part 15

142K 10.8K 86
                                    

Happy reading

Nara terus berlari, ia mencoba mencari tempat yang menurutnya aman dan agak jauh dari tempat tawuran tadi. Nara sesekali juga menengok ke belakang ia takut jika cowok tadi masih mengejarnya. Terlalu terburu saat berlari sampai tak sadar tali sepatunya lepas mengakibatkan Nara tersandung. Nara tersungkur di jalan, telapak tangannya lecet tergores aspal.

"Aw s-sakit" Nara meniup telapak tangannya yang terasa perih.

Nara bangkit menahan rasa sakit di lututnya yang terbentur oleh kerasnya aspal, ia terus berlari ke tempat yang aman sampai akhirnya Nara berhenti di dekat tempat sampah pinggir jalan. Nara bersembunyi di balik tempat sampah yang ukurannya lebih besar dari badannya itu.

Nara berjongkok memeluk kedua lututnya, ia menangis dalam diam berharap ada seorang pahlawan yang bisa  menolongnya.

"Mama, Nara takut" lirih Nara pelan. Ia mengambil handphone yang ada di tasnya untuk menghubungi siapa pun yang bisa menolongnya. Saat Nara akan menelepon Elang malah handphone miliknya mati kehabisan baterai "Astaga...handphone aku mati"

Angkasa berlari kesana-kemari mencari keberadaan Nara. Angkasa mengacak rambutnya kasar bingung sekali ia harus mencari Nara kemana? pikirannya sudah kalut takut Nara di bawa oleh salah satu anggota Orlas.

"Lo dimana sih Nar" ucap Angkasa frustasi.

Tak sengaja Angkasa mendengar seorang merintih kesakitan dan sesekali sesenggukan seperti seorang habis menangis, tapi dimana orang itu? di sini sepi tak ada orang, apakah Angkasa salah dengar?

Angkasa terus berjalan mendekati suara itu yang berasal dari balik tempat sampah. Angkasa kaget bukan main, dilihatnya Nara lah yang tadi merintih kesakitan.

"Nara" Angkasa menepuk bahu Nara Pelan.

Nara mendongak saat orang itu memanggil namanya, doa nya terjawab ada seseorang yang bisa menolongnya. Nara berdiri dan langsung memeluk Angkasa erat di situ Nara menangis histeris.

"Kak Raja aku takut" Nara menangis di dalam dekapan Angkasa.

"Jangan nangis. Tenang..ada gue di sini" Angkasa memeluk Nara tak kalah erat. Lega sekali dirinya bisa menemukan Nara.

"Hiks... kak Raja aku mau pulang" Nara menatap Angkasa sendu.

"Iya kita pulang tapi jangan nangis ya" Angkasa mengelus pipi Nara lalu menghapus air mata Nara yang mengalir begitu deras.

Nara mengendurkan pelukan lnya namun masih belum melepaskannya, ia ingin kembali menangis saat melihat lebam di pelipis Angkasa.

"Kok mau nangis lagi sih.. kenapa hm?" tanya Angkasa yang masih mengelus pipi Nara lembut.

Nara memegang lebam yang ada di wajah Angkasa. "Kenapa berantem sih kak? kan jadi gini mukanya" omel Nara.

"Khawatir lo" Angkasa tersenyum jail.

"E-enggak ya " Nara memalingkan wajahnya.

Angkasa baru sadar saat Nara menoleh ia melihat pipi Nara yang memerah seperti bekas tamparan. Seketika itu juga rahangnya mengeras, amarahnya sudah akan meledak lagi, ia yakin ini pasti ulah salah satu anggota Orlas.

"Pipi lo di tampar siapa?" tanya Angkasa dingin.

"Hah e-enggak kok" Nara menutupi pipinya dengan rambut agar Angkasa tak melihat pipinya yang masih merah bekas tamparan.

Tak butuh jawaban dari Nara Angkasa sudah tahu pasti itu perbuatan siapa. Lihat saja ia akan membalasnya lebih dari ini.

Angkasa yang melihat tali sepatu Nara terlepas ia langsung berjongkok untuk membenarkannya takut jika Nara terjatuh Karna tersandung tali sepatutnya sendiri. Setelah membenarkan tali sepatu Nara, Angkasa menggenggam tangan Nara erat.

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang