part 29

95.9K 8.2K 200
                                    

Happy reading




Kelas Nara sedang tidak ada guru, jadi yang ia lalukan sekarang ini hanya mencoret coret bukunya tak jelas dan juga ia sedang mengemut permen kesukaannya.

Sedang asyik-asyiknya mencoret buku tiba-tiba suara Amaira mengagetkannya.

"NAR, ANGKASA GELUT SAMA REZA" teriak heboh Amaira dari ambang pintu. Amaira tadi ke toilet sendirian, di koridor ia mendengar para murid membicarakan tentang Angkasa yang berkelahi dengan Reza di rooftop.

Nara terlonjak kaget saat mendengar teriakan Amaira sampai-sampai permen kaki yang ia pegang jatuh ke lantai.

"Maksud kamu apa?" bingung Nara, ia masih tak paham apa yang di bilang oleh Amaira.

"Angkasa tadi berantem sama Reza di rooftop" ucap Amaira, nafasnya masih tersengal-sengal akibat berlarian.

"Yang bener kamu?" tanya Nara dengan nada agak panik.

"Beneran Nar, semua murid lagi pada ngomongin Angkasa sama si Reza"

"Enggak bohong kan?" tanya Nara memastikan.

"Ck! ya enggak lah Nar. Seriusan ini" ucap Amaira agak greget.

"Ah, jangan-jangan kamu bohongin aku doang" Nara mencoba berfikir positif mungkin saja Amaira hanya sedang mengerjainya saja.

Amaira mendengus kesal rasanya ia ingin sekali membuang Nara ke jurang.

"Astaga Nar... gak percayaan banget si lo. Gue denger juga si Rezanya babak belur"

"Yaudah, aku mau nyamperin kak Raja" Nara yakin kini Angkasa pasti ada di ruang bk.


🌻🌻🌻


Reza yang terluka cukup parah akhirnya segera di bawa ke rumah sakit untuk segera di obati. Kepala Reza berdarah akibat Angkasa menghantamkan kepala Reza ke tembok pembatas rooftop. Sedangkan Angkasa hanya lebam di bagian sudut bibirnya saja.

"Saya sudah bilang jangan bikin ulah di sekolah! kamu ini susah sekali di bilangin" omel Pak Andra.

Sedangkan Angkasa hanya diam tak mendengar ocehan Pak Andra.

"Mau jadi jagoan sekolah kamu?. Main pukul anak orang aja, kamu itu kakak kelas seharusnya menjadi contoh yang baik untuk adik kelas kamu, bukan malah berantem di sekolah seenaknya dan apa tadi kamu hampir bunuh anak orang"

Angkasa masih tetap diam saja bahkan ia malah memainkan ponselnya.

"ANGKASA DENGAR SAYA TIDAK" Bentak pak Andra. Ia geram sekali dengan Angkasa. Ia mengoceh dari tadi namun tidak di pedulikan oleh Angkasa.

"Hmm gue gak budeg" ucap Angkasa Santai.

"Astagfirullah Angkasa lo kalau di bilangin susah banget sih, udahlah abang capek" Andra memijit pelipisnya, kepalanya terasa pusing. Di ruangan ini hanya ada dirinya dan adik bandelnya.

"Gue bilangin bunda aja biar lo di jual" Andra mengambil ponselnya siap menelepon sang bunda.

"EH JANGAN LAH BANG" teriak Angkasa histeris. Jika bundanya tahu ia hampir membunuh anak orang pasti bundanya akan benar-benar menjualnya.

"Bodo gue udah pusing ngadepin tingkah lo di sekolah" Andra tetap menelepon bunda Ica.

"Assalamualaikum, bun," salam Andra.

Angkasa benar-benar panik ia segera merebut ponsel Andra dan mematikan sambungan telepon itu secara sepihak.

"Gak seru lo bang main ngadu sama bunda. Gue lagi males dengerin ocehan bunda"

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang