part 3

249K 16.6K 741
                                        

Vote sebelum baca!

Happy reading


Tinn
Tinn
Brak
Srett

Nara terkejut. Baru setengah jalan ia melangkah, tapi hampir saja ia tertabrak motor. Cukup lama ia terdiam mematung di tengah jalan. Ia masih syok, sampai akhirnya ia tersadar dari lamunannya saat mendengar rintihan seseorang.

Segera Nara menghampiri orang itu yang tergeletak di tengah jalan, untung saja tidak tertimpa oleh motor besarnya.

"Astaga...mas, bangun mas...mari saya bantu" Nara membantu orang itu untuk berdiri. Nara memapah orang itu ke pinggir jalan.

Setelah orang itu duduk dengan bantuan Nara, dia membuka helmnya dengan kasar dan melemparnya asal ke aspal. Nara tentu saja terkejut setelah tahu siapa yang tadi hampir menabraknya.

"K-kak Angkasa" Nara menutup mulutnya menggunakan tangan refleks dengan keterkejutannya.

"LO MAU MATI HAH?! JALAN TUH LIHAT-LIHAT! JANGAN ASAL NYELONONG AJA!" bentak Angkasa dengan nafas memburu ia terlalu kesal dengan cewek di depannya ini.

"Maaf kak, aku gak lihat kalau ada motor" jawab Nara dengar suara bergetar.

"Buta lo?. Motor segede gitu  gak lihat" sarkas Angkasa.

"Yaudah sih kak, maaf. Lagian kenapa marah-marah mulu, darah tinggi tau rasa."

"LO! Arghh" Angkasa meringis kesakitan karena lukanya masih mengeluarkan darah dibagian lututnya yang tergores oleh aspal. Celananya juga ikut robek akibat bergesekan dengan aspal.

"Astaga sakit banget ya? tunggu sini aku beliin obat bentar" Nara beranjak dari duduknya meninggalkan Angkasa sebentar untuk membeli obat di apotek. Kebetulan sekali di samping supermarket ada apotek.

Angkasa memandang gadis itu dengan lekat ia baru menyadari kalau dia adalah gadis yang ia bentak tadi siang di sekolahan. Ia akui gadis itu benar-benar cantik nan imut dengan rambut panjangnya yang di ikat satu serta menggunakan Hoodie nya yang kebesaran.

Kurang lebih sepuluh menit Nara kembali menghampiri  Angkasa yang masih duduk di pinggir jalan, dengan sesekali meniup-niup lukanya yang terasa perih.

"Sini kak, aku bantu obati" Nara mulai membersihkan dan mengobati luka di lutut Angkasa.

"Arghh... pelan-pelan! sakit" ringis Angkasa saat lukanya agak ditekan oleh Nara.

Nara yang mendengar ringisan dari Angkasa mulai mengobatinya dengan lembut sesekali meniupnya.

Angkasa tak menolak ia malah fokus memandangi wajah Nara yang terlihat cantik dimatanya. Entahlah rasanya ia ingin memandangi wajah gadis ini sedikit lebih lama.

Nara sudah selesai mengobati luka di kaki Angkasa. Nara juga sudah menempelkan plester luka. Nara mendongak menatap Angkasa, begitu terkejutnya ia saat melihat Angkasa yang juga tengah menatapnya dalam. Tapi Nara buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain, tak kuat bertatapan terlalu lama pada cowok tampan di depannya ini.

"Kak Angkasa aku udah selesai ngobatin kakak. Aku mau pulang" Nara sudah ingin berdiri tapi tangannya di cekal oleh Angkasa.

"Gue anterin!" ucap Angkasa sambil berdiri pelan-pelan.

"Gak usah kak. Aku bisa pulang sendiri" tolak Nara halus.

"Gue. Anterin!." ucap Angkasa dengan penuh penekanan.

"Yaa udah deh iya" Nara sebenarnya juga takut pulang sendiri ia harus melewati jalanan yang amat sepi agar sampai di rumahnya.

"Emangnya lo mau kemana keluar malem-malem gini?" tanya Angkasa setelah mengambil helmnya yang tadi ia lempar kesembarang arah.

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang