note: typo tandain
Sudah sendari tadi Delon menengok kesana-kemari.
Namun, orang yang ia tunggu belum juga datang, kemana, sih!?Janjian katanya tepat pukul 8 malam, ini bahkan sudah setengah 9 lebih, cih tidak tepat waktu.
Suasana cafe yang ditempati Delon juga sudah lumayan sepi, tapi masi juga ada beberapa remaja, remaja berkeliaran untuk sekedar menongkrong."Ni anak sengaja apa gimana, sih!?" Delon terus saja mengedarkan padangannya "Awas aja kalau udah sampai,"
Dari arah pintu masuk, Delon bisa melihat seorang gadis yang berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya "Sory, telat."
Ia duduk di sebrang Delon "Udah jam segini, njir!" Delon ingin mengeluarkan uneg-unegnya, namun saat melihat gadis di depannya mengangkat tangan kode untuk dia berhenti berbicara
Tampak, dia sedang tarik nafas, dan menghembuskanya dengan perlahan "Sory, gue ketiduran tadi setelah balas chat lo." Delon mendengus mendengar itu.
"Udah tau saat gue chat lo, itu jamnya hampir kena ke 8, napa malah tidur, sih?"
El menghela nafas "Namanya juga ketiduran, berarti tidak disengaja!" El menatap sinis Delon.
Delon berdehem, okay maafkan saja biar semua juga cepat selesai, 'kan?
"Jadi?" El menaikan sebelah alisnya saat mendapatkan pertanyaan super membingungkan dari Delon
Delon berdecak saat sadar gadis di depannya tidak paham kemana arah pembicaraan "Gimana hasilnya?" El mengangguk paham
"Seperti yang lo lihat, gak ada kemajuan. Dia tetap keukeuh sama ego sendiri," El mulai menceritakan berbagai kejadian yang ia alami
"Sebenarnya tujuan lo itu apa, sih?" El bertanya, selama ini saat dirinya dan Delon menjadi patner, yang hanya diketahui tujuan dirinya, sedangkan Delon? boro-boro, setiap ditanya pasti akan menjawab
"Intinya, 'kan, lo di sini dapat keuntungan lebih, apa yang susah?"
Ya, kurang lebih seperti itu, dan itu tentu membuat El kesal sendiri, lain halnya dengan keuntungan yang El peroleh, makanya itu ia akan tetap menjalankan misi walau tanpa tau tujuan yang pasti dari patnernya-Delon
Delon berdehem sebentar "Akan lebih baik diam, intinya, 'kan, lo di sini dapat keuntungan lebih, ap-
"Hasrahwhwh, iya-iya itu mulu, njir." El memotong jawaban Delon, lelah dirinya.
"Tapi intinya kalau gue berhasil, lo harus tepatin jaminan yang lo kasih, apa pun itu pokok hak milik, ya hak milik." Ujar El telak.
Delon terkekeh mendengar itu, "Obsesi ya, mbaknya?" ia terkikik saat melihat tatapan tajam dari El
"Okay, dahlah, udah jam 20.55, nih gue cabut" Delon berdiri dari duduknya
El mendongak memperhatikan Delon yang ingin melangkah "Kalau lo sampai bohong, tanggung akibatnya." El juga ikut beranjak, dan berlalu lebih dulu daripada Delon.
Delon terdiam sesaat, menghela nafas dengan berat, semoga saja lancar. Lalu ia ikut berlalu saat sudah meletakan lembaran uang pada meja, dan berjalan pergi.
Dalam perjalanan, Delon berpikir banyak, bahkan ia melajukan kecepatan mobilnya dengan laju yang lambat agar dia sendiri selamat.
Saat sampai di rumah, Delon berjalan malas menaiki tangga "Hey, boy,"
Di saat seperti ini, kenapa Papanya selalu saja mengganggunya!? mood Delon sepertinya hancur.
Menoleh sekilas pada Papanya yang duduk di sofa single "Papa tadi menemukan informasi soal orang yang kamu...ah—kalian anggap beda,"
Langkah Delon terhenti, sesaat ia terhenyak, dari mana Papanya tau? ia tak pernah menceritakan kegiatannya, boro-boro bercerita, tegur sapa saja jarang—jarang dilakukan oleh Delon duluan maksudnya.
"Inggat Delon, Papa selalu memperhatikan kamu, jadi jangan heran dari mana Papa tau," Sanjaya menaruh iPad-nya "Semua kegiatan kamu Papa tau,"
"Papa lancang!" Geram Delon, ia berjalan turun mendekat pada Papanya
Sanjaya mengeleng pelan, "Bukan lancang Delon, Papa hanya ingin tau kegiatan putra Papa satu-satunya, lagi pula selama ini kamu mencari tahu ada hasil? Papa saja baru mulai penasaran sudah menemukan hasilnya, itung-itung hasil ini bisa membantu, kalau dirimu sendiri mau dibantu," Sanjaya menjelaskan disertai nada sombong
"Dan, satu lagi, kamu menjalankan ini juga bukan dirimu sendiri, 'kan? kamu saja meminta bantuan sama gadis bodoh yang bahkan tidak bisa mengendalikan ego sendiri, atau bahkan dia tidak bisa memilah mana misi mana kepuasan." Delon terdiam mencerna omongan sang Papa
Emosinya menyurut, saat paham pembicaraan Papanya yang ada benarnya, jika ia mengandalkan El saja semua tidak cepat selesai, atau bahkan tidak selesai-selesai.
Sanjaya tersenyum senang saat melihat wajah putranya melunak, jadi tidak sia-sia ia ikut serta membantu misi putranya.
Lagi pun ini semua juga termasuk tujuannya, membuat Delon kembali dekat bahkan akrab dengan dirinya. Semenjak kepergian istrinya, mama Delon, anaknya perlahan-lahan menghindarinya, dan sampai sekarang menjadi cuek, bodoamat!
"Jadi, apa yang bisa Papa sampaikan?" Sanjaya kembali memasang senyum cerah saat Delon beranjak duduk di sofa depan.
"Apa yang Papa dapat?" Delon bertanya balik, menatap sang Papa berharap
"Tidak banyak, karena yang Papa lihat, gadis ini cukup pintar," Sanjaya mengotak-atik iPad-nya
Delon menyerit heran, cukup pintar?
Sebenarnya apa yang Papanya cari tau, kenapa bawa ke otak?Sanjaya sendiri tidak menyangka, putranya segoblok ini, ia menggeleng heran, "Delon, Delon, Papa kasih tahu, sebelum merencanakan, itu cari tau asal-usul orangnya, baru dengan itu kita mudah menjalankan misi,"
Saat menjelaskan seperti itu, dapat ia lihat putranya tampak terkejut?
"Bukan menjalankan misi tanpa tau latar belakangnya, atau bahkan tanpa tau tujuan kamu sendiri."
Delon seperti terhantam kenyataan pahit, betapa gobloknya dirinya, kenapa segoblok itu sampai tidak memikirkan sesuatu yang cukup penting ini!?
"Hahaha, tersadar dengan betapa gobloknya dirimu?" Ejek sang Papa
Delon memasang raut tak suka, tapi benar juga, sih.
"Sudah lah, jadi apa yang Papa temukan?" Mengalihkan pembicaraan, hahaha lucu sekali
Sanjaya mengidikan bahunya "Sudah Papa bilang, tidak banyak." Ia menyerahkan iPad yang berada pada tanggannya ke meja
Delon meraihnya, dia memperhatikan data-data yang sulit dipahami "Apa ini, Pah?" Delon mendongak
"Itu uang pokok milik gadis itu," Delon semakin tidak paham, maksud Papanya apa, sih?
Sanjaya menghela nafas, kenapa anaknya jadi goblok?
"Dengan kita tau, jumlah uang yang dia miliki, kita sendiri, atau kamu pribadi tau, di mana batas kemampuan anak tersebut dalam ekonomi,"
"Jadi Papa mengandalkan uang? menekan ekonominya?" Delon bertanya dengan nada keget
Sanjaya mengangguk lalu mengeleng "Selama ada uang semua lancar, Delon. Kalau soal menekan ekonominya, Papa tidak sejahat itu, cuma yang Papa bilang, dengan kamu tahu berapa jumlah maksimal yang dia punya, maka kamu bisa melakukan lebih dari maksimal yang ia miliki, ada yang salah?"
Delon mengeleng tidak percaya dengan akal cerdas dan licik sang Papa, ia tidak berfikir sampai sejauh ini, woi.
"Dan, di sini Papa heran denganmu, selain goblok, kamu sendiri menjalankan misi tanpa tau tujuan sebenarnya dari diri, 'kan?"
Delon ingin mengangguk, namun ia malu sendiri, dia seperti orang goblok beneran saja, jadi pertanyaannya sekarang,
Apa tujuannya?
****
Haiiiiii, yey up lagiii
votemen, welcome krisarrr
💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...