Note: typo tandain
Satu bulan ini terasa berbeda bagi Olla. Terbiasa sendiri, namun beberapa kejadian membuatnya sadar, semua itu tidak akan terulang kembali.
Karna sebuah perjanjian konyol dan membuahkan hasil, dirinya menjadi semakin dekat dengan pemuda tersebut. Terasa aneh hingga sekarang, namun Olla nyaman.
Sudah lama juga Kakaknya tidak datang menemui dirinya. Padahal kali pertama mereka ketemu sang Kakak berkata jika ia membutuhkan bantuan disuruh calling. Padahal jelas sekali Olla akan sangat gengsi melakukan hal tersebut.
Namun, bukannya marah karena tidak dikunjungi, Olla malah lebih suka seperti ini. Walau kadang rasa khawatir menyelimuti.
"Cantik, coba itu taruh sini." Lamunan Olla buyar saat sebuah suara mengintrupsinya.
Delon, pemuda tersebut kini menatap wajahnya aneh. "Kenapa?" tanya Delon penasaran. Dari tadi ia perhatikan gadis itu melamun terus-menerus.
Olla gelagapan dan berkata, "Ha? Gak pa-pa. Aman." Delon menatap curiga pada gadis di depannya, lalu mengangguk saja.
"Ya udah ayo," ajak Delon dan meraih tangan Olla untuk ia gandeng agar tidak pergi ke mana-mana.
"Mau beli apa?" tanya Delon memperhatikan sekitar. Malam ini mereka berada di mall pusat kota. Tujuan awal sebenernya hanya membeli kebutuhan bulanan Olla, namun pada dasarnya Delon suka mampir, jadi mereka sampai pada sini.
Olla menggeleng tak minat. "Pulang aja, ngantuk gue," katanya sambil menguap kecil, menunjukkan bahwa ia benar-benar mengantuk.
"Oke. Gue ajak bentar aja, ya." Sebenarnya Olla tidak mau, namun ia juga tak enak jika menolak. Tadi saja dirinya sudah ditemani berbelanja bulanan, walau memang bukan keinginannya, tapi tetap saja.
Arah mereka terhenti pada sebuah gerai yang menjual berbagai aksesoris wanita. Olla dibuat bingung, mungkin kah pemuda tersebut berniat membelikan hadiah untuk pacarnya?
Olla hanya bisa menebak and wait-pacarnya? Dia dong? Atau bukan? Dirinya, kan, cuma pacar pura-pura. Hish
"Ngapain ke sini?" tanya Olla dengan nada malas. Delon tersenyum lalu berkata
"Cari hal yang menarik, biar gak stuck di lo terus." Walau begitu, Delon memberi senyuman yang ramah.
Olla tercengang mendengar itu, apa maksudnya? Ada apa dengan dirinya sampai-sampai pemuda tersebut stay padanya.
Dua sejoli tersebut masuk beriringan dengan tangan saling mengandeng. Tidak tahu kenapa, mereka berdua justru saling nyaman. Genggaman tangan Delon dan Olla terasa pas di masing-masing ukuran.
"Lo gak suka kalung, ya?" tanya Delon. Ia menatap tertarik kalung titanium di depannya.
Olla menggeleng. "Suka aja, sih. Tergantung modelnya aja," jawab Olla apa adanya. Perempuan mana yang tidak suka benda melingkar di leher tersebut?
Delon tersenyum puas mendengar jawaban gadis itu. Tangan kanannya mengambil kalung dengan liontin warna biru. "Ini cocok."
Beralih pada sebuah gantungan kunci dan jenis pernak-pernik gantungan lainnya. Dengan peka, Delon mengambil gantungan ponsel bentuk yang sangat lucu bagi Olla dan berwarna biru.
"Tau banget dia selera gue," batin Olla dalam hati, menatap kagum pada pemuda tersebut.
Akhirnya, semua belanjaa dipenuhi oleh milik Olla. Sebenanya yang dari gerai tersebut Delon yang membeli, namun pemuda tersebut mengatakan ini untuk Olla. Karena gadis itu memang suka, pada akhirnya juga menerima.
"Thanks, ya. Lo kok tau selera gue, sih?" tanya Olla penasaran, menatap Delon yang menatapnya juga.
"Yoi sama-sama. Bahkan, orang yang baru kenal lo pun tau kalo lo suka warna biru." Jawaban apa adanya dari Delon membuat Olla sadar.
Benar juga, semua barang miliknya mayoritas berwarna biru, dari; tas, casing ponsel, kotak pensil dan bahkan jaket yang ia sering gunakan jika ingin saat di sekolah. Pokok perintilan miliknya memang berwarna biru.
"Kalo mau ke laut ajak, ya." Setelah mengatakan itu, Delon membukakan pintu mobil untuk Olla. Mempersilahkan gadis itu untuk masuk.
Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, suasana mobil hanya diisi oleh suara radio yang bervolume kecil.
Delon menatap Olla sekilas. Gadis itu sedang membuka sebuah aplikasi bank yang berada di ponselnya. Wajahnya terlihat gelisah.
Tanpa sadar Olla berdecak kesal, dan ia tak sadar juga jika pemuda tersebut memperhatikannya sesekali.
Kebutuhannya semakin banyak, dan uangnya sudah jelas mepet. Akhir-akhir ini tidak tahu kenapa ada aja problem yang selalu ia alami. Dalam hal pekerjaan sekalipun.
Gadis itu tidak bisa tinggal diam. Jika begini terus, ia akan mati kelaparan. Uang adalah segalanya, dan saat ini uang itu yang ia cari untuk keseluruhannya.
"Sisa segini, Minggu depan udah habis pasti." Olla kembali berdecak tak suka, ia harus cepat-cepat cari jalan keluar. Ia juga sedikit menyesali karena berbelanja terlalu banyak tadi, sampai pada akhirnya uang yang ia miliki tertelan habis.
Delon tersenyum. Tangan itu terangkat dan mengelus puncak kepala Olla. "Ada apa?" tanyanya peduli.
"Hah? Oh!? Gak pa-pa." Karena terlalu lama larut dalam dunianya ia sampai tidak sadar jika sekarang sedang berada di mobil pemuda itu.
Delon mengangguk seadanya dan kembali fokus menyetir dengan suasana hati yang bahagia.
***
Oll_dzi
451 suka
Oll_dzi Thank you for everything💙
Lihat semua 34 komentarKalungnya💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...