part 4

240K 15.3K 259
                                        


Happy reading ❤️



Pagi ini dipenuhi dengan teriakan Raina. Sedari tadi ia sudah membangunkan putri semata wayangnya itu namun tak kunjung bangun. Tidurnya sudah seperti orang mati, Raina sudah capek teriak-teriak tapi tetap saja Nara tak kunjung bangun.

Raina mengguncangkan bahu Nara kencang agar cepat bangun "Nara bangun! ini udah siang nanti kalau kamu telat gimana?"

Nara hanya menjawabnya dengan menggumam tak jelas.

"Nih anak dibangunin susah banget sih" Raina benar-benar kesal dibuatnya.

"NARA BANGUN! KALAU GAK BANGUN MAMA BUANG SEMUA PERMEN KAKI MILIKMU!!"

Mendengar teriakan menggelegar serta ancaman dari mamanya, Nara langsung bangun dari tidurnya. Ia tak mau kehilangan permen berharganya yang ia beli tadi malam.

"Iya ma ini Nara bangun" jawab Nara sambil mengucek matanya.

"Cepet sana mandi! terus siap-siap kesekolah. Awas aja kalau kamu tidur lagi mama bakalan beneran buang semua permen mu itu!" ancam Raina.

Setelah Raina keluar dari kamar Nara, Nara beranjak dari kasur untuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Di kamar mandi Nara sedang misuh-misuh tak jelas.

"Mama tuh gak tau aja gimana perjuangan aku dapetin permen kaki. Harus melewati jalan yang amat gelap seperti masa depan mantan" ucap Nara ngasal.

"Hampir ketabrak motor untung gak koit. Kalau di lihat-lihat kak Angkasa ganteng banget sih...tapi nyeremin kalau lagi marah. Muka si Dodit kalau di bandingin sama tangan kak Angkasa pasti cakepan tangan kak Angkasa" oceh Nara panjang lebar.

Nara tampak cantik hari ini. Rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai serta bandana warna biru melekat indah di rambutnya, dengan polesan make up tipis membuat Nara semakin cantik.

Nara turun menuju lantai bawah ia akan sarapan bersama kedua orang tuanya.

"Pagi mama...papa..." Ucap Nara saat melihat kedua orangtuanya yang sudah berada di meja makan. Mamanya yang sedang menuangkan susu ke gelas dan papanya yang sedang memakan roti selai coklat buatan sang istri.

"Pagi juga Nara" jawab mama papanya berbarengan.

"Ma, Nara juga mau sarapan roti selai coklat kayak papa" Nara berkata sambil menarik kursi mundur untuk memudahkan ia duduk.

"Iya bentar, mama buatin" Raina memberikan segelas susu untuk suami dan anaknya lalu ia membuatkan roti selai coklat untuknya dan untuk Nara.

Sesudah selesai sarapan Nara berangkat sekolah diantar oleh papanya karna pagi ini papanya tidak ada jadwal operasi pagi.

Dua puluh menit lamanya akhirnya Nara tiba di sekolah kali ini dia tidak terlambat. Nara meraih tangan papanya untuk ia cium.

"Pa, Nara turun dulu papa hati-hati ke rumah sakitnya" ucap Nara setelah mencium pipi papanya.

"Iya. Kamu juga hati-hati di sekolah, kalau ada yang jahati kamu bilang sama papa".

"Oke papa" jawabnya sambil tersenyum lebar.

Nara melambaikan tangan saat mobil papanya sudah berlalu pergi. Ia segera masuk ke sekolah. Berjalan di koridor sendirian dan sesekali tersenyum membalas sapaan teman-teman barunya.

Nara memasuki kelasnya yang amat sangat gaduh ia duduk di kursi tengah bersama Amaira. Di kursi belakangnya ada Dodit dan Rafa dua perusuh kelas ini.

Seperti sekarang ini Dodit sedang bernyanyi asal-asalan di dalam kelas. Menjadikan meja untuk panggungnya di ikuti anak cowok yang lain. Dodit menggunakan gagang sapu yang sudah patah untuk ia jadikan mic.

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang