note: typo tandain
"Awsh" ringis Olla saat sebuah kapas yang dingin menempel sempurna ke lukanya, kali ini lukanya tidak seperti biasa, sedikit lebih parah tepatnya
Olla membuang kapas ke sembarang arah, dia kesal, sangat kesal
kenapa?Tidak perlu ditanya, tentu karena hal tadi, kajadian 1 jam yang lalu, di mana ia bisa mendapatkan luka ini
*1 jam yang lalu
Olla ingin rasanya memekik dengan kencang saking kagetnya, saat berjalan pelan menuju ke arah kelasnya, tiba-tiba tasnya ditarik dari arah belakang, dan membuatnya hampir terjungkal, untungnya mulut Olla tak latah, jika latah, buehhhh tau sendiri nanti jadinya seperti apa
Olla ditarik menuju ke arah bawah tangga, Olla berdecak dalam hati cape lama-lama meladeni mereka
Delbar dengan tidak punya hati mendorong tubuh olla hingga tersungkur, senyum manisnya tersemat pada wajahnya
"Buang senyum mu itu, Delbar" tegur El, karna ia tidak suka, ada orang yang tersenyum kemenangan di hadapanya, dan senyum seperti itu adalah ciri khasnya, dia tidak suka dicoppy
Delbar melunturkan senyumnya, namun begitu ia akan tetap senyum dalam hati
Olla berdiri, membersihkan sedikit debu yang menempel di rok sekolahnya, menaikan sebelah alisnya untuk apa tujuan mereka sekarang
El menggeram marah saat masih saja melihat ekpresi santai Olla. Tidak ada takut-takutnya, dan bukan hanya itu, ia juga kesal akan perilaku Olla saat ini, pede sekali dia menaikan sebelah alis seolah dia yang berada di pihak banyak pihak saja, pikir El
Tidak sopan!
plakk
El menampar pipi kanan Olla, ia tidak suka wajah Olla! Olla meringis pelan, tangannya memegang erat tali selempangnya
Capella terkekeh "Gue tambahin," ujarnya, lalu disusul suara tamparan, dan terkena tepat di sisi kanan lagi
Delbar tak mau kalah, ia maju selangkah lalu melayangkan tendangan ringan namun menyakitkan pada perut Olla
Olla membungkuk, reaksi Olla sama saja, tidak ada sama sekali keluar kata-kata minta ingin berhenti, memohon.
"Apa yang lo pikirin saat ini?" tanya El, menarik rambut belakang Olla agar menatap ke arahnya
Olla diam "Jawab bodoh" umpat El
"Kuis" jawab Olla apa adanya, karna memang nyata, fakta bahwa Olla memikirkan kuis Fisika. Ia baru ingat hari ini ada kuis, and semoga nanti dia tidak terkena tindas lagi biar bisa ikut kuis.
Delbar dan Pella saling pandang, ngelawak?
"Lawak lo" sahut Pella ngegas, enggak ngegas juga sampe blong, ngegas biasa kok aman.
"Orang beneran, kok." jawab Olla, sesekali bibirnya meringis ngilu saat El semakin menambah kuat menarik rambutnya
"Kelamaan, El." Delbar melepas tangan El yang berada pada rambut Olla, dengan sekali pukulan, Olla kembali tersungkur
Delbar tersenyum senang "Letoy!" ujarnya, dengan memasang raut jijik
Olla menghela nafas, berusaha berdiri "Apa?" tanya El saat Olla ingin beranjak pergi
"Mudah banget mau pergi nyai, sini dulu dong, bikin kita puas," Pella mengelus pipi Olla, namun setelahnya ia melayangkan sebuah tamparan
Plakk
"Ouhhh" takjub El, raut wajah El seperti anak kecil yang habis dibelikan sebuah coklat.
"Satu lagi dong, biar enggk nangung" usul El antusias
Delbar menganguk setuju, Pella dengan sangat senang hati tentunya menuruti "Angkat wajah lo bodoh" tegurnya pada Olla yang menunduk, bukan takut, ia sedang mengamati sepatunya yang kotor akibat terkena kotoran debu di lantai tadi
Olla mengangkat wajahnya menatap mereka satu persatu
"Satu lagi"
Plakk
Olla memejamkan matanya, merasakan sensasi panas perih pada pipinya, ia duga pasti pipinya memerah, ditambah rasa asin pada sudut bibirnya
"So, have fun" El menoel hidung Olla, lalu melengang pergi disusul oleh Delbar dan Pella
Setelah kepergian mereka, Olla terkekeh masam "Apa si salah gue?" tanyanya pada diri sendiri
Olla tersadar dari lamunannya, saat pintu UKS terbuka. Huh, dia masih saja terbayang-bayang pembullyan tadi pagi.
Tidak ingin tau siapa yang masuk, lebih baik Olla istirahat saja, tidur bukan ide yang buruk, mood belajarnya sudah hancur
dari pada di kelas tidak konsentrasi dan justru terkena hukuman, lebih baik ya tidur di UKSSuara korden terbuka, Olla tidak menghiraukan itu. Namun, ia sadar ia sedang diperhatikan?
Olla semakin risih, ia rasa orangnya tidak pergi, dengan amat sangat terpaksa ia membuka mata, pandanganya bertemu oleh bola mata coklat terang
Olla terkejut, tentu.
Buat apa dia kesini, memperhatikanya pula! Olla tak akan repot, repot bertanya "Apa" maupun "Kenapa" ya, walaupun ia juga kepo apa urusanya, tapi ogah lah bro
Delon berjalan mendekat, iya Delon tau Delon ga? oh kalo enggak tau, kenalin dia pacarnya Megan.
Olla memperhatikan, tidak jelas, pikir Olla
"Lo kenapa?" tanya Delon, berada di samping brankar Olla
Olla naikin sebelah alisnya bingung, kalo naikin meja kelamaan and kejahuan mejanya, mana berat pula Olla mana sudi mwehehe
btw apa urusanya?
"Malah diem ditanya" ujar Delon, sambil menarik kursi di belakangnya agar mendekat, duduk dengan anteng
Olla yang sadar dari keterdiaman dalam kebingungan menjawab "Menurut lo?" tanya balik Olla dengan suara pelan
"Dibully sama El?" sudah tau nanya; pikir Olla
Namun, Olla tetap mengangguk walaupun samar
"Ok, musti lo bertanya-tanya apa tujuan gue dateng kesini samperin lo" Delon menarik nafas lalu membuangnya dengan pelan
"Enggk juga" jawab Olla bohong, ya tentu dengan suara pelan, dia tidak suka berbicara dengan terlalu keras, jika memang bukan saatnya
Delon berdecak dibuatnya "Terserah lo peduli atau enggak tapi gue dateng kesini mau ngasi penawaran"
penawaran?
***
kiww up juga,ehehe setelah sekian lama,haduehh sebenernya ada stok bab,tapi belom direvisi,and aku juga lagi sibuk ama rl😭 nge stalk mas crush mwehehe enga canda kok,soalnya ini kan sekolah udah mulai masuk,mana udah fullday pula 😑 kan membagongkan,tapi gapapa harus tetap semagat ya walapun hanya pencitraan,mweheheh enga canda kok
btw makasi ya
buat?
ya buat apa aja gitu,pokoknya makasi,kalo mau di kasi emot love kasi dulu martabak,entar ku kasi,mweheheh enga candavotemen jangan lupa
krisar mangga
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...