Happy reading
"Nara" panggil Bu Tuti.
"Iya bu kenapa?" tanya Nara.
Sekarang ini kelasnya sedang ada mapel sbd."Tolong ambilkan buku rekap tugas yang ada di meja saya. Tadi saya lupa bawa" Bu Tuti meminta bantuan Nara mengambilkan buku rekap tugas. Bu Tuti tidak bisa meninggalkan kelas ini, ia sedang menulis beberapa soal di papan tulis. jadi ia meminta tolong kepada Nara untuk mengambilkannya.
"Iya Bu saya ambilkan" Nara berdiri dari duduknya lalu segera menuju ruang guru dan mengambil apa yang di bilang Bu Tuti tadi.
"Bu Tuti ngeselin banget sih.
Gak tau apa? ruang guru sama kelas XI itu jauh... mau nolak tapi dia kan guru, dikiranya gak sopan nanti" sepanjang jalan Nara menggerutu kesal."Ih, dasar butut ngeselin" Nara menyingkat nama Bu Tuti menjadi Butut.
Sesampainya di ruang guru Nara tambah kesal, ruangan ini sepi tidak ada siapa-siapa mengingat ini masih jam pembelajaran jadi semua guru sedang mengajar.
"Gini nih kalau suka ngomongin guru di belakang, jadi kena karma kan"
"Mejanya butut yang mana sih? kenapa gak ada namanya, mana mejanya sama semua lagi" kesal Nara.
Nara berharap seseorang seperti Pak Andra muncul seperti kala itu yang membantu mencari meja busus.
"Cari apa?" Suara itu mungkin akan menjadi penolongnya hari ini.
Nara menoleh ke sumber suara disana ada seorang cowok berpakaian olahraga. Tubuh tinggi serta rambut yang tertata rapi. Nara baru ingat dia adalah ketua osis sekolah ini tapi ia lupa namanya.
"Emm... anu aku cari mejanya butut, eh, ma-maksud aku Bu Tuti" jawab Nara gugup.
Cowok itu mengangguk lalu menyeret tangan Nara menuju meja Bu Tuti.
"Ini meja Bu Tuti" ucap cowok itu.
"Eh iya makasih..." Nara benar-benar lupa siapa nama ketua osis sekolahnya sendiri.
"Reza" Ucapnya. Ia tahu cewek di depannya ini lupa dengan nama ketua osisnya sendiri. dan sekarang ini Ia memakai kaos olahraga jadi tidak ada identitas namanya.
"Makasih Reza" ucap Nara sekali lagi.
"Iya sama-sama" balas Reza.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Nara.
"Mau ambil kunci gudang di meja Pak Imron" Reza berjalan ke meja Pak Imron lalu mengambil kunci gudang yang pak Imron letakan di atas meja.
"Lo sendiri ngambil apa?" tanya Reza.
"Oh, ini, aku disuruh ambil buku rekap nilai" balas Nara.
"Lo kelas berapa?" saking sibuknya Reza dia tak terlalu hafal teman-teman seangkatannya. Yang ia ingat hanya anak-anak nakal sekolah ini. Bagaimana tidak hafal? guru kadang meminta bantuannya untuk menghukum mereka saat melanggar peraturan sekolah.
"Aku kelas XI IPS 1 kalau kamu?" tanya Nara.
"Gue XI IPS 3" jawab Reza setelah mengantongi kunci gudang ke saku celana olahraga.
"Wahh berarti kamu satu kelas sama Sania ya?" tanya Nara lagi.
"Iya. Udah kan ambil bukunya? ayo keluar" ajak Reza.
Mereka berdua keluar dari ruang guru. Reza masih bersama Nara ia mengajaknya mengobrol. Mereka berdua berjalan beriringan, kebetulan sekali arah jalan mereka sama, Reza akan menuju kelasnya terlebih dahulu katanya ia lupa mengunci pintu kelas. Takutnya ada orang yang masuk kelas dan melakukan hal yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAKASA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionPart masih lengkap! ANARA PUTRI RAINDIKA gadis cantik penyuka permen kaki ANGKASA PRAJA LIONIL cowo ganteng ketua geng motor