Note: typo tandain
Suasana makan terasa canggung bagi Olla. Sebenarnya bukan canggung dalam hal akward, tapi ini jantungnya itu terus berdetak tak karuan, apalagi pemuda di depannya tidak berhenti menatap dirinya.
Sial! Jangan sampai dirinya baper seperti ini. Ingat, tujuan awal lebih penting daripada sebuah perasaan sampah ini.
"10/10," ucap Delon membuat Olla mengalihkan pandanganya dari piring menatap ke depan.
Sekilas Olla bingung, beberapa detik kemudian ia paham dan mengangguk. "Cih, gue dilawan." Agar suasana tidak membuatnya nevours lebih baik ia akan mengalihkan topik.
"Besok ada ulangan gak lo?" tanya Olla. Mengambil alih piring Delon yang sudah bersih berniat membawanya ke arah dapur.
Delon menahan piringnya, memberi kode soalah mengatakan biar dia saja. "Gak. Di grup gak ada info apa pun," jawab Delon berdiri dan menuju ke arah dapur.
"Kita kek suami istri tauk," celetuk Delon saat melihat Olla menyusulnya sambil membawa piring lauk yang masih tersisa.
Dalam hati gadis itu berteriak gemas. Sudah benar-benar melupakan topik itu, ini malah kembali mengungkit. "Gak usah ngarep," sarkas Olla berusaha stay cool. Olla ingat, kamu bukan cewek yang mudah baper gitu aja. Cuma sebulan dua bulan tok masak lu baper!
Olla merutuk dalam hati, ia tak ingin jatuh hati. Ia tak ingin pula sakit lagi. Ah, ia hanya ingin hidup tenang, layaknya layang-layang yang terbang di awan.
Tersentak saat sebuah tangan melingkar pada perutnya, bahunya terasa berat saat sebuah dagu bertumpu di sana, lamunannya buyar, bahkan piring yang ia bawa hampir jatuh jika tidak pemuda itu dengan gesit ikut bantu membawa dan menaruhnya tepat di depan meja pantri.
Tidak ada yang berbicara, mereka larut dalam pikiran masing-masing. Olla yang sibuk mengatur detak jantungnya, dan Delon yang setia menikmati irama jantungnya.
Delon menghirup napas dalam saat aroma yang sudah mulai beradaptasi di indra penciuamnya menyeruak. Segar dan wangi sekali.
"Jantung lo cepet banget berdetaknya," ujar Olla berusaha tetap tenang, bahkan ia dengan welcome menerima Delon berperilaku seperti ini.
Naif sekali jika ia bilang pelukan ini membuatnya risih. Sial, ia mulai terbiasa.
Delon tampak terkekeh, posisi mereka tetap sana. Bahkan sekarang Delon samakin mempererat pelukannya. "Punya lo juga, kan."
Olla sedikit terkejut dengan perkataan Delon. Dengan lihai pemuda itu membalik badan agar Olla dapat menatapnya. Pipi itu memerah dengan sebuah ekspreksi yang menggemaskan.
"Lo lucu banget sumpah!"
Delon memasang senyum yang bahkan baru Olla lihat beberapa hari ini. Ada apa dengan pemuda ini?
"Iya tau gue ganteng, mangkanya dilihatin terus," sindir Delon saat pacarnya terus menatapnya tanpa mengalihkan apa pun. Olla terkekeh, ia tak boleh kalah dengan pria ini.
"Lo juga gak kalah lucu, apalagi hidung lo ini." Gadis itu berjinjit dan mengecup pelan hidung mancung di depannya.
"Gue suka," bisik Olla, mengalungkan tangannya pada leher Delon. "Jangan ganteng-ganteng, ya, entar banyak yang suka. Lo, kan, milik gue."
Tidak bisa dipungkiri, keduanya sama-sama merasakan jantung yang berpacu tiada henti. Berlomba-lomba mendapatkan kenyamanan bersama.
***
Suasana cafe sore ini sungguh ramai, banyak pemuda-pemudi yang siap keluar masuk dari area sini. Bahkan, para pekerja kantoran tak segan ikut gabung di kerumunan antrian cafe.
Tiga pemuda sesama gender itu memasang wajah masam. Terutama Regan. Pemuda itu tidak henti-hentinya berdecak kesal.
Bukan hal yang pertama kalinya sahabat mereka tak ada kabar. Sudah satu jam mereka menunggu, tapi si pemuda sialan itu tak juga datang.
"Ni Delon kalo gak sampe juga, besok gue beleh," ujar Regan kelewat kesal.
Grady tertawa. "Bukan cuma beleh, gue cincang tu anak," sahutnya tak mau kalah.
Sedangkan Alka hanya menggeleng melihat umpatan yang sendari tadi keluar dari mulut kembarannya dan sahabatnya.
Ia sebenarnya juga merasa kesal, cuma tak mau mengekspresikan berlebihan. Lagian ia juga tau apa yang sedang dilakukan cowok itu saat ini.
"Kalian login aja dulu, ntar kalo udah selese satu match pasti dateng," celetuk Alka, memahami bahwa dua pemuda tersebut ingin cepat main game.
"Sial! Ya udah lo dulu, Ray." Dengan kesal Regan menyahut ponselnya. Dan benar, mereka berdua sudah siap login.
Satu match berakhir, dan Delon juga belum datang. "Keknya emang gak dateng, deh." Alka mengangguk setuju dengan pendapat mereka.
Sebenarnya rencana mereka berempat adalah nongki di cafe yang biasa mereka kunjungi, diselingi game dan dilanjut main PS di rumah si kembar. Cuma sepertinya pemuda itu menggagalkannya.
"Halah ya udah mending kita ngopi aja lanjut. Ray lo login gih, invite gue!" Dengan kesal Regan meraih ponselnya dan mulai mode jongkok.
Udah terlanjur log out!
***
Terima kasih jika ada yang baca. Next time, kalo baca janlup vote, ya!
Hargai karya penulis dengan memberi vote, komen, dan nikmati bacaan tanpa kegiatan plagiat!
No copas!
Pembaca yang bijak tau cara bagaimana menghormati dan menghargai penulis karya yg ia baca.
Love you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen?
Teen Fiction[sebelumnya follow dulu] komen and vote ____________________________ Berubah drastis? Itu lah yang dialaminya, dengan menindas orang hobi baru baginya. Menyenangkan itu yang dia rasakan, rasa puas dia dapatkan. Tidak adanya keadilan yang ia dapatka...