Happy reading
Perlahan mata indah itu terbuka menyesuaikan cahaya yang masuk. Mengerjap pelan dan menatap sekelilingnya. Ruangan serba putih dan bau obat yang menyengat itulah yang ia rasakan saat membuka matanya.
Semua yang ada di ruangan ini menghela nafas lega, sudah hampir dua jam lamanya mereka semua menunggu Nara siuman.
"Pa, Nara bangun" suara heboh itu juga agak sedikit mengganggu pendengaran Nara. Siapa lagi kalau bukan sang mama.
"Iya mah, Alhamdulillah, Nara sudah bangun"
"Eenghhh" Nara memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Sayang mau minum?" Raina mengelus surai sang putri lembut. Ia bersyukur sekali Nara tak mengalami luka parah.
Nara menatap mamanya dan hanya mengangguk pelan. Ia masih lemah hanya untuk berbicara.
Raina membantu Nara duduk dan memberikan segelas air putih, juga membantunya meminum air.
"Sayang ada yang sakit gak?mau papa panggilkan dokter" ucap Dika.
"Enggak usah pa"
Di ruangan ini juga ada Amaira, Rafa, dan Dodit. Amaira yang mendapat kabar bahwa sahabatnya masuk rumah sakit ia sangat panik dan langsung menuju rumah sakit dimana Nara di rawat. Dan sesampainya di rumah sakit ia bertemu dengan Rafa juga Dodit.
"Gimana keadaan lo? Udah mendingan?" tanya Amaira.
"Iya aku udah enggak apa-apa" jawab Nara.
Nara menyenderkan punggungnya di bantal, ia memejamkan matanya erat, berharap rasa pusing di kepala berkurang. Cukup lama Nara memejamkan mata dan sampai ia teringat oleh keadaan Angkasa.
"Mah kak Raja mana? Kak Raja gak Kenapa-napa kan? Kak Raja enggak luka parah kan? Aku mau ketemu kak Raja!" Nara menatap Raina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang kamu masih lemes, mending kamu tidur lagi aja yah" ucap Raina lembut.
"Gak mau hiks..aku mau ketemu kak Raja" Nara menggeleng kuat ia juga berusaha melepas infusnya.
"Sayang jangan dilepas! kamu masih syok. kamu masih harus banyak istirahat" Dika yang juga ada di samping Nara langsung mendekap erat tubuh sang putri.
Di pelukan sang papa Nara menangis histeris meminta untuk bertemu Angkasa. Ia teringat kejadian yang menimpanya tadi, ia juga kembali mengingat suara tembakan yang mengenai Angkasa.
"Papa...hikss ak-aku mau kak Raja...aku mau lihat kondisi kak Raja"
"Iya sayang, jangan nangis dong" Dika menatap dalam manik mata Nara lalu menghapus air mata yang tak henti-hentinya jatuh dari mata indah Nara.
"Mau kak Raja pa... mau kak Raja hiks..." ucapnya lirih.
"Iya sayang kita temui Angkasa. Asal, kamu jangan nangis" Dika mencium kening Nara cukup lama.
Sedangkan di ruangan lain, tepatnya di ruang rawat Angkasa. Aksa dengan jahilnya mencolek luka tembak yang ada di lengan kanan Angkasa.
"Heh! kamu apa-apaan sih!!" bunda Ica menatap tajam Aksa yang berani-beraninya memegang luka Angkasa.
"Hehe Aksa penasaran tante, Angkasa habis ke tembak kok biasa aja kayak enggak ngerasain sakit sama sekali"
"Itu tandanya anak saya kuat enggak kayak kamu lemah" ujar Pradipta.
Aksa menatap Pradipta sinis orang satu di depannya ini memang selalu meledeknya jika mereka berdua bertemu.
"Om kalau ngomong jujur banget"

KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKASA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionPart masih lengkap! ANARA PUTRI RAINDIKA gadis cantik penyuka permen kaki ANGKASA PRAJA LIONIL cowo ganteng ketua geng motor