14. Hampir menyerah

159 37 120
                                    

Saat aku menangis semua orang menertawakan, seolah mereka puas melihat hidup ku hancur, seolah puas melihat semangatku patah. Selamat kalian berhasil membuatku hampir menyerah.

*:..。o○ ○o。..:*

"Beruntung banget ya, mereka masih bisa belajar, sementara gue?"

Cairan bening layaknya Cristal itu mengalir deras berbarengan dengan hujan yang turun mengguyur permukaan bumi seolah semesta juga merasakan kesedihan yang dialaminya . Rasa iri selalu datang menghampiri, pikiran negatif mengusik, lelah rasanya dipandang rendah hanya karena putus sekolah.

"Walaupun kamu sudah tidak sekolah, jangan berhenti belajar Ara, semangat terus  masih banyak jalan untuk menggapai impianmu," ucap Reza, cowok itu mencoba untuk menyemangati Rena.

"Sudah tidak ada harapan lagi Kak Re, impian dan harapanku sudah sirna. Aku ingin kuliah tatapi SMK saja tidak lulus bagaimana caranya aku bisa menjadi sarjana?"

Tangisan air mata itu semakin pecah, harapan indah yang sudah di rangkai sejak lama harus hancur berkeping-keping. Rena di tuntut bisa menggapai kesuksesan tanpa dukungan dan pendidikan.

"Bisa Ara, siapa bilang tidak? Kamu bisa sekolah paket kan? Semangat terus aku akan membantumu belajar."

Reza memeluk Rena, cowok itu menghapus air matanya juga. Dari kejauhan Rean melihat semua ini, rasanya ia ingin memukul Reza karena sudah berani menyentuh gadis yang  ia sayangi.

"Makasih Kak Re." Pelukan hangat dari Reza  mampu menenangkan hati Rena yang sedang gelisah.

****

              "Rena, pulang! Memangnya kamu tidak punya rumah hah?" ujar Aryo, sudah dua minggu lamanya, Rena pergi dari rumah jujur dalam hati ia sangat menghawatirkan kondisi putrinya.

"Bukankah  Ayah serta  bahagia jika aku angkat kaki dari rumah ini? Aku tidak akan mau kembali neraka itu lagi!"

Rena ingin pulang, tatapi rumah tak seperti rumah melainkan penjara, dirinya  selalu disiksa ibu tiri, disalahkan ketikan orang tuanya bertengkar dan terjebak dalam suatu masalah. Daripada hidup seperti itu terus lebih baik pergi.

"Ayah tidak mau tahu kamu harus pulang!" Aryo membentak Rena, perasaan gadis itu semakin hancur sebisa mungkin ia menahan agar air mata tak menetes lagi.

"Aku tidak mau dipukul lagi, rasanya sangat menyakitkan. Aku tak mau disalahkan ketika kalian bertengkar. Aku lelah hidup dikekang, aku muak dengan perlukan kalian yang sangat tidak adil ini. Sekarang aku tanya, apa kesalahanku sehingga bunda selalu memukuliku? Apa kesalahanku sampai ayah berani menyalahkan aku? Salah aku apa? Salah aku apa? "

Sejak kecil Rena tak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua. Ia selalu dianggap pembawa sial, biang masalah serta menyusahkan orang tua.

"Kamu cuma di suruh pulang kenapa susah banget sih? Ayah seperti ini karena Ayah sangat menyayangi kamu."

"Bohong! Sejak kecil Ayah tak pernah perduli denganku, Ayah hanya menyayangi Airin. Sekarang aku bertanya lagi, dimana Ayah ketika Bunda menikamku dengan pisau? Dimana Ayah ketika semua orang menghinaku? Dimana Ayah ketika aku mengemis untuk sedikit makanan? Hahaha Ayah hanya diam saja kan? Ayah tidak ada untuk membelaku  hahaha." Rena tertawa terbahak-bahak, baginya ini sangat lucu. Mereka tak menginginkan kehadiran Rena. Namun dia saat ia memilih pergi malah dicari seolah orang tuanya perduli.

𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang