🌠olla⚡

13 1 0
                                    

Note: typo tandain

"AAAAAA"

"MASUK WOIII!"

"HUUUUU"

Suara riuh para penonton menambah kesan keseruan dan menegangkan pertandingan ini. Pertandingan basket antar kelas sudah dimulai sendari tadi.

Murid yang awalnya bukan eskul basket ikut serta bertanding untuk mewakili kelas mereka masing-masing. Pertandingan ini tidak resmi, hanya dilakukan rutin setiap semesternya untuk menambah kesan pada angkatan mereka.

Jika menang hadiahnya kelas tersebut mendapat makan gratis di kantin selama seminggu berturut-turut. Nah, yang kalah ini bagian yang bayar.

Total kelas setiap jurusan ada 6. IPS ada 6 dan IPA ada 6. Total keseluruhan dalam satu angkatan ada 12 kelas di angkatan 12 pula. Juara yang diambil tidak ada juara berurut. Hanya satu juara saja, dan itu berhak dimenangkan oleh kelas mana pun.

Pertandingan ini juga sudah mendapat izin oleh Kepala Sekolah. Sebenarnya acara ini sudah sering terjadi di angkatan terakhir dengan Kakak kelas yang sudah lulus. Sudah menjadi agenda, namun entah kenapa acara ini tidak diresmikan saja.

Para Osis sempat mengajukan proposal agar kegiatan ini resmi dan bisa menambah semangat para murid untuk menang. Tapi, Kepala Sekolah selalu menolak dengan alasan.

Jika kegiatan ini diresmikan dengan hadiah pemenang yang fantastis maka setiap kelas akan menciptakan persaingan. Maka, dengan hadiah itu, kekalahan akan mereka jadikan sebuah acuan bahwa mereka gagal. Sering terjadi rupanya di setiap pertandingan.

Dengan penolakan itu, para Osis mau tak mau membenarkan alasan yang masuk akal tersebut. Lagi pula, pertandingan yang sering tercipta menyerukan, walau hadiahnya cuma makan gratis, padahal 98% murid di sini berasal dari keluarga berada.

Tapi dengan ini, mereka diajarkan bagaimana itu proses, usaha dan menikmati hasil dari sebuah rangkaian yang semestinya. Memenangkan pertandingan ini adalah sebuah kebanggan.

Pertandingan yang akan dimainkan juga saling dirunding, dan semester ini jatuh pada basket.

Itu semua bentuk yang bisa dinilai dari luar oleh orang yang tidak tahu. Kegiatan ini adalah hal yang sangat Olla benci. Sangat.

Mereka mengadakan ini seolah-olah membangun solidaritas, nyatanya semua itu hanya sampah. Kecurangan dalam hal apa pun selalu terjadi di setiap harinya, apakah itu sudah menggambarkan bahwa mereka sudah sprotif?

Sportif bukan hanya untuk sebuah hal pertandingan. Manusia hidup dalam hal yang berkesinambungan, berhubungan dan saling membutuhkan. Bukan hal perundungan. Sial, mengingat itu ingin rasanya Olla membubarkan kegiatan sampah ini.

Andai saja kantung kemihnya berkompromi, sehingga ia tak perlu ke toilet di saat suasana seperti ini. Mungkin setelah dari toilet maka ia akan ke UKS. Sudah berjalan lebih dari satu bulan ia tidak berkunjung ke UKS dengan luka-luka yang berada pada tubuh. Perlahan, ia mulai terbiasa dengan keadaan yang mulai aman.

Cermin berada di depannya. Dengan gesit Olla mencuci tangannya setelah keluar dari bilik toilet. Namun, tatapannya beradu oleh dua bola mata yang menatapnya tajam.

Eldora. Gadis itu tersenyum licik di depan Olla. Mereka saling tatap lewat sebuah cermin yang mampu menangkap setengah gambar tubuh mereka.

Apa yang dia inginkan? Terbesit rasa takut pada diri Olla. Bagaimana pun itu, walau ia selalu bersikap santai saat dibully tapi tetap saja, Eldora selalu berada di atasnya.

Tidak ada percakapan, dengan menarik nafas pelan Olla menyudahi tatapan dan siap beranjak pergi. Namun, sebuah suara lembut membuat langkahnya berhenti.

"Mau ke mana?" Olla mendengus, apakah setelah ini perundungan terjadi, walau di luar sana terjadi sebuah kegiatan solidaritas sampah?

Rasanya toilet ini memang benar sepi. Semua siswa kebanyakan melihat pertandingan di luar sana. Jika seperti ini apakah Delon akan datang sedangkan di sana pemuda itu bersiap akan bertanding?

Sial, lalu kenapa dirinya berharap jika pemuda itu datang menyelamatkannya? Tapi jika ia mengatakan tidak, itu munafik. Hadirnya Delon berpengaruh besar pada hal menjijikan ini.

Oke, bentar? Sepertinya dengan pemikiran Olla tersebut, ia jadi menemukan titik terang. Berbalik dan menatap Eldora yang tetap setia mempertahankan senyumnnya.

Mengidikan bahu seolah marasa hal yang baru saja dipertanyakan adalah persoalan yang sulit. "Gak mau nonton pacar lo main?" tanya Eldora seolah menjadi topik utama dalam pembicaraan.

Tidak, Olla rasa ia tak perlu menonton hal seperti itu. Dan Olla kembali mengingat, di sini hanya ada dirinya dan Eldora. Kedua dayang Eldora seolah menghilang, jadi apakah perundungan terjadi?

Eldora mendekat saat pertanyaanya tidak mendapat jawaban. "Gue kangen sama rambut lo, deh." Tangannya naik seolah aba-aba akan menyentuh rambut Olla yang tergerai. Dengan gesit gadis itu mundur dan mendengus kasar.

"Mati lo!" Setelah mengatakan itu Olla langsung beranjak pergi tanpa memperdulikan Eldora yang dengan tiba-tiba menggeram marah dengan suara nafas yang dapat didengar begitu jelas.

Tak bisa dipungkiri bahwa jantung Olla berdetak dengan cepat, rasa gugup dan waswas menjadi satu. Dengan langkah cepat Olla berusaha agar cepat sampai di UKS. Tapi, sepertinya keberuntungan tidak berpihak padanya, saat sebuah bahu ia tabrak. Ia yang menabrak, ia pula yang terjungkal.

"Awsh," ringis Olla, merasakan pantatnya dengan legowo mencium lantai koridor yang dingin.

Mendongak saat sebuah tangan terulur di depannya. Bukannya meraih, Olla berdiri sendiri dan mengabaikan tangan yang mulai kembali masuk ke dalam saku celananya.

"Sorry," ucap Alka, walau ia merasa ini bukan kecerobohannya.

Olla melirik ke belakang dan kembali menatap ke arah pemuda di depannya. "Gue yang salah, sorry." Olla beranjak langsung pergi berlalu. Jangan sampai Eldora menyusulnya dan Alka masih berada di sini.

Pemuda itu, yang Olla tau. Sama berbahayanya dengan ketiga rekannya.

***

Halow, g kerasa jalan aja. Besok umurku nambah, uwu. Happy birthday to me😍

Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!

Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!

No copas!

Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.

Love you!

Queen?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang