon tidak datang pada acara tongkrongan mereka. Alka, Grady dan Regan sedang membahas dan menerka apa yang sedang dilakukan Delon beberapa hari setelah dan sebelumnya.
Mereka memiliki opini. Alka yang menganalogikan, Grady yang langsung menebak asal walau tetap saja mereka cerna ulang, sampai Regan yang memberikan petuah dan memberikan mereka kilas balik sampai menemukan titik terang.
Ini semua mereka lakukan agar tidak ada yang terjadi hal yang tidak mereka inginkan yang menimpa salah satu dari apa yang disebut "kita".
***
Yey lama update. LAGI SIBUK BANGT ARKH!MAS GAMAKU JAHAT BANGT OMAGA, MAU UNCRUSH AHHH! BYEE SAYANG
Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!
Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!
No copas!
Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.
Love you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...