Note: typo tandain
Sebaik-baiknya manusia, pasti ada sisi jahatnya. Sejahat-jahatnya manusia pula, pasti ada sisi baiknya.
Rasa percaya yang ia berikan dari 2 tahun belakangan ini sepertinya sia-sia. Terasa percuma, namun bisa apa?
Menuntut pun sama saja. Ia siapa?
"El, lo ada masalah?" tanya Delbar menghancurkan lamunan El.
Gadis itu menggeleng tanda tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Capella mengambil satu stick kentang dan memakannya sambil memperhatikan El curiga.
"Lo lagi bohong, sih. And btw, kalo lo lupa, ada kami di sini. Lo cerita silahkan, enggak juga silahkan, tapi usahakan cerita. Kami bakal bantu sesuai sama apa yang kami bisa," sahut Pella bijak.
Delbar mengangguk tanda setuju. El menghela nafas, untung ia masih memiliki teman yang semoga benar bisa dibilang teman.
"Ceilah, jangan galau juga kalik. Gue ngomong gitu tadi beneran, dan anti bercandaan." El menatap tak suka ke arah Pella.
Baru saja ia ingin main haru-haruan, sudah dirusak.
"Halah, daripada mikirin masalah yang gak ada kelarnya mending kita main DOD," ajak Delbar menantang. Ia bosan, alangkah baiknya keputusan bermain tepat.
"Dare or dare."
"I see, you know what this? Gue selalu tertantang sama mainan ini." Dengan gaya angkuhnya, Pella menjawab.
El tampak menimbang usulan ini. Ia menatap suasana cafe yang ia tempati cukup ramai. Strategis namun berbahaya.
Dengan banyaknya orang di tempat ia bermain, semakin anti ekstrim tantangan yang diberikan.
"Jangan bilang lo takut?" tuding Pella penuh selidik.
"Dih, mata lo. Kagak!" El menegakkan tubuhnya dan bersiap akan ikut bermain.
Botol sudah tersedia dengan isi air setengah pada botol. Tadi dengan keberanian Delbar meminta botol kaca pada meja samping yang membawa minuman dengan wadah botol kaca.
Botol berputar sesuai pada porosnya. Pelan, hingga botol berhenti di depan Pella.
Senyum gadis itu langsung mengembang sempurna. Ini yang ia tunggu, percobaan mental yang benar-benar menyebalkan, namun juga menyenangkan.
Sedangkan El dan Delbar sama senyum merekahnya dengan Pella.
Tatapan mata El dan Delbar sudah mencurigakan, Pella merasakan perasaan yang tidak enak, ia berdoa semoga dare untuknya tidak seburik itu.
"Lo lihat cowok di sana?" tanya Delbar sambil menunjuk cowok arah jarum jam 9.
Pella mengangguk, ia melihat. "Okeh, lo samperin dia-
"Oke."
"Belom selese anjing!" umpat Delbar kesal saat temannya memotong pembicaraanya.
Pella memutar bola mata malas. "Ya udah lanjut," titahnya.
"Lo ajak dia ke club nanti malam, gimana?"
Pella menyeritkan dahi bingung, dare menyebalkan. Apa ini? Huh! Okelah, ia akan melakukannya.
Dengan kepercayaan diri penuh, dan penampilan yang menurutnya sudah rapi ia menghampiri pemuda tersebut.
"Sorry ganggu," ucap Pella dan langsung duduk di depan pemuda tersebut.
Dia mendongak dan menatap Pella aneh, siapa dia? Sebenarnya ia ingin bertanya, namun melihat gelak tawa dari meja sebrang dan memperhatikan gerak-gerik gadis di depannya, ia urungkan. Sepertinya ia tau apa yang mereka lalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...