part 31

111K 7.5K 51
                                        

Happy reading



Tandain kalau ada typo!

"BAGUS YA, DI SEKOLAH BUKANYA BELAJAR YANG BENER MALAH GEBUKIN ANAK ORANG"

Suara melengking itu yang pertama menyambut kepulangan Angkasa dari sehabis mengantar Nara. Ia juga sudah menduga walau abangnya tak mengadu ke bunda Ica, pasti bundanya tahu dari pihak sekolah.

"Assalamualaikum, bun," dengan senyum manisnya Angkasa meraih tangan bundanya untuk ia salami.

"Waalaikumsalam" jawab bunda Ica.

"Hehe bunda kok udah cantik aja, mau kemana? kondangan ya" Angkasa tertawa pelan, ia hanya berusaha mengalihkan topik pembicaraan saja.

"Gak usah nyengar nyengir kamu! kayak orang gila aja. Bunda udah tahu kelakuan bandel kamu di sekolah, tadi kamu bolos kan? ngerokok lagi" bunda Ica benar-benar marah kini raut wajahnya sangat menyeramkan matanya menatap tajam ke Angkasa. Sedangkan Angkasa hanya diam saja. Bundanya tak tanggung-tanggung jika marah suara bunda Ica akan selalu meninggi dan tak pernah santai.

"Wajar dong bun namanya juga anak muda"

"Wajar kamu bilang. Ngerokok di sekolah itu juga termasuk wajar hah?!" Bentak bunda Ica.

"Jangan teriak-teriak bun, nanti tetangga denger" Angkasa mengelus bahu bundanya mencoba meredamkan amarahnya.

"Gak usah sentuh-sentuh!" bunda Ica menepis kasar tangan Angkasa.

"Dihh.. bunda udah kayak anak abg yang lagi ngambek sama pacarnya" cibir Angkasa.

"Maksud kamu apa?" tanya bunda Ica dengan nada bicara yang masih meninggi.

"Haha, maksud Raja bunda ituu...istrinya Ayah" ucap Angkasa asal.

"Sinting kamu"

"Astagfirullah bun, mulutnya gak boleh ngomong gitu nanti di tabok ayah mau"

"BERISIK KAMU SANA MASUK!!" teriak bunda Ica menggelegar.

Angkasa sangat gemas sekali dengan bundanya, yang dari tadi berisik kan bundanya kenapa Ia yang harus di salahkan.

"Yang berisik kan bunda. Dari tadi teriak-teriak mulu, kuping Angkasa jadi pengang nih" Angkasa mengusap-usap telinga kanannya.

"Ihhh kamu tuh bikin bunda gemes jadi mau banting" namun nyatanya bunda Ica malah menjewer telinga sebelah kiri milik Angkasa.

"Sakit bun" Angkasa berusaha melepaskan tangan sang bunda yang sedang menjewer telinganya.

"Biarin! biar kapok kamu, nihh sekalian biar tahu rasa" bunda Ica mencubit pinggang Angkasa berkali-kali.

"YAH TOLONGIN RAJA! BUNDA NGAMUK NIH" teriak Angkasa sekuat mungkin agar sang ayah bisa mendengarnya.

Bunda Ica menabok pelan bibir Angkasa.

"Jangan teriak-teriak! kamu pikir ini hutan se enaknya aja" suara bunda Ica sedikit meninggi.

"Bunda ku yang cantik, bunda sadar gak sih? dari tadi Raja masuk rumah bunda itu udah teriak-teriak gak jelas, apa lagi suara bunda itu kayak orang lagi neriakin maling kencang banget. Raja yakin tetangga sebelah pasti ke ganggu sama suara bunda yang subhanallah ini"

"Udahlah terserah kamu" bunda Ica pergi begitu saja meninggalkan Angkasa yang masih bengong di ambang pintu.

"Bunda kayak anak kecil aja sukanya ngambek" gumam Angkasa pelan. Angkasa menutup pintu rumah kemudian berjalan menyusul sang bunda.

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang