"Reanza, gue ingin bicara sesuatu, " ucap Rena, jantungnya berdegup kencang dia sudah mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan segala rasa cinta yang sudah lama terpendam.
Rena rasa ini waktu yang tepat berbicara tentang perasaannya, mengungkapkan perasaan bukan berarti nembak kan? Rena tahu cowok itu tidak akan membalas cintanya. Namun setidaknya pikiran Rena tenang.
"Iya Rin, mau bicara apa?" suara lembut Rean membuat Rena salah tingkah.
"Rin? Siapa tuh, selingkuhan elo ya? Awas kalau berani selingkuh gue ulek mula elo, sekalian gue laporkan ke Alka biar mampus di jadikan dodol garut."
Alka merupakan gadis yang Rean sayangi gadis itu adalah kekasih sekaligus sahabat baik Rean sejak kecil. Terkadang Rena merasa Alka beruntung bisa mendaptkan hati Rean, berkat Alka pula Rean bisa melupakan Kayla cinta pertamanya.
"Mana mungkin saya bisa selingkuh dari Alka, sekarang saya tanya siapa nama lengkap kamu?" tanya Rean, dia tak kuasa menahan tawa, Rena ini lucu Rean jadi gemas.
"Rena Swara Arindu, nama yang indah kan? Sama cantiknya kaya orangnya hehehe." Pede dulu aja prinsip Rena mah malunya kapan-kapan.
Jika bersama Rean, Rena memang Seperti ini suka bercanda dan bertindak layaknya orang tidak waras, dengan begitu Rean bisa tertawa karenanya, hati Rena pun ikut bahagia.
"Saya lebih suka memanggil kamu Rindu dibandingkan Rena hehehe."
"Kerena wajah gue sulit dilupakan ya." Rena tertawa padahal tidak ada yang melawak, dia memukul Rean, mencubit pipinya, jambak rambut Rean. Cowok itu tidak merasa terganggu justru dia ikut senang karena Rena bisa tertawa lepas seperti ini.
"Kamu itu cantik, pasti di luaran sana banyak yang akan melakukan apapun demi mendapatkan kamu, ouh iya tadi mau bertanya apa?"
"Alka beruntung banget ya, bisa mendapatkan hati elo. Gue cuma mau ngomong jangan sesekali menyakiti perasaan Alka, karena kaca yang pecah tak akan bisa utuh kembali, sama seperti hati jika sudah hancur perasaan sayang itu tidak akan pernah sama lagi."
Ingin rasanya ungkapkan rasa yang telah lama dipendam namun apalah daya mulut selalu bungkam tak mampu untuk bicara jujur, Rena sangat ingin bersama Rean namun dia tidak mau bersikap egois, jika dia melakukan tindakan gila merebut Rean dari pelukan Alka, bukan hanya dirinya saja yang terluka Alka dan Rean juga.
"Saya tidak akan pernah menyakiti Alka sebab saya sangat mencintainya,Berbicara soal cinta, adalah cowok yang kamu cintai?"
Mengapa Rean bertanya seperti itu Rena bingung harus menjawab apa? Kalau boleh jujur Rean lah cowok yang paling Rena sayang, tatapi mana mungkin Rena bisa berbicara jujur.
"Dia hanya bisa gue pandang tatapi tak bisa gue miliki, terkadang gue merasa bodoh karena mencintai orang yang sudah memiliki kekasih, gue ingin bersama dia tapi gue gak mau merusak kebahagian mereka."
"Kamu hebat tidak bersikap egois dan lebih ikhlas melepas dia pergi."
Hati Rean ikut tersayat, dia merasa tidak tega, mengapa takdir mempermainkan hidup Rena seperti ini? andai saja Rena bisa mendapatkan cinta tulus pasti hidupnya akan jauh lebih indah, dihancurkan oleh keadaan Rean tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hidup Rena.
****
Kata orang cinta adalah perjuangan, tatapi bagi Rena cinta itu tai kucing rasa stroberi.
Untuk apa berjuang jika pada akhirnya akan terbuang?
Bukankah lebih menyakitkan ketika sudah melakukan segala cara demi cinta, tatapi perjuangan itu sama sekali tidak dihargai, kehadiranmu tak pernah dianggap ada.
Berjuang atau tidak jikalau memang bukan jodoh maka akhirnya mustahil bisa bersama.
"Rean elo punya rokok gak? Please minta satu, mulut gue asem banget sumpah."
Rean langsung mengambil satu bungkus rokok dari saku celananya dan menyerahkan rokok itu pada Rena.
"Rin, apa si enaknya rokok heran gue, cuma asep doang." Rean mengisap rokok itu lalu menghembuskan asapnya ke udara.
"Mana gue tau, tapi kalau sudah merokok tuh semua beban dalam otak seolah lenyap begitu saja yoi gak Rean sayang."
"Kamu benar Rin, terkadang saya merasa sangat bodoh setiap hari membeli benda itu, buang-buang uang."
Semuanya telah menjadi candu hari mereka kurang lengkap jikalau belum merokok, walaupun Rean dan Rena tau merokok tidak baik untuk kesehatan.
"Rokok itu seperti senyum manis dia, selalu bikin candu untuk merindu."
"Dasar bucin, kalau rindu bilang sayang, ungkapkan rasa cinta kamu ke dia."
"Ogaaaahh."
****
Rena sadar bahwa dirinyalah yang salah sebab berhadap cinta dari orang yang salah. Berkat Rean, Rena sadar bahwa kata hati tak selamanya benar, mengalah bukan berarti kalah hanya saja cinta memang tidak bisa dipaksakan.
"Rindu, kalau kamu tidak bisa mengungkapkan rasa sayang kamu ke dia, kamu boleh peluk saya, hm siapa tahu perasaan kamu bisa sedikit lega."
"Nanti kalau Alka lihat gimana? Gue ogah di labrak trus dikatain pelakor."
Rena cemberut, Rean mendekatinya lalu memeluk tubuh mungil Rena.
Hubungan antara Rean dan Rena memang sebatas sahabat dekat, namun kedekatan mereka layaknya dua insan yang saling mencintai.
"Maaf saya peluk kamu, soalnya kamu buat saya gemas."
"Ekhem, peluk doang nih gak cium sekalian?"
Rena hanya bercanda tatapi Rean malah mengecup pipinya, jantung Rena dangdutan, tubuhnya merinding kalau begini caranya bagaiman Rena bisa melupakan Rean.
"Kalau saya mengecup bibir kamu boleh?"
"Reanza Pahlevi, elo mau gue hah? Udah punya pacar masih aja menggoda gadis lain."
"Gimana perasaan kamu setelah saya peluk?"
"Hoekkk! Napas gue sesak pea."
Habis mengucapkan perkataan itu, Rena langsung tak sadarkan diri, bukan pingsan tatapi Rena tertidur pulas bersandar di bahu Rean.
"Istirahat dulu Rin, saya tahu kamu lelah," ucap Rean, dia membelai rambut Rena.
****
TBC
Maaf kalau ceritanya ngaco.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||
Teen FictionKetika mulut bungkam tak sanggup lagi mengucap kata, biarkan tulisan sederhana ini akan berbicara, tentang luka, putus asa, dan perjuangan untuk menggapai cita-cita dan cinta. Cover by IG @Camoon.dsg