Note:typo tandai
Olla membuka pelan pintu rumahnya, dia berjalan masuk dengan tertatih, sebelum benar-benar masuk ia sudah memastikan kalau pintu terkunci kembali.
Berjalan ke arah meja berukuran sedang untuk menaruh tasnya, mengehela nafas karena rasa sakit yang terus ia rasakan di sekujur tubuhnya.
Membuka lemari yang tidak jauh dari jangkauannya, ia mengambil tangtop hitam dan celana training 4 jengkal dari pusar, berwarna hitam miliknya.
Berjalan ke arah kamar mandi, untuk mandi tentunya, walau sedikit susah namun kebersihan diri itu penting
Setelah selesai mandi, bibir itu sesekali meringis saat tubuhnya bergerak, Olla di sini tinggal sendiri, gadis yang kabur dari rumah, karna sifat posesive keluarganya yang selalu mengekang agar Olla tidak keluar rumah dan kegiatan lainnya.
Olla muak! Tentu.
Disaat Olla memiliki kesempatan, di situ lah, dia berusaha kabur dan akhirnya berhasil, keluarganya di Bandung, dan sekarang dia di Jakarta, sudah kurang lebih 4 tahun Olla kabur selama ini
Olla tau keluarganya selalu mencarinya, namun Olla tak bodoh. Sebelum ia benar-benar kabur, ia memiliki bekal ilmu yang sangat berguna baginya saat ini, bekal ilmu dalam IT dan berbagai jenis lainnya, seperti pencak silat untuk melindungi diri, IT agar keluarganya tak mudah melacak keberadaannya, memasak tentu untuk makan sehari-harinya, dan tentu ia membawa sejumlah uang yang cukup untuk hidupnya selama ini.
"Argh sakitt" rintih Olla saat kapas yang menyatu dengan akohol menyentuh luka di tulang keringnya, ini sungguh sakit!
Meniup pelan luka di kakinya, tangannya tentu ikut mengobati lengannya "Shh"
Olla tentu sudah sering dibully, tentu dia sangat bullyable bagi orang yang menatapnya dengan mata tertutup, oh tentu dengan mata tertutup.
Olla ini bukan nerd, Olla ini cantik, bahkan wajahnya di atas rata-rata, sebenarnya Olla sempat bingung kenapa dia dibully, tapi pertanyaan itu hanya terlewat saja, karna Olla ingat, di Jakarta ini dia bukan siapa-siapa, dia hanya salah satu sampah masyarakat. Sering ditidas bukan hal baru baginya, karna dari dia SMP kejadian ini sudah seperti nasi sayur untuknya.
Olla tak melawan? Padahal dia bisa bela diri dan tentu melindungin diri sendiri, namun itu jika di pemikiran kalian, ini Olla, dia terlalu malas jika melawan, dulu dia sudah mencoba, namun selama ada uang, semua kesalahan mereka menghilang.
Jadi dengan itu, Olla menerima, karna ini sudah bagian dari hidupnya, menjadi mainan Eldora Brigth
"Keadilan? apa itu?" Olla bermonolog, tiba-tiba saja kalimat tadi terpikirkan oleh otaknya.
Meraih tasnya
mengeluarkan ponselnyaa, mambuka kakek terpintarnyaApa yang di maksud dengan adil?
Olla typing seperti itu di kolom pencarian
"Di depan hukum? Cih, orang bawah selalu kalah jika dengan adanya uang." Olla melempar ponselnya ke arah sofa"Uang," Olla menatap langit-langit rumahnya, tersenyum manis walau itu sedikit susah karna beberapa luka di wajahnya
Setelah bergelud dengan pikiranya, Olla memejamkan matanya, ia sudah lelah, biarkan dia istirahat sebentar, pura-pura bahagia juga butuh tenaga.
***
"Hei boy" okay, yang merasa dirinya lelaki pasti menoleh. Namun, tidak berlaku bagi Delon, ia sudah mengenali suara itu, jadi tidak penting baginya untuk menoleh, terserah kalian mau bilang dia lelaki ataupun tidak.
"Hey, Papa memangilmu, apakah kau tidak merasa menjadi seorang lelaki?" sang Papa bertanya
Okay, kita panggil saja Sanjaya Bramastia, papanya Raven Bramastia Ardelon, dan panggil dia Delon.
Delon menoleh dengan malas "Ada apa?" bertanya yang ia luncurkan, posisinya saat ini mereka berhadapan.
"Oh, ayo lah, jangan seperti ini, kamu ini anak papa satu-satunya, lho."
Delon memutar bola matanya malas "Mau diduain pun enggak masalah,"
Sang Papa menghela nafas "Terserahmu saja, Papa cuma mau menyampaikan, malam ini Papa ada acara di Kolega Papa, mereka mengundang Papa dan juga dengan keluarga, Papa harap kamu bisa ikut serta."
Delon mengeleng "Nggak ada gunanya" setelah mengatakan itu, ia berbalik lalu melanjutkan jalan menuju ke arah kamar.
"Delon, kali ini saja ikut, lah, Papa tidak enak jika menolaknya."
"Tak perlu menolak, Papa datang saja sendiri" Delon menjawab namun tanpa menghentikan langkahnya
Sanjaya berjalan menyusul sang anak "Terserahmu saja Delon, Papa harap kamu mau ikut, jika tidak-
"Apa?" Delon memotong ucapan sang Papa
"Papa pindahin sekolah kamu"
"Tidak usah sok mengatur."
"Terserahmu saja Delon, turuti kemauan Papa, jika hal yang tidak kamu inginkan terjadi" Sanjaya putar balik, meninggalakn sang anak yang berdecak kesal.
Membanting tubuhnya pada kasur dengan kasar, ia masi menggunakan seragam sekolahnya, tentu saja tadi ia baru pulang
"Hish, apaan, sih!" gerutu Delon, ia kesal dengan pikirannya saat ini.
"Diam lah otak, jika tidak mau kau ku pecahkan" Delon mengambil bantal, menutup wajahnya
"Sial, mandi saja lebih baik" ia beranjak menuju ke arah kamar mandi, badannya juga lumayan lengket karna keringat.
***
Hum, kira-kira apa, ya?
hayo, apa yg dipikirkan oleh Delon? jangan-jangan aku lagi😳😍Gimana nihh?
apa apa?
krisar dongggthank you💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...