03. Rumit.

320 67 156
                                    

Flash back 2019 ....

       Kepala Rena sakit, matanya sembab, semalaman menangis tiada henti. muak rasanya mendengar orang tua bertengkar karena masalah sepele. Jika terus seperti ini terus  Rena takut keluarganya hancur berantakan.

Perut Rena lapar sejak kemarin dia belum makan, Rena melangkah ke dapur di meja makan ada satu piring nasi goreng Rena ingin menyantapnya tatapi bunda melarang.

"Jangan dimakan, Bunda buatin nasi goreng itu untuk adik kamu!"

Rena sebagai anak pertama lelah mengalah, ayah dan bunda tidak pernah mencintainya, semua kasih sayang hanya tercurah untuk Airin saja.

"Minta sedikit Bun, Rena lapar dari kemarin belum makan," ucap Rena memohon, dia layaknya pengemis yang berharap dikasihani oleh orang lain.

"Kalau kamu lapar, masak makanan sendiri punya tangan kan?"

"Tapi nasinya sudah habis Bun."

"Bukan urusan Bunda, capek rasanya mengurus anak seperti kamu nyusahin! Sana pergi sekolah." Rena muak mendengar kalimat itu dari mulut bunda, sejak kecil Rena selalu berjuang sendiri Rena tidak pernah meminta barang mahal atupun mewah, Rena hanya ingin cinta dan kasih sayang ayah bunda apakah itu salah?

"Minta uang dua ribu Bun, buat naik angkot." Setiap hari Rena berangkat sekolah jalan kaki, terkadang dia kelelahan sesampainya di sana Rena diperlakukan layaknya seorang pembantu oleh temannya, alhasil Rena tidak bisa memahami pelajaran yang guru berikan lantaran dia sudah terlalu letih.

"Jangan manja, Bunda tidak ada yang Rena, kamu jalan kaki saja sana! Buruan pergi jangan buat Bunda marah."

Air mata Rena kembali tumpah, dia tidak mengerti mengapa orang tuanya memperlakukannya berbeda? terkadang pula Rena berfikir bahwa ia bukan anak kandung ayah dan bunda, jika untuk Airin mereka berjuang mati-matian, jika untuknya uang dua ribu rupiah saja tidak ada.

"MENGAPA KALIAN TIDAK PERNAH SEDIKITPUN PERDULI SAMA AKU? KALIAN PILIH KASIH, RENA BENCI AYAH! RENA BENCI BUNDA." Rena melampiaskan semua amarah yang selama ini ia pendam.

"Dasar kamu anak tidak tahu terimakasih!"

****

          Kepala Rena semakin pusing, tubuhnya lemas kaki Rena sudah tak sanggup lagi melangkah, ingin beristirahat sejenak. Namun Rena takut terlambat, ia tidak mau mendapat hukuman seperti hari lalu. Rena hanya berhadap dirinya kuat berjalan sampai tujuan mengingat jarak antara rumah dan sekolahnya lumayan jauh.

Dalam lamunan Rena berhadap ada mobil yang menabrak dirinya sampai tulangnya remuk tak tersisa, terbaring lemas di ranjang rumah sakit bersimpah darah, mati dalam keadaan mengenaskan agar semua orang bahagia.

"Ren, mau bareng tidak?" kehadiran Rean membuat Rena terkejut, jantungnya berdegup kencang dia terpesona dengan paras tampan cowok itu. Rena ingin sekali memeluk erat Rean tatapi dia sadar diri jikalau hubungannya dengan Rean hanya sebatas teman dekat.

"Rean gue boleh minjam duit gak? Gue haus banget mana lapar, janji deh kalau gue ada uang langsung di ganti." Kehadiran Rean menyadarkan Rena dalam lamunan.

"Gak usah pinjam saya traktir," ucap Rean, dia sudah tahu bagaimana orang tua Rena memperlakukan putrinya, terkadang Rean tidak tega jika saja orang tuanya mengizinkan Rean ingin mengajak Rena tinggal di rumahnya, agar Rena bisa terbebas dari penjara berkedok rumah itu.

𝐶𝑎𝑛'𝑡 𝐵𝑒 𝐴𝑙𝑜𝑛𝑒 ||𝑺𝑬𝑳𝑬𝑺𝑨𝑰||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang